Golden Hospital, New York.
Aku dan Carl duduk bersama di depan ruang ICU. Beberapa menit yang lalu, dokter sudah keluar dan mengatakan bahwa keadaan Jack sudah membaik. Meski kesadarannya belum kembali sepenuhnya. Jack sudah kehilangan banyak darah selama di perjalanan tapi beruntung, ia masih bisa bertahan hidup.
Dokter juga mengatakan, bahwa kami baru bisa menemuinya setelah Jack dinyatakan benar-benar stabil dan sadarkan diri. Jadi yang kami lakukan saat itu hanyalah menunggunya siuman.
"Sky?"
Aku menoleh ke arah Carl. Namun matanya terlihat enggan menatapku.
"Ada yang ingin kutanyakan kepadamu," katanya dengan hati-hati. "Apa kau... menyembunyikan sesuatu dariku, Sky?"
Aku mengernyitkan kening tak mengerti. Tapi kemudian reaksiku hanyalah mengumam pelan dan berkata, "Aku tidak menyembunyikan apapun darimu," dalihku.
Dan sesaat setelah aku mengatakan hal itu. Kepalaku tiba-tiba terasa pening. Ia berputar hebat dan menimbulkan rasa linu yang menyiksa.
Ada apa denganku?
"Tapi kenapa, kenapa kau merilis skandal ayahku ke media waktu itu?"
Aku mencoba menahan rasa sakit yang begitu menyiksa kepalaku. "Aku terpaksa melakukannya." Apa Carl akan sadar bahwa suaraku bergetar barusan? "Kami tidak bisa melakukan penyelidikan jika citra Tuan Addison terlalu baik dan tanpa cacat."
Astaga.
Kepalaku seperti dijatuhi beton berat. Rasanya sungguh menyiksa. Mataku juga terasa panas saat itu. Pandanganku mulai berbayang. Carl seperti ada dua.
Tapi aku berusaha menutupinya agar dia tidak menyadarinya.
"Apa hanya itu alasanmu?"
Aku tidak tahan lagi. Aku harus segera diobati.
Aku-pun beranjak dari kursi dan berusaha memfokuskan pandanganku pada Carl. "Carl, aku harus ke toilet. Bisakah kau menjaga Jack untukku?" Tapi ekspresi Carl justru menunjukkan rasa bingung bercampur cemas. "Aku akan segera kembali," kataku sebelum ia mengucapkan apapun dan meleos pergi meninggalkannya secepat mungkin.
Koridor rumah sakit yang dipenuhi banyak lampu hanya semakin membuat rasa sakit ini bertambah parah. Orang-orang mulai terlihat menjadi banyak dan mereka membisikkan sesuatu yang membuat telingaku berdenging.
Aku memegang kepalaku. Rasanya tidak tertahankan lagi.
Selanjutnya aku hanya bisa menunduk, kedua kakiku tampak bergetar hebat dan telingaku berdesing parah.
Aku butuh obat. Seseorang tolong!
Dan hanya sekitar beberapa detik sampai akhirnya pandanganku menggelap. Hanya dingin yang kurasakan setelahnya.
Aku mendengar seseorang memanggil namaku, tapi bibirku kelu. Ia berseru berkali-kali, seolah aku bisa saja tenggelam ke dasar lautan terdalam jika tak segera sadar.
Namun suara itu perlahan memudar dan semakin lama, semakin menghilang dari jangkauanku.
Siapa pemilik suara itu?
Dan sejurus kemudian, rasa sakit itu mendadak hilang. Kepalaku tak lagi terasa pening. Tubuhku berhenti berguncang. Aku bahkan bisa membuka mataku setelahnya.
Pemandangan koridor rumah sakit yang sepi menyambut mataku yang baru saja terbuka.
"Kenapa aku ada di rumah sakit?" Perlahan, kekuatanku juga kembali dan aku bisa kembali bangkit.
Tapi, aku sungguh bertanya-tanya, kenapa aku ada di sini?
"Astaga!" Aku memekik kaget saat melihat jam tanganku sudah menunjukkan pukul dua belas siang. "Aku harus kembali ke kantor untuk memeriksa ulang catatan rekening Nyonya Sophia!"
Akupun memilih bergegas pergi meninggalkan rumah sakit menuju ke kantor dengan mobilku.
Tapi kenapa ini...
Kenapa...
Kenapa rasanya, aku seperti melupakan sesuatu.
Aku melupakan apa? []
T H E L O S T B R O T H E R
A novel by
Nurohima
~
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Brother (TAMAT)
Misteri / ThrillerCarl Addison kehilangan adik laki-lakinya, Ben Addison tepat dua hari setelah ia dipecat dari pekerjaannya. Pihak kepolisian hampir menutup kasus yang dianggap sebagai kenakalan remaja biasa itu kalau saja Carl, tidak bersikukuh menyanggahnya dan me...