Kantor Kepolisian Kota New York, New York.
Jack terus mendesak Carl untuk meninggalkan kantor dengan mengatakan bahwa aku butuh istirahat. Meski sejujurnya, aku bukan hanya butuh istirahat.
Lebih dari itu, aku butuh jawaban atas semua pertanyaan yang ada dikepalaku soal kasus ini.
Namun akhirnya Carl pergi meninggalkan kantor karena situasi sudah tidak lagi kondusif. Beberapa polisi lain juga mulai mendekati kami dan menegur Carl. Ia memang sebaiknya pergi.
"Sky, apa kau baik-baik saja?" tanya Jack memastikan. Ia langsung menghampiriku setelah melihat Carl meninggalkan kantor dengan matanya sendiri dan mengajakku kembali ke ruangan kami--Divisi kejahatan satu.
"Aku baik." Sebenarnya tidak juga. "Tapi kurasa Tuan Daniel Addison tidak akan tinggal diam soal ini. Apalagi dia juga tahu, kami bertetangga." Aku kembali duduk, berhadapan dengan Jack.
Ruangan divisi kejahatan satu hanya terdiri dari empat meja yang diisi oleh aku, Jack, Hendrick dan Claire. Dan setiap meja memiliki masing-masing dua kursi. Untuk kami dan seorang client yang ingin berkonsultasi.
Jack menatapku serius. "Kau tidak perlu khawatir. Sekarang kepolisian akan lebih serius menangani kasus ini dan kurasa mereka juga akan melakukan investigasi ulang di kediaman keluarga Addison." Perlahan tangannya mendekat dan meraih jari-jemariku. "Aku akan tinggal untukmu, Sky," bisikknya.
Tidak ada hal lain yang dapat kulakukan selain tersenyum tipis.
Jack memang pria yang baik. Bahkan sejak pertemuan pertama kami. Tapi untuk bersanding dengannya, kurasa aku perlu memikirkannya kembali.
Kulihat Hendrick masuk ke ruangan khusus divisi kejahatan satu dan Jack buru-buru menarik tangannya menjauh dariku. Kami berdua sama-sama tahu bahwa Hendrick tidak bisa menutup mulutnya untuk tidak bergossip tentang kami. Jadi alangkah lebih baik jika aku dan Jack menjauh dari rumor yang mungkin akan dibuat olehnya nanti.
"Ada apa kau kemari?" tanyaku saat Hendrick menghentikkan langkahnya di depan kami.
Ia melirik Jack sebentar dan menyeringai jahil. "Yang jelas bukan bermaksud untuk menggangumu." Hendrick lalu mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan sebuah gambar di galerinya kepadaku. "Kita lihat apa kau akan sama terkejutnya denganku atau tidak," katanya misterius.
Hendrick mengangkat dagunya sekali, memberi kode padaku untuk segera menerima ponsel tersebut dan melihat gambarnya.
Pada hasil foto yang kulihat, tampak dua orang lelaki tak asing saling berjabat tangan di ujung jalan dengan penerangan yang tidak memadai. Tidak jelas apa yang sedang mereka lakukan di sana.
Tapi satu hal yang terlihat jelas dari foto itu adalah dua pria yang ada di sana adalah Tuan Daniel Addison dan Paul Scoots, atasanku--atau lebih tepatnya kepala kepolisian kota New York.
"Apa yang mereka lakukan?"
Hendrick mengedikkan bahunya cepat. "Mereka pergi sebelum aku mendengar apapun," ucapnya sembari mengambil kembali ponsel itu dariku dan kali ini membiarkan Jack melihatnya. "Jangan katakan tentang ini pada siapapun."
"Kita tak bisa memercayainya lagi," sambung Jack kesal.
"Tapi kita tidak memiliki informasi yang jelas di sini." Aku memijat pelipisku yang mendadak terserang pening. "Kita tidak memiliki bukti yang solid," lanjutku.
Sementara Hendrick dan Jack saling melempar pandangan setuju. Claire, si gadis berambut pirang itu masuk ke dalam ruangan dan menghampiriku.
Ia melihat Jack dan Hendrick risih sebelum menyilang kedua tangannya di dada dan menatapku lurus-lurus. "Aku membawa dua kabar untukmu. Mana yang mau kau dengar lebih dahulu?" tanyanya dingin.
Claire Portman, dari awal kami memang tidak akrab. Ia sering mengusikku dengan tatapan sinis dan cibiran-cibiran pedas dari mulutnya itu. Tapi Claire tetaplah teman satu divisiku.
"Terserah padamu, Claire," jawabku berusaha sopan.
Claire lalu menyibak rambutnya ke punggung dan menaikkan satu alisnya. Memandangku angkuh. "Kabar baiknya, kudengar Paul Scoots sangat bangga akan kinerjamu dalam mengungkap skandal. Dan kabar buruknya, kudengar Tuan Daniel Addison memintamu untuk hadir pada konferensi persnya besok siang," terangnya masih dengan nada suara yang tak senang.
"Tuan Daniel Addison menggelar konferensi pers?" tanyaku tak percaya.
Dan Claire hanya memutar kedua bola matanya malas saat Hendrick dan Jack sama-sama mengernyitkan kening karena heran. "Kau pikir dia akan diam saja setelah skandal besar ini terungkap?" Ia kemudian mencondongkan tubuhnya padaku hingga jarak kami hanya beberapa senti saja dan menghunusku dengan tatapan dinginnya.
Ia berucap, "Selamat, Sky. Kau baru saja jatuh ke lubang yang salah." []
T H E L O S T B R O T H E R
A Novel by
Nurohima
~
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Brother (TAMAT)
Mister / ThrillerCarl Addison kehilangan adik laki-lakinya, Ben Addison tepat dua hari setelah ia dipecat dari pekerjaannya. Pihak kepolisian hampir menutup kasus yang dianggap sebagai kenakalan remaja biasa itu kalau saja Carl, tidak bersikukuh menyanggahnya dan me...