5 Tahun lalu

339 13 0
                                    

Suatu malam dimana kebakaran itu terjadi, saat itu Lara mencoba menghubungiku dan dina untuk bertemu disuatu gedung untuk mendamaikan kami.
"akhirnya kalian datang juga" ucap lara yang sedang membuat api unggun di di dalam drum.
namun nihil usaha lara semuanya sirna, dengan sifat keras kepalanya dina dia terus menyalahkan ku tak mau meminta maaf padaku, hingga tak sadar tanganku menamparnya, dina marah padaku dan berjanji tidak akan menemuiku atau bahkan bersahabat denganku. Bahkan hal yang menyayat hatiku dan menimbulkan trouma dia membakar gedung itu dan aku terjebak sendiri disana, aku berusaha berteriak meminta bantuan karena lara sudah terjatuh pingsan namun dina pergi tanpa pamit kepada ku dan berusaha membawa Lara dari hadapanku dengan membopongnya, nafasku sudah sangat sesak hingga aku berfikir mungkin aku akan mati. dengan lesu aku menjatuhkan diriku kelantai dan melihat langkah seorang lelaki dan dia adalah reza, aku berusaha berteriak dengan lemas agar dia menolongku namun diluar dugaanku dia menghilang begitu cepat entah mataku yang kabur karena asap yang terus menyelimutiku.

Hingga akhirnya aku tersadar sudah berada dirumah sakit dengan keadaan luka yang cukup parah hampir 6 bulan aku terus di trapi psikologi karena menurut mereka aku mengalami traouma yang cukup besar, hingga aku selalu takut bertemu orang, nafas ku selalu sesak jika teringat kejadian itu bahkan melihat orang yang akan mati saja trauma ku kambuh. Karena aku tau betul rasanya dimana kematian sudah berada didepan mata.

Namun seorang menghalau lamunanku.

"mikha" ucap seorang wanita berambut pendek

Aku hanya menunduk berusaha tak menatapnya

"saya tau ini berat, tapi kamu harus dengar dulu semua penjelasanya, sekarang kamu ikut tante ya"

"aku sudah tau semuanya jadi ku mohon jangan ikut campur urusan aku dan keluargaku lagi"

"mikhaa.. Tante kaya gini karena tante sayang sama kamu dan keluargamu, tante gak mau liat keponakan tante psikolog nya ke ganggu lagi kaya dulu"

"cukup tante jangan bahas masalah itu!!!!" ucapku pergi dari hadapanyab

"mikhaaa dengerin tante dulu, anggap aja kamu sedang berkonsultasi dengan dokter psikater bukan dengan tantemu"

Akupun pergi dari hadapanya.

Lagi-lagi semua orang selalu mengaitkan dengan masalahku dulu aku segera berlari menuju ruanganku tak kuasa aku menangis disana, aku memukul tanganku pada meja jati itu berusaha mengeluarkan luapan emosi ku selama ini.
Iyaa sekarang aku menangis sendiri disini tidak ada satupun orang yang mengerti perasaaanku, semua sibuk dengan urusan nya dan sibuk dengan issue-issue yang tidak jelas, aku semakin benci hidup ini aku sangat benci manusia.

-------------------------------------------------------------
Aku membuka mataku perlahan dan tersadar aku tertidur disini.

"bunyi telepon mu menggangguku dari tadi.. Heii tunggu dulu jangan pergi aku tak akan mengganggumu"
Ucapanya menahan langkahku.

"aku ingin sendiriaan"

"kau tak takut apa? Ini sudah gelap pulang sana"

"mengapa aku harus takut?!"

"konon katanya disini kan banyak hantu, mana ada mahasiswa yang diam disini sampai larut malam"

"ada"

"siapa?"

"Aku! Sekarang saya tanya kenapa kamu disini!"

"a..aku... Hanya ingin"

"ingin?"

"iyaa ingin... Tempat ini nyaman untuk ku, tidak banyak yang tahu tentang ruangan ini jadi aku suka, lalu kenapa kamu ingin terus disini?"

"bagiku ruangan ini seperti diriku, sepi, sejuk, nyaman"

"kamu boleh tinggal disini.. Tapi jangan menginap disini tidak baik, kamu seorang wanita"

"apa kamu pikir aku seorang wanita dan kamu seorang lelaki dan berada disatu ruangan dan aku akan melakukan sesuatu aneh padamu!"

"heii.. Tenang lah aku tak bermaksud seperti itu"

"terus?!"




kesendirian (Ketika Cinta Beda Dunia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang