Aku harus hidup untuknya

214 11 0
                                    

"kamu harus banyak istirahat mikha... Oh ya mik apa kamu mau pergi ke singapore?"

"untuk apa?"

"ada terapi khusus untuk mematikan virus hiv.. Karena virus yang masuk tubuhmu masih gejala dan belum pasti pihak rumah sakit juga belum bisa mengatakan 100% diagnosa"

Secara tidak langsung aku mendengar diagnosaku tanpa aku membaca surat itu, aku hanya terdiam dan melamun.

"saya akan membantu mik... Minggu depan kita pergi ya"

"tapi dok.."

"kamu mengatakan ingin menjadi dokter... Maka dari itu kamu harus sehat ya"

Ucap dokter wil membujuku

"dok.. Beri saya waktu untuk memutuskannya"

Aku berjalan menuju lobby untuk segera pulang namun sesampainya dirumah,

"ada apa dengan rumah ini mengapa ada orang"

"sore mbak... Perkenalkan kami pembantu pak doni"

Aku mengkerutkan keningku

"saya diinstruksikan oleh ibu mbak untuk memindahkan barang-barang ke rumah pak doni dan membawa mbak tinggal disana"

"apa maksud kalian!!"

"begini mbak.. Pak doni dan ibu mbak sudah menikah"

Aku panik ketika mendengar kata-kata ituu, rasanya seperti ditusuk pisau yang tajam, hatiku remuk hatiku hancur mengapa mama tega sekali melakukan ini kepada ku.. Rasanya aku ingin menangis dan berteriak dengan kencang.

"ini mbak.. Ibu ingim berbicara kepada mbk"

"hallo mikha sayang... Kenapa kamu tidak pernah mengangkat telponmu? Mikha sekarang kamu tinggal sama mama ya, tinggalkan rumah itu, mama sudah mau menjualnya juga sayangkan kalau gak digunaiin, oh yaa sekarang kamu bisa susul mama ke surum mobil dan pilih kamu mau menggunkan mobil apa yaa"

Aku hanya meneteskan air mata dengan mengepalkan kedua tanganku

"kamu tidak memperdulikan perasaan saya!!!! Saya membencimu!!!" ucap ku pergi dan lari sambil menangis, aku benar terpukul. Saat kondisiku seperti ini kuharap mereka mengerti dan peduli kepadaku nyatanya apa mereka tetap seperti itu, mungkin jika aku sudah tak di dunia ini mereka juga tidak akan peduli.

Aku memberhentikan langkah lariku dan berteriak dengen kencang sambil menangis tersedu-sedu.

Tepat dia datang memeluku, air mataku tumpah tak terbendung meluapkan luka ku selama ini hanya ada dia disini yang membuatku ingin hidup bersamanya.

"rio... Aku akan pergi cukup lama"

"pergi?"

"iya... Aku berpikir untuk menyebuhkan virus ini sebelum menjadi aktif.. Aku ingin hidup lebih lama bersamamu rio"

"mikha... (memegang tanganku) pergilah aku akan menunggu mu disini"

"janji? Kamu gak akan pergi.. Tetap setia nunggu aku kan?"

"tapi aku ingin stelah kamu pulang... Kamua harus jadi si wanita manis, baik, care seperti 5 tahun lalu ya" ucapnya menaikan kelingkingnya

"iyaa aku akan berubah tunggu aku rio"

Kamipun berpelukan..

Namun seseorang memanggilku

"mikhaela.. Apa yang kamu lakukan?"

"dokter wil"

"ini sudah malam kenapa kamu disini?"

"aku sedang bersama dia"

"di..dia? Temanmu?"

Aku hanya tersenyum

"mikha aku antar kamu pulang"

"tidak usah dok"

-------------------------------------------------------------

Pagi ini aku kembali kerumah sakit saat aku berjalan seorang anak kecil menabraku

"aduh... Kamu tidak apa-apa?"

"dokter cantik..."

"aku hanya menatapnya kebingungan"

Anak itu memegang bibirku "coba senyum dokter... Pasti sangat cantik"

Aku pun terseyum dan memengang tangannya

"kamu sakit apa dek?"

"sakit yang parah... Ucapnya memberiku surat lab"

"kemana ibu mu?"

"dia sudah pergi"

"saya akan membantu kamu membaca surat lab ya.. " ketika aku membacanya hatiku panik ketika umur sekecil dia terkena sirosis hati

Namun seseorang memanggilku

"mikhaa.."

"dokter wil"

"sedang apa kamu?"

"ini dok aku sedang berbicara dengan anak kecil ini"

"anak kecil?"

"iyaa anak kecil.. Aku membantunya membaca surat lab"

"sudah mik.. Biar aku saja yang membawa anak itu, lebih baik kamu pergi saja ke igd"

Akupun meninggalkan dokter wil dan anak itu.. Anehnya kenapa wajah dokter wil seperti heran dan panik

Siang ini aku makan siang di kantin rumah sakit dan bertemu dengan dokter wil

"sini mikha makan bersama saya" ucapnya aku mengabaikanya namun aku menghampirinya karena melihat anak kecil itu

"dok.. Anda kenal dia anak itu?"

"kamu melihatnyatnya?"

"iya masa sebesar ini tak terlihat"

"hallo kakak cantik"

Dokter wil hanya terheran-heran padaku

"dok siapa namanya?"

"dia.. Dia.. Reza"

Tak terasa waktu menujukan pukul 5 sore saatnya aku kembali pulang namun dokter will berjalan di pinggir ku

"selamat sore dok"

"iya sore"

"eumm... Kamu tahu lelaki itu?"

"yang mana?"

"yang saat malam kemarin"

"ouh dia rio"

"apa kamu melihat nenek yang di bangsal 8?"

"iyaa saat itu nenek itu meminta bantuanku eh dia malah pergi"

"apa kamu lihat anak gadis muda yang sering berjalan di ruangan tunggu?"

"ouh dia.. Iyaa dia terlihat jutek bukan?" ucapku

Namun dokter wil mengangetkan ku dengan memegang pundaku dan memutarkanya ke arah nya

"ada apa dokter wil?"

"sejak kapan kamu melihat ini semua?"

"apa maksudnya? Eh dok saya harus pergi dia menunggu saya itu orangnya" ucapku sambil melambaikan tangan pada rio

Akupun bertemu dengan rio

"aku tak suka kamu dekat dengan dokter itu?"

"kenapa? Cemburu?"

"eumm kelihatanya? Menurutku dia tak baik bagimu"

"kenapa? Di baik kok"

"tapi dia tak baik untuk ku"

"kalian saling mengenal?"

"tidak.. Hanya saja tak aneh wajah nya di pikiranku"

Kamipun berjalan sambil berpegangan tangan menuju arah pulang

kesendirian (Ketika Cinta Beda Dunia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang