Keluarga yang tidak pernah aku inginkan

310 13 0
                                    

Pagi ini aku terbangun dan mencari makan ke dapur namun ketika aku kan membuka pintu kamar ku, sebuah percekcokan hebat terjadi
"kamu memang seperti ini, saya sudah lelah dengan lika-liku keluarga ini"

"sudah jelas kamu yang salah! Kamu yang mempermalukan anak mu sendiri! Apa yang kurang dari saya"

"kamu sediri yang mempermalukan anak kamu!!!! Sadarrr siapa disini yang salah!!! Aku lelah, aku capee"

"mau kemana kamuu, kamu memang tidak pantas jadi seorang ibu"

"tidak pantas?!!! Terus selama ini mikaela tumbuh berkat siapa? Kamu mana ada berperan buat dia"

Terdengar suara benda di jatuhkan dan aku hanya menghela nafas dan segera memasang earphone ku sambil memakan mie dan menonton film dan berpura-pura tidak mendengar percekcokan mereka, namun tetap saja pikiranku terfokus pada percekcokan mereka segera aku pergi menghindari percekcokan mereka.

Ruangan ini adalah hidupku
Sambil menutup mata dan menghirup udara melalui jendela itu serta sinar matahari pagi yang menyorot ke arah wajahku, namun sinar itu menjadi gelap seperti terhalangi sesuatu segera aku membuka mataku.
Siapa lagi kalau bukan lelaki itu.

"selamat pagi mikha"

Dibalas dengan sorot mata malas ku

"tumben sekali hari libur kamu datang kesini, sudah ku duga pasti kamu belum mandikan?"

"heii.. Siapa bilang, a.. Aku"

"aku apa? Jujur saya mikha, mana ada kamu mandi lihat saja muka bantal mu itu hahahah" ucapnya tertawa jahat padaku

"hei.. Kamu sendiri pasti belum mandi! Sepagi ini kamu dateng kesini coba"

"belum mandi?" dia menarik tangan ku dan membawa ku kedekatnya "nih sekarang kamu cium baju ku wangikan?"

"baju? Baju kan bisa pake pewangi"

"kamu mau bukti?"

"iyalah"

"cium leherku"

"heiii kamu gila yaaa dasarrr lelaki gila!!!"

"aku bencandaa mikha"

Suasan pun kembali hening dan kami sedang duduk di depan jendela sambil menikmati sepoyan angin yang masuk melalalui jendela itu.

"mikha.. Apa yang membuat mu datang kesini?"

"itu bukan urusan mu"

"aku kan cuma bertanya"

"mikha.. Ku pikir kamu tidak bisa berbicara"

"maksudmu!!!"

"iyaa karena kulihat kamu cuma diam diam dan diam, eh ternyata bisa berbicara, apa kamu bisa tertawa?"

"bisa gak sih kamu diam, saya butuh ketenangan disini!"

"baiklah.. Suatu saat nanti saya akan membuatmu tertawa"

Ucapnya dan aku hanya mengabaikan sambil memasang earphone ku lagi
-------------------------------------------------------------
seperti biasanya rutinitas kampus kembali lagi dan aku berjalan menuju ruang kelas namun seorang memanggilku

"mikha"

Lagi-lagi tanteku sekaligus dosen dan psikiater ku

"untuk kali ini tolong jangan abaikan tante lagi"

Akupun menghampirinya

"ini.. Surat dari mama mu"

Ada pertanyaan dari pikiranku ada apa mama memberikan ku surat ini melalui tante Yesi

"belajar lah berbicara mik, sudah terlihat jelas di wajahmu kamu bertanya tanya surat ini kan?"

Ucapku dalam hati, ternyata tante Yesi tau isi hati ku tapi tetap saja aku tak menyukainya

"terserah kamu mau suka atau tidak sama saya yang jelas saya peduli sama kamu, nih ambil suratnya"

Akupun segera mengambilnya dan pergi darinya dan menyimpan surat itu di tasku dan kembali berjalan menuju ruangan kelas dan mengikuti pembelajaran hingga selesai seperti biasanya aku tidak pernah aktif di kelas karena aku membenci interaksi antar mahasiswa dan dosen setelah selesai pembelajaran aku segera kembali menuju ruangan favoritku sesampainya disana aku segera membuka surat itu dengan langkah tegap dan pasti aku buka setiap perlahan-lahan surat itu dan membacanya namun yang kudapati adalah satu surat yang sangat aku benci surat yang sangat menyayat hati ku sebagai anak di surat itu mengatakan bahwa mama akan pergi mungkin tidak akan tinggal lagi sama aku dan aku hanya tersenyum dan menahan rasa kesal aku tak tahu respon ku harus seperti apa yang jelas aku benci mereka aku benci semuanya aku tak mau menangis karena hal ini

kesendirian (Ketika Cinta Beda Dunia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang