Anak perempuan berusia 15 tahun berdiri di koridor sekolah. Lantainya sedikit basah oleh rintik gerimis hujan yang turun dari langit. Tas ranselnya bersembunyi di balik dekap tangan yang saling bertumpuan di depan dada. Bagian ujung rok panjang berwarna biru agak lembap, tersentuh air hujan yang terbawa oleh angin. Jaket berbahan katun terry yang berwarna merah muda melapisi kemeja putih seragam sekolahnya, melindungi sebuah tubuh mungil, walau kecil namun lincah.
Anak perempuan berusia 15 tahun enggan melangkahkan kaki. Ia enggan mengambil payung merah, hadiah ulang tahun dari Ibunya, dari dalam tas ransel. Enggan menerobos hujan yang tidak deras. Kelas kosong. Lapangan sekolah kosong.
Seorang petugas kebersihan sekolah berjalan mendekatinya.
"Belum pulang, Neng?"
"Menunggu hujan, Mang."
"Buru pulang, Neng. Mumpung hujan belum banyak."
"Mang, saya bercita-cita ingin punya sayap."Anak perempuan berusia 15 tahun itu tiba-tiba mengucapkan impiannya, satu hal konyol.
"Ya atuh, Neng, wujudkan."
"Mang? Boleh saya bercita-cita ingin punya sayap?"
"Cita-cita mah nggak ada yang boleh ngelarang, Neng. Percaya atau nggak percaya mah tergantung orangnya. Punya sayap kan berarti terbang ya, Neng? Siapa tahu besok si Eneng bisa terbang, naik pesawat gitu. Hehehe.. Kadang mah kita mintanya hari ini bisa makan bubur, dikasihnya nasi goreng sama Tuhan. Sama-sama dari beras toh, Neng? Sama-sama enak, bisa dimakan hehe.."Anak perempuan berusia 15 tahun mendongakkan kepalanya ke arah langit. Hujan reda, matahari muncul dari balik awan yang tidak lagi kelabu. Sedikit pencerahan terpancar dari langit, menembus sorot mata anak perempuan berusia 15 tahun itu.
"Mang, saya izin pamit pulang ya. Hujan selesai. Terima kasih, Mang."
"Iya, Neng, hati-hati di jalan."***
__________
(Cerita ini pernah diikutsertakan dalam Program 30 Hari Bercerita pada bulan Januari 2018)
KAMU SEDANG MEMBACA
Alegori
Ficción GeneralKumpulan Dongeng Sebelum Tidur __________ Cover Design : sacessahci Illustration: sacessahci