ThirtyTwo

806 30 5
                                    

Tangan gatel mau nulis, tapi gaada waktu. Ya sorry deh. Karena mungkin gak sesuai ekspetasi. Sorry ya sorry banget😭.

.
.
.

Ini terlalu menegangkan. Refa pingsan, ditambah Yuni yang tidak bisa jalan, ada juga Dwi yang masih menatap kosong sambil sesenggukan. anehnya, tiba tiba Nindy pingsan saat mendekati dwi.

Alfa dengan sigap menggendong Nindy. Memasukkannya kedalam mobil secara perlahan. Lalu membantu Adam memasukkan Yuni ke dalam mobil. Awalnya Yuni meronta tidak ingin masuk sebelum semua adikknya masuk.

Namun Adam memaksa, ia begitu memaksa menyuruh kekasihnya masuk lantaran terlalu khawatir. Seharusnya yang selanjutnya masuk adalah Dwi. Namun diluar sana dwi masih diam, duduk seperti orang gila. Ketakutan. Matanya gelap menandakan hatinya juga gelap.

Disinilah letak kesalahannya. Pras bukannya menolong Dwi, tapi dia mengutamakan Refa.

Alfa dan Adam yang melihat hanya bisa menggelengkan kepala. Sungguh kelakuan sahabatnya yang satu ini benar benar minta di cubit ginjalnya.

Adam lantas menggendong adik iparnya, coret.

"Are you okey dwi?" Tanya Alfa. Menyadarkan kembali Dwi.

"Iya kok" jawab dwi parau. Tiba tiba dia menangis. Ditengah fokus Alfa dan Adam menenangkan Dwi. Suara 'bugh' mengalihkan pandangan mereka. Itu... Refa tersungkur ketanah. Semua itu Karena awalnya pras jatuh saat hendak memasukkan Refa. Namun apa daya saat ia meminta tolong pada Yuni, bukannya mendapat bantuan menaikkan, namun naas refa malah ditendang oleh Yuni. Membuat Rega tersungkur dengan posisi tak senonoh. Tubuhnya kini sudah sangat sangat pucat.

"Yang, astaga" suara adam tercekat.

"Kaki gue emang keseleo. Tapi bukan berarti gue jadi siput"

"Yun, lo mimisan" ucap alfa spontan melihat darah mengalir dari hidung Yuni.

'Jangan sekarang' batin yuni menjerit menahan hal yang akan terjadi
'Gue harus kuat' sekali lagi yuni meyakinkan dirinya walaupun rasanya otaknya sudah tenggelam emosi parah yang berdarah

Sesegera mungkin alfa menaikkan dwi dilanjut refa. Terakhir, alfa menarik adam pergi ke kursi kemudi. Kini adam yang mengemudi. Kecepatan 200 km/jam.

Rasanya seperti, Adam kesetanan. Entah mengapa kekhawatirannya membuat siapa saja ikut menggila. Disaat seperti ini, Nindy sadar sedikit terengah dan nafas yang tak beraturan.

Adam berbelok ke Rumah sakit terdekat demi menyelamatkan bad twins + refa.

Demi Tuhan, Rumah Sakit beraroma obat yang begitu tajam. Membuat alfa menahan mualnya berjam jam sejak bad Twins dan refa di rawat. Belum lagi refa yang harus dioprasi karena adanya retakan tulang rusuk yang menancap hingga ke paru paru.

Sungguh tragis.

Sekitar 8 jam setelah mereka tiba dirumah sakit, pras datang dengan wajah khawatir

"Mau apa lo?!" Ucap adam sakras

"Maafin gue"

"Maaf lo gak guna, dan udah bener bener terlambat"

"Lo kira maafan bisa buat mantan lo bangun dari kematian?! Sadar lo anjing!"

"Dia... Meninggal?"

"Sadar!" suara Alfa menggema

Pras jatuh menahan nafas dengan air mata yang makin deras

"Gue yakin lo belum move on dari Refa" adam mengintropeksi

"Kalo cinta biasa aja, pasti lo nggak bakal nangis se bombay ini" bola mata alfa memutar. Seram dan tak indah.

"Read it" surat keterangan dokter yang menyatakan pihak rumah sakit akan melakukan outopsi.

"Kurang ajar kamu pras, setelah sakiti anak saya! sekarang bunuh anak saya! Dan kamu berlagak nggak peduli" mama refa datang menangis emosional memukul dan menjambak pras.

Disusul kakak perempuan refa yang sama kacaunya dengan sang ibunda. Dua orang yang baru datang itu terus memukuli dada sambil menarik narik kerah bajunya, seakan tak sanggup hidup lagi

Bodoh, seakan setan menguasai dirinya, terjatuh karena pandangan pras yang makin memburam sekaligus menggelap.

Dua bulan berlalu, semua kasus diselesaikan meskipun pras yang menjadi tersangka karena menyerahkan diri pada pihak berwajib, pras berucap dengan lemah bahwa dia pernah berjanji akan bertanggung jawab atad apa yang terjadi pada refa, baik maupun buruknya kepada keluarga refa.

Dipekirakan masa tahanan pras sampai 4 tahun kedepan. Mempertanggung jawabkan semuanya memang tak semudah yang anak 18 tahun fikirkan.

Mengingatkan semua yang sudah dwi dan pras lakukan sebagai pasangan, dan mungkin ini yang terbaik. Saat nya berpisah, perpisahan yang terjadi saat ini adalah untuk menentukan masa depan.

Walau tak pernah terucap pun tersurat, kata pun tulisan "saat nya kita mencari sendiri sendiri" atau singkatnya selesai

Mungkin berjalan mundur tidaklah mungkin karena itu, biarlah yang lalu kau tinggal disana dan hadapi masa depan dengan senyuman. Buatlah hidupmu sendiri, berjalanlah masing masing dan tetap tersenyum.

Awal yang indah pasti memberikan akhir yang indah, itu adalah yang Dwi prinsipkan sejak ia lulus SMA tepat umurnya yang ke 18 tahun, hari ulang tahunnya, hari kelulusannya. Dan yang harusnya menjadi hari bahagianya. Namun masalah ini membuat semuanya tak semanis harapan dwi.

Malamnya
"Mah dwi ambil designer di prancis"

"Aku ambil kedokteran di italia pa" itu nindy sambil bersandar disofa dengan toples cookies dipelukkannya.

"Aku ambil jurusan sastra inggris di London" yang ini yuni hanya bercanda. Kepalanya mendongak, melihat kearah depan yang sebelumnya menatap layar smartphonenya

"Sekarang pada tidur gih, dah malem. Anak perawan"

"Nggak ah males pingin beli truk" suara nindy special

"Meninggal sana lo bangsat"
Dwi melempar kulit kuaci ke muka nindy

"Besok udah libur pah, kita mau begadang liat film"

"Yaudah terserah, papa sama mama tinggal dulu, yuk ma"

Papa dan mama menghilang di belokan untuk ke area tangga.

"Jadi, bang adam sama lo gimana?" papa mereka menjadi super protektiv sejak meninggalnya refa, memasang pengintai dan masuk ke smartphone anak anaknya, semakin melarang pergaulan Bad Twins, Dwi pun tak pernah sekali bertemu dengan pras karena papanya mempekerjakan seorang sopir untuk bad twins

Sedangkan alfa, tak ada habisnya dia terluka karena berusaha mendekat pada nindy, walaupun bad twins tau smartphone mereka disadap, menyewa orang untuk mejadi sopir, dan beberapa body guard yang menjadi murid baru di kelas maupun tersrbar diseluruh sekolah. Mereka tetap berusaha sabar dan berujar bersamaan kita bakal ketemu pada waktunya.

100 hari setelahnya, yuni dengan setelan kuningnya, diantar kedua adiknya dengan mama dan papa. Kini ia harus berjuang sendiri, belajar untuk masa depannya. Tapi ia tau, bahwa Tuhan tidak pernah tidur, 100 hari berlalu dengan setiap siang dan malam ia habiskan berdoa keinginan keinginannya, termasuk adam yang juga ada disisinya untuk terakhir kali ia di Indonesia, setidaknya ia berfikir bahwa belajar butuh dukungan.

31 hari setelah yuni pergi, nindy pergi ke italia, mengetes otaknya, pantaskah ada di universitas di italia itu.

Dua hari setelahnya giliran dwi, dia pergi dan meninggalkan mama papa nya berdua di keramaian.

faridatulyuniar

Bad TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang