-O8-

1.4K 199 9
                                    





Felix dan Chaewon sampai di rumah ini lagi setelah perjalanan enam menit, itupun Felix ngebut agar tidak keduluan ayahnya.

Felix masuk diikuti Chaewon, berlari menuju kamar ibunya.

Chaewon POV

Ibunya Felix udah sadar, tapi kondisinya tidak memungkinkan untuk berjalan.

Felix langsung duduk di samping ranjang ibunya, "ibu kuat ya. Ayah mau kesini, Felix berusaha ayah gak boleh ketemu ibu disini."




Brak! Brak!

"Serahkan ibumu, Lee Felix!"

Aku sempat terkejut, "Won, maaf udah bawa lo kesini. Tolong bawa ibu jauh-jauh dari rumah ini, lewat aja tangga belakang, ayah gak mungkin tahu tangga itu. Hati-hati." Felix menepuk pundak ku beberapa kali. "Gue usahakan." Jawabku seadanya.

Felix mengeluarkan pistol dari laci meja yang ada di kamar ini. Aku sempat mematung sebentar, lalu memapah ibu Felix keluar dari rumah ini.

"Ibu, percayakan sama saya. saya teman Felix, kita harus keluar, ibu kuat ya."

Sebenarnya berat, tapi mau gimana lagi. Tangan ibunya Felix melingkar di leherku, dan tangan kiriku memegang infusnya.

Bagaimanapun, aku juga takut, apalagi setelah suara tembakan menggema di setiap ujung rumah. Aku segera membawa ibunya Felix menuruni tangga yang ada di belakang rumah Felix.




Rumah ini besar juga, ada taman hijau dibelakangnya. Tapi seperti kata Felix, tangga ini tidak mungkin diketahui siapapun, jalannya gelap, tapi jarak pandangku masih berfungsi dalam keadaan ini.

"Kuatlah, sebentar lagi kita sampai."

Ting!

Felix
Gue gak mungkin keluar skrng. Bisa nyetir kan? Bawa ibu jauh-jauh. Balik saja ke Seoul.

Chaewon
Lo gimana?




Meskipun aku belum punya SIM, tenang saja, menyetirku cukup baik, meski sedikit gemetaran mungkin? Suasananya menyesakkan sekarang.

Mobil Felix terlihat terparkir. "Sebentar lagi, Bu."

Aku membuka pintu penumpang disamping kemudi, menyuruh ibunya Felix masuk ke dalamnya. Dia menurut, kemudian aku memutari mobil tersebut, masuk ke kursi kemudi.

Aku merogoh saku kardiganku. Sial! Kunci cadangan yang diberikan Felix tertinggal di kamar.

"Ibu, bisa mendengarku?" Aku menyentuh pundak ibunya Felix, dia mengangguk. "Ibu kuat ya, jangan sakit. Demi anak ibu,"

Aku pernah diajarkan Felix mengaplikasikan kursi depan ini. Aku mempraktekannya.

Ku tarik sesuatu yang berwarna hitam, kursi itu berubah memanjang -seperti kasur-, kusuruh ibunya Felix menunduk di bawahnya. Tiarap.

"Aku harus mengambil kunci mobil ini. Ku tinggal sebentar, tak akan lama, jangan kemana-mana sebelum aku atau Felix kembali, Bu. Jangan bersuara, ibu aman." Ibu Felix mengangguk sebagai jawaban bahwa dia mengerti.

Aku mengunci manual semua pintu mobil ini, kecuali pintuku. Tidak bisa karena tidak ada kunci.



day and night | chaelixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang