-21-

958 155 17
                                    

"Makasih udah nganter, Lix." Chaewon menutup pintu mobil Felix. Felix meng-iyakan.

Cowok itu melajukan mobilnya, berjalan lurus, mengantar Minji.

"Turun." satu kata yang membuat jantung Minji berkerja dua kali lebih cepat dari biasanya. Minji keluar dari mobil Felix, selanjutnya dia mengucapkan beberapa kata yang cukup mengejutkan lelaki tersebut, "Maaf, Lix. Kalau aku tetap berusaha gimana?"
























Chaewon tersenyum senang karena mendapatkan novel yang ia taksir seminggu yang lalu. Gadis itu memasukkan novelnya ke dalam tas yang ia pakai. Chaewon berjalan menuju halte, dia tidak ingin capek hanya karena berjalan dari toko buku menuju rumahnya.

Byuuuurr ...

Chaewon langsung merutuki dirinya karena tidak menurut pada ibu ketika disuruh membawa payung. Alhasil, dengan segenap keserahan diri pada Tuhan, dia menunggu sampai hujan selesai menurunkan airnya.

Gadis itu merapatkan jaket biru yang dia bawa tadi pagi. "Kapan bis akan lewat?" batinnya sendiri. Jika dia punya mesin waktu, Chaewon mau berada di rumah sekarang. Sambil minum susu hangat dan membaca novel, kemudian tidur dengan nyaman. Ah ... membayangkannya saja sudah menyenangkan. Tapi sepertinya dia mesti mengundur rencana bagus tadi.

"Jomblo ya? Mau ikut gak?" Seruan dari mobil yang berhenti di depan halte membuyarkan lamunan Chaewon, si tengil Felix dan disampingnya, Baejin.

"Gak butuh. Makasih." jawab Chaewon, tapi manusia itu perlahan berjalan ke arah mobil yang dikendarai Felix, lalu membuka pintu penumpang di belakang.

"Dari tadi kek gitu apa gimana, kasihan nih gue nunggu di halte." omel Chaewon, "iya kanjeng ratu, jangan ngomel doang dong. Udah bagus di tawarin ikut."

"Minji kan tuh?" Baejin nunjuk ke arah seorang perempuan, menenteng kantong plastik di tangannya, meneduhkan diri dari hujan. "Anter aja, Lix." suruh Baejin.

"Gak usah. Kursi belakang penuh, ada sumo." Felix menolak. "Ayo berantem, Lix!" Suara terdengar dari Chaewon.

"Singgahin aja, kasian dia kehujanan."

"Biarin, Jin. Udah besar, bisa ngurus diri sendiri. Gak mesti dibantu orang terus."

"Orang dibelakang kita ini juga udah besar, kan, Lix?" tanya Baejin, mengangkat alisnya. "Ya ... Bedalah. Lo mau ketua kelas kita meninggal dengan cara gak elit? Diberita sekolah tertuliskan, meninggalnya Kim Chaewon, ketua kelas terkenal karena mati kedinginkan menunggu di halte. Anak-anak malah takut lah gak mau ke halte lagi, ada hantunya Chaewon." jawab Felix, menyebalkan. "Setelah gue mati, gue akan berpindah tempat, ke rumah Felix. Biar enak nakutinnya." lanjut Chaewon.

"Setidaknya mencoba, kalau dia nolak ya langsung aja pergi." pinta Baejin lagi, "yaudah. Sekali aja ya,"

"Iya,"

Mobil melaju menuju depan supermaket, dimana Minji sedang berdiri menunggu hujan berhenti. Baejin menurunkan kacanya, "Minji! Mau ikut gak?" tawar Baejin, sambil berteriak.

Chaewon dan Felix mengira Minji bakal malu-malu gimana, apa nolak dulu. Ternyata, "Boleh, Jin! Tapi aku gak biasa duduk di belakang, boleh kamu pindah ke belakang?"

ANJ-- demi apa dia songong begitu! Minji yang Chaewon kenal itu gak enakkan, malah minta lebih.

Dan yang enggak Chaewon sangka, Baejin menurut. Baejin langsung pindah ke belakang, disamping Chaewon dan Minji masuk ke kursi penumpang depan, di samping Felix.

"Kenapa lo nurut, Jin?" tanya Chaewon berbisik, "lha gimana sih lo? Katanya setuju balikkin mereka berdua." jawab Baejin, "Minji kok ngeselin ya sekarang?"

"Cemburu ya lo?"

Lha si kutil badak, malah nuduh sembarangan, "eh, denger ya. Untuk apa gue cemburu, gak bermutu dan buang-buang waktu." jawab Chaewon, melipat tangannya. "Lagi pula, Felix bukan tipe gue--

Mungkin."

"Iya, sih. Dia kayak songong gitu, udah dikasih enak, malah minta lebih." timpal Baejin. Nah kan, setuju dia. "Tapi gue temennya, astaga, ngomong dari belakang." Chaewon menepuk mulutnya beberapa kali. Ingat sekarang, mereka masih berbisik agar tidak kedengaran.

"Felix, aku mau ketemu ibu kamu."

"Anjiiirr ..." Baejin dan Chaewon memaki sama-sama, tenang aja, mereka makinya pelan kok. "Berani banget, masa." ujar Baejin, Chaewon mah udah mengeluarkan kata kasar dari tadi, tapi gak pake suara. "Ibu gue gak bisa diganggu."

"Yaudah, Yeri eonni aja." Minji tetap maksa. "Sejauh mana sih hubungan mereka dulu? Sampai Minji kenal semua keluarga Felix?" tanya Chaewon berbisik, Baejin hanya mengidikkan bahunya. "Entah. Apa dia juga tahu kalau ayah Felix ... Em itu?"

"Entahlah."

"Mungkin Yeri noona sudah gak ingat lo." ujar Felix tenang.

"Savage." Baejin menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Yeri eonni pasti masih ingat padaku. Lihat saja, pokoknya aku mau ke rumahmu!"

"Teman lo nyebelin ya, Won." ucap Baejin pelan. "Dulu sih enggak, tapi kenapa sekarang iya, ya?"

Felix terpaksa memarkirkan mobilnya di depan rumah ibunya. "Turun, habis ini lo pulang sendiri. Gue males anterin lo." kata Felix tegas.

Semuanya yang ada di dalam mobil turun, masuk ke rumah Felix.

Di ruang keluarga, Yeri dan ibunya sedang menonton televisi. "Felix pulang," ujar Felix. Sontak keduanya menoleh ke arah mereka berempat. Chaewon, Baejin, dan Minji memasang senyuman terbaik. "Jinyoung~ sudah lama tidak kesini." ibu Felix langsung memeluk Baejin, "Chaewon? Lama sekali ibu tidak melihatmu. Makasih ya," ibunya Felix beralih ke Chaewon, mengelus rambutnya. "Cantiknya ..."

Yeri menghampiri mereka berdua —Chaewon dan Baejin— "udah lama gak ketemu, makin besar aja kalian." Dia menepuk pelan kepala Chaewon dan Baejin.

"Ini siapa, Felix?"

Nah, kenal? Kenal? Dari mana kenalnya?

"Minji." jawab Felix. "Saya pacarnya Felix, Bu." ucapan Minji yang membuat Baejin juga Chaewon ingin menghujaninya dengan air suci(h). "Pacar Felix waktu di Australia. Udah lama putus." ujar Felix membenarkan. Minji hanya tersenyum kikuk. "Begitu ya?"

"Minji? Udah besar juga, ternyata." Kata Yeri, memeluknya. "Iya, Yeri eonni."

"Felix, bikinin minum sana." Suruh ibu, "Chaewon, tolong bantu Felix ya."

Baru saja Chaewon beranjak dari tempatnya, "aku aja, eonni." Ucap Minji, "gak usah, Minji. Chaewon aja bantu Felix." tolak Yeri. Chaewon mengikuti Felix dari belakang, memasang senyum kemenangan.

Manusia macam Minji yang sekarang harus diberi pelajaran biar gak terlalu songong.

31 Maret 2019

day and night | chaelixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang