-24-

1K 135 6
                                    

Chaewon sedang memainkan hpnya sekarang. Dia sendiri di ruangan ini.

Neon naui biolleta ...

Notif dari line mengejutkan Chaewon yang lagi asik nge-stalk instagram Felix.

LINE

Felix
Won

Gadis itu tersenyum, ternyata Felix masih mau mengobrol dengannya, walau sedikit juga gak masalah.

Chaewon
Ya?

Felix
Udah baikkan? Gimana?

Chaewon
Mendingan, tapi belum sehat banget.

Felix
Gws, jangan lama-lama di rs-nya. Gue khawatir.

Chaewon
Eh iya.
(read)


Cukup lama Chaewon mengirimkan chat singkat yang telah di baca Felix, akhirnya dia menjawab.

Felix
sorry, hp gue dibajak Baejin.

Kalau kalian dengan suara retakkan, itu hati Chaewon yang sedang retak. Chaewon menaruh hpnya di nakas, lalu memposisikan baringan yang nyaman menurutnya.










































Chaewonie💓
Eh iya.

Felix sedikit deg-degan saat sedang chat dengan Chaewon, akibat gak saling nyapa dalam kurun waktu lama ya gini. Apalagi lelaki itu benar-benar khawatir karena Chaewon masuk rumah sakit. Felix pengen banget ngejenguk Chaewon, tapi karena dia juga yang memutuskan agar 'jauh-jauhan', biasalah, gengsi menguasai segalanya.

Felix
sorry, hp gue dibajak Baejin.

Setelah mengirimkan chat itu, Felix berberapa kali mengucap kata maaf kepada Chaewon, sebenarnya ini juga kesalahannya, kelepasan menuliskan gue khawatir tadi.




***






"Udah sembuh juga lo," suara Baejin membuat langkah Chaewon berhenti, "iya, lo mau gue terusan di rumah sakit?"

"Enggak juga, Felix nanyain lo mulu, bosen gue jawab-in-nya."

Chaewon terkesikap, "Felix nanyain?"

Baejin mengangguk, "khawatir dia, tapi gak mau jenguk. Nyesel kali udah nyuruh lo ngejauh, hehe ..." jawab Baejin, tertawa di akhir kalimatnya, Chaewon langsung ingat dengan chat dari Felix kemarin lusa.

"Jin, jujur ya, kemarin lusa lo ada kerumah Felix, gak?" tanya Chaewon, serius. Gadis itu langsung duduk di kursi samping Baejin, Baejin terdiam sebentar, kemudian menggeleng, "gak ada. Lusa kemarin aja gue di rumah keluarga. Kenapa emangnya?" jawab Baejin yakin. Chaewon manggut-manggut, "beneran gak ada? Kata Felix, hp dia di bajak lo. Gue kira beneran."

"Enggak ada, sumpah." Tangan Baejin membentuk peace. "Kemarin, kemarinnya lagi, gue liat Felix bawa buah-buahan di depan kamar rawat lo. Gue emang sengaja gak negur, gue ngintilin dia lagi ngapain, dia diam aja di depan, terus ada perawat lewat, malah dia titip sama tuh perawat. Terus, perawatnya masuk kamar lo. Lo ada nerima paket buah gitu, gak?" tanya Baejin, Chaewon berpikir sejenak, "ada, tapi kata perawatnya yang ngirim cowok, jadi gue kira kakak sepupu. Ternyata Felix," ujar Chaewon.

"Felix dateng, awas, gih." tiba-tiba Baejin mengusir Chaewon, karena tidak bisa marah diusir dan memang situasinya tidak memadai, gadis itu bangkit dan kembali ke tempat duduknya.

















































'Kim POV'

Aku membereskan semua barang di atas meja, lalu keluar dari kelas. Lima menit yang lalu mama menyuruh untuk cepat pulang kerumah. Ditambah lagi ada tugas dari bu Eunbi, mencari minimal dua bahasa Mandarin di tempat umum.

Hari ini aku tidak memakai transportasi apapun, jadi terpaksa harus berjalan kaki, baru saja keluar dari pagar, hujan turun dengan derasnya. Dan lebih menyakitkan lagi, aku lupa membawa payung. Ah sudahlah, lagi pula seragam ini tidak ku pakai besok. Aku berjalan santai keluar sekolah, "Chaewon, kenapa kamu enggak jawab telponku?"

Ketahuilah, mantanku tidak hanya Guanlin, ada satu lagi, tapi tidak pernah aku ceritakan sebelumnya, apalagi dengan Felix. Tapi percayalah, aku anak baik-baik.

Aku berbalik, menemui mata cokelatnya, dulu aku suka. Dulu. "Kamu dulu sudah berjanji kalau kita putus kamu tetap kabari aku kan?" tanyanya lagi, aku menutup mataku sementara, "tapi, Hyunjin, aku bukan siapa-siapa kamu lagi, aku juga sibuk." jawabku. Hyunjin. Kalau kalian tanya Felix, mungkin dia kenal Hyunjin, karena Hyunjin itu keluarga Felix, entah bagaimana mereka berkerabat aku juga tidak tahu. menyebalkan kan? Kenapa aku harus berada di lingkaran keluarga Felix?

"Gak bisa gini, Wonnie," aku berbalik, malas sekali harus meladeninya. Dia tetap mengikutiku dari belakang. "Kita sudah berjanji, Chaewon." Aku memutar, menghindarinya, tapi dia tetap mengikutiku. "Kim Chaewon,"

"Apa kau sudah punya seseorang yang lebih penting dariku?"

Ingin saja aku berteriak di depan wajahnya, bahkan banyak orang yang lebih penting darimu, Hyunjin! Tuhanku, keluargaku, teman-temanku, dan ...

Felix.

Aku tetap berjalan, kemudian memutar, begitu saja terus. "Felix kan?" tanya dia kemudian. Rasanya aku ingin berkata, benar!

"Felix menggantikan ku ya? Berani sekali dia." ujarnya kemudian. Aku terpaksa berbalik, kembali menemui matanya. "Siapa kamu? Kenapa mencampuri urusan pribadiku? Kalau Felix kenapa? Kenapa kalau aku suka dia? Kamu gak bolehin, hah?"

"Ya iyalah aku gak bolehin, kamu gak boleh suka Fe--"

"Aku boleh suka Felix! Aku suka Felix! Puas kamu, hah? Kenapa? Bicara, dong." Akhirnya kan, emosiku juga meledak dan rahasiaku juga. Memalukan, dan kalian diam saja, oke.

"Kamu suka Felix?" tanya dia, Hyunjin terdiam. Aku mengangguk yakin, "kenapa? Dia gak suka aku juga gak masalah." jawabku, memang tidak masalah, aku baik-baik saja. Karena aku tahu kami memang seharusnya berteman, tidak lebih. "Kamu gak boleh suka Felix!" Teriak dia, tepat di depan wajahku. Tanganku sudah bersiap mencakar wajahnya, tapi ku tahan. nanti kalian marah.

"Jangan berkata apapun lagi," ujarku, aku meninggalkan dia yang masih menahan emosi. Untung hari ini hujan, rasanya aku ingin menghabiskan lima piring ayam sekaligus, dan akhirnya air dari mataku berani untuk turun. "Felix menyebalkan! Hyunjin apalagi! huhu ..." Aku mengusapnya beberapa kali tapi tetap kekeuh untuk turun.

"Jangan hujan-hujanan, bodoh." Nah kan baru saja dibilangin, sudah ada orangnya, dan aku tidak terlalu suka situasi seperti ini. Aku terlihat menangis dijalanan seperti orang bodoh, benar kata Felix. Ini juga seperti drama, yang gadis menangis di tengah hujan, yang cowok membawakan payung, kemudian berjalanlah mereka berdua, hidupku bukan drama, mangkanya aku gak suka.

"Jangan ngomong!" Perintahku, aku benar-benar lapar, kesal, marah, dan ingin menangis sekaligus. Wajahku sudah terlihat jelek dan runyam, ah entahlah. Aku tidak peduli, "lapar kan? Ayo kita makan." Aku sengaja menggendong tas sekolahku di depan, tasku yang dia pegang.


17 April 2019
berapa hari aku gak up? Lima belas hari? Dua minggu lebih dong, maaf yaa ...

day and night | chaelixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang