-26-

1.3K 139 8
                                    

'KIM' POV

10.00

"Udah dapet chat dari gue yang itu?" tanya Felix, gak jelas. Dia membawa mobilnya hari ini. "Yang mana?"

"Ich liebe dich." jawabnya, sambil tersenyum. Lututku sudah lemas sekarang. "Apa artinya?" tanya dia kemudian.

"Aku mencintaimu." jawabku, menunduk. "Nah, akhirnya lo ngaku juga." ucap Felix, bertepuk tangan. "Bukan! Itu kan chat dari lo. Kalau gue sih, Wǒ ài nǐ." jawabku, dia juga tersenyum. "Masuk sini,"

Aku membuka pintu mobilnya. "Dulu Minji kan yang duduk disini terakhir kali. Hehe ... Gimana, lo sama Minji?" tanyaku, mencoba menemukan obrolan yang pas. "Lho, kok sama Minji? Guenya aja suka sama sahabatnya." jawab Felix, masih fokus menyetir, "mau makan dimana? Ditempat yang lo suka aja." Lanjut dirinya.

"Batagor bang Chan aja, di
... nah, sebelah kiri, minggir." ujarku, Felix memarkirkan mobilnya dengan baik. "Disini enak, gue gak bohong." Aku turun, disusul Felix. Kami mencari kursi dan meja yang kosong.

"Batagor dua sama ..." Aku menatap Felix sebentar, mencoba untuk memberi signal, dia ingin meminum apa. "Samain aja," Jawab Felix yang mengerti, "batagor dua sama es teh dua. Makasih, bang." ujarku, bang Chan mengangguk dan membuatkan pesanan kami.

"Kim Chaewon," panggil Felix padaku, aku menoleh. Dia mengeluarkan sesuatu dari tasnya. "Ini untuk lo."

Tau itu apa? Game! Astaga ... Game waktu itu yang aku incar selama 2 bulan terakhir dan anak menyebalkan ini yang membelikannya untukku. Fyuh, aku terharu.

2 bulan lalu ...

"Hei, Kim Chaewon, mau ikut ke pasar dekat sekolah?" tawar Felix. Aku hanya mengangguk menuruti, karena aku memang ingin membeli bunga untuk ibu di sana.

Aku dan Felix berjalan kaki sama-sama menuju pasar, aku tidak tahu nama pastinya, tapi kami sering menyebutnya pasar dekat sekolah. Disana banyak penjual beragam—dari restoran yang menjual makanan zaman dulu, toko bunga, toko game, dan banyak lainnya—.

Kami melewati sebuah toko game yang lumayan besar, mereka menunjukkan satu set game yang ku inginkan, tapi sayangnya aku tidak membawa uang lebih untuk membelinya, lagi pula pasar ini hanya akan ada seminggu sekali.

"Kim Chaewon ... Lo ngelamun?" tangan Felix bergoyang-goyang di depan wajahku. "Ah tidak," jawabku, sambil tersenyum. "Lo mau ini? Game? Aish, seperti anak kecil. Mau beli?"

"Nanti aja, gue gak bawa uang. Nabung dulu, baru beli." jawabku, lalu aku pergi meninggalkan dia yang masih melihat game incaranku.

Flashback end.

"Untung ada lo, Lix, gue gak ngeluarin banyak uang. Thanks, ya." Aku menyimpan game itu di dalam tas yang aku lampirkan di bahu.

Setelah itu, bang Chan mengantarkan dua batagor dan dua gelas es teh, "makasih, bang."

***






"Kita disini!" Kata Felix, sambil merentangkan tangannya, aku menatap pemandangan yang berada di depanku sekarang.

"Bagus, Lix." ujarku pelan, senyuman cowok itu mengembang, "iya dong. Gue memang sengaja jalan-jalan ke tempat perbukitan kayak gini, malah ketemu, bagus kan? Kita bisa liat kota-kota dari bawah. Kalau malam tambah bagus, lampu-lampunya kelihatan." Felix bercerita dengan semangat. Aku mengakui kepintaran dia mencari tempat-tempat yang membuat kagum.

Dari bukit yang memiliki ketinggian sekitar 92 meter dari tanah, dari ketinggian yang cukup ini, kita bisa melihat semua pemandangan kota, dan memang bisa dipastikan jika malam, pasti lebih baik. "Kesini, Won, ada pasar malam." Ajak Felix, memanggilku dengan berteriak.

Aku berlari untuk ke arahnya, pasar malam yang lumayan ramai terlihat, sekitar 100 meter dari tempat bukit tadi. "Ayo!" ajaknya, aku mengikuti Felix dari belakang, setelah dia membeli dua tiket masuk untuk kami, aku dan Felix mulai menjelajahi wahana dari pasar malam.

Kami tepat berada di depan bianglala yang sangat besar, "mau naik ini?" tanyaku, lebih mengarah sih memastikan. Soalnya wajah Felix lucu sih, pengen dijadikan meme, "lo mau?" dia malah balik nanya, aku mengangguk antusias. Bianglala emang paling bagus di antara semua wahana disini, kita bisa melihat segalanya dari atas.

"Gue aja deh yang naik. Muka lo pucet." ucapku, akhirnya aku menaiki bianglala ini sendiri, Felix menunggu dari bawah.

Setelah 6 menit wahana ini berjalan, aku pun turun, "mau naik apa lagi?" tanyaku, Felix berpikir sebentar, "gue lapar. Makan dulu, kuy?" Ajak Felix, aku mengikutinya dari belakang. "Bentar, Lix." Aku mengunjungi tempat orang menjual gulali kapas, kemudian memesannya dua bungkus. "makasih, pak."

"Nih untuk lo." Felix menerima satu bungkus gulali yang kubeli tadi, "mau pesan apa?"

"Nasi goreng aja, es teh juga ya." ujarku. Cowok itu memesankan pesananku dan pasti juga pesanan dia. Sebenarnya aku berpikir kenapa Felix tiba-tiba mengajakku berjalan-jalan? Apakah ada sesuatu? Hng ...

Selesai makan, ternyata aku dan Felix juga gak mood lagi buat main, jadi kami pergi ke pinggir bukit, menikmati semilir angin yang berhembus.

"Jadi Minji gimana?" tanyaku akhirnya, emang gak tahan sih nanyain kabar mereka berdua gimana. Minji bilang dia gak nyerah dapetin Felix, malah Felix bilang ich liebe dich sama aqu yang imut inih.

"Gimana sama Minji? Gue sama lo aja belum kelar." jawab Felix, meyeruput thai tea yang dia beli. "Belum kelar gimana? Minji tuh lagi perjuangin lo tau." jawabku, kesel juga, temenku, ah, gak tahu ya kami masih temenan apa gimana.

"Biarin aja, orang guenya suka lo, masa mau dipaksa." ucap Felix kemudian, aku hanya mengangguk-kan kepala. Jujur ya, aku sama sekali gak ada harapan kalau hari ini Felix bakal nembak-lah, apa gimana, soalnya ya memang kami cocoknya cuma berteman. "Gimana Hyunjin?" Felix bertanya, gantian kali.

"Hyunjin gimana? Mana gue tahu, emang gue emaknya." jawabku, "nah kesel kan, mangkanya jangan nanya-nanya Minji, dong, emang gue bapaknya." ucap Felix lagi. Malah sewot ini anak.

"Habis ini lo pasti kangen gue,"

"Idih." Lontaran Felix membuatku jijiq. maap yeu piliks li, walau aqu menyukai anda, gak mungkin aqu merindukan anda. Eww ...

"Gak nanya alasannya apa?" Felix memancing ke-kepo-anku ternyata, oke piliks. "Apa emangnya?"





























































"Gue keterima beasiswa jadi astronot di Australia. Gak tahu ini kabar bahagia atau malah, gue yang sedih."





———————END———————









2 Mei 2019

Beneran END ini, cuma ada-lah ya epilog. Huhuu ... Bai bai cerita Felix dan Chaewon.

day and night | chaelixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang