-25-

1.1K 141 7
                                    

'Kim' POV

Aku berjalan kembali ke meja setelah ada panggilan alam, dan berhenti tepat di depan meja coklat sekarang. "Lo pesan ayam sebanyak ini?" tanyaku, cukup terkejut, lima piring dengan ayam penuh memanggilku untuk memakannya. Yaah ... Felix memang tahu apa yang kuinginkan sekarang.

"Lo mau kan? Makan, cepet. Gue harus pulangin lo juga," suruh Felix, tanpa aba-aba lagi aku mendudukkan diri di atas kursi. Melahap ayam yang dibelikan Felix, "ini gratis kan, Lix?" tanyaku, takutnya setelah makan nanti Felix malah memberikan tagihannya padaku. "Tenang aja, gue yang bayar, bodoh."

Aku mengangguk dan melanjutkan makan, satu piring ayam habis, tapi Felix belum kunjung makan juga, "kenapa gak makan?" tanyaku, Felix mengalihkan pandangannya, "kenyang."

Cuih, bilangnya kenyang tapi dirumah masak ramen. "Makan aja kali, Lix. Lo juga yang bayar," aku bilang gini karena gak enak dibayarin tapi yang ngebayar gak ikut makan.

Akhirnya Felix ikutan ngambil sumpit dan mencomot satu potong ayam. Saat memakannya, matanya berubah menjadi bersinar-sinar kayak di iklan itu lho, "napa, enak kan ayamnya?" tanyaku, merasa senang juga udah ngabisin satu piring ayam sendirian.

"Kenapa gak nyuruh gue dari tadi kali makannya." gerutu Felix, kemudian memakan satu potong ayam lagi. "Ya maaf, gue pikir lo gak pengen makan." jawabku seadanya. Kemudian kembali melahap ayam yang dibelikan Felix.

"Tadi sama Hyunjin?" tanya Felix, menatap tajam ke arahku, "iya."

"Ada urusan apa dia sama lo?" tanya Felix lagi, nadanya serius. Aku yang melihat wajahnya terlalu serius langsung terkekeh, "serius amat mukanya. Santai dong, dia gak ngapa-ngapain juga." jawabku, menyeruput milkshake oreo yang baru diantar beberapa menit yang lalu. "Hyunjin bukan orang baik," ucap Felix pelan. Aku masih bisa mendengar, dan menganggukkan kepalaku.

"Lo setuju Hyunjin bukan orang baik?" Felix terus bertanya, aku kadang heran, jangan-jangan dia menyukaiku sampai harus bertanya seperti ini. "Kenapa sih? Orang keluarga juga kok di katain begitu, ingat karma, Lix." ujarku, "seharusnya dia yang takut karma, ninggalin elo, lo-nya bego sih, orang kayak Hyunjin dipertahanin."

AQU TERTOHOQ QAQA, ada apa dengan dirimuh wahay Piliks?

"Sehat Lix?"

"Lo yang sehat, Chae? Mending sama gue sini, gak jahat kayak Hyunjin. Ya kan?" Jari telunjuk dan jari jempol Felix ditaruh dibawah dagunya. "Ayo!" jawabku, kemudian terkekeh. Hanya bercanda, oke.

"Beneran?" tanya Felix, wajahnya memerah, dia cukup terkejut. Hehe ... Lucu. "Ya enggaklah. Lo bukan tipe gue, Felix Lee. Maaf aja nih ya." jawabku. Aku berbohong.

"Masa sih, orang ganteng kayak gue bukan tipe lo. Eh tapi ya, kalau lo cinta sama diri lo sendiri, berarti ada kesempatan dong buat gue, wajah kita kan sama?" tanya Felix, mengatakan yang tidak penting. "Enggak gitu jugalah. Sekarang habisin ayamnya, kita harus cepet pergi dari sini, sudah jam lima." Perintahku, berusaha untuk mengakhiri percakapan yang lama-lama menyudutkan perasaanku. Eh. Geli ah, sekali lagi, hidupku bukan drama.

Setelah setengah jam menghabiskan seluruh ayam di lima piring, kami berdua bangkit, Felix menyuruhku untuk tunggu diluar, kata dia, aku bisa jantungan kalau ngeliat tagihannya. Lebay dasar.

"Udah bayarnya? Berapa? Mau gue gantiin setengah?" tanyaku bertubi-tubi, melihat wajah Felix yang langsung murung setelah keluar dari restoran.

"Ga mahal," jawab Felix, "mau cari kata-kata Mandarin gak?" Ajak Felix, dia memegang payung yang kami kenakan tadi. Dan Felix menemukanku hujan-hujanan sambil menangis, dia tidak mengendarai transportasi apapun, kami berjalan sampai ke restoran dan mungkin kami akan naik bis untuk ke rumahku.

day and night | chaelixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang