Chaewon kembali masuk dan menutup pintu ruang rawat Felix.
"Kenapa, Bu negara?"
"Sst ... Ada ayah lo di luar." jawab Chaewon, "jangan berisik. Nanti ketauan." Lanjutnya lagi.
Felix duduk, "lo sembunyi deh. Dimana gitu, jangan sampe nampakin diri."
"Terus lo?"
"Biar gue yang ngadepin kalau dia masuk kamar ini."
"Bodoh! Lo yang seharusnya sembunyi."
"Ga papa, ibu negara. Mending sembunyi aja, dimana gitu kek. Di kamar mandi aja sudah, jangan keluar kalau belum denger suara 'Felix ganteng'."
"Ga mau,"
"Chaewon, cepet masuk!"
"Ga mau, Lee Felix!"
Tok ... Tok ... Tok ...
"Lee Felix?"
Keduanya terkejut, "masuk sekarang. Gue mohon ..." Ujar Felix terakhir, Chaewon menyerah, dia masuk ke kamar mandi dan menguncinya.
Felix melepas paksa infusannya, merapikan ranjang kamar, lalu berlari bersembunyi di bawah sofa yang tersedia.
Dia berharap, semuanya baik-baik saja.
"Lee Felix?" Felix tahu itu suara ayahnya, apa dia akan tahu kalau Felix berbohong tentang keberadaan ibunya?
Suara derap kaki menuju ke kasur kamar, lalu ke kamar mandi. Felix bisa melihat dengan jelas kalau ayahnya berusaha membuka pintu kamar mandi dengan mendobraknya.
Sampai sekarang dia masih berharap Chaewon bisa menyembunyikan tubuhnya diantara benda-benda yang ada di kamar mandi, kan tubuhnya kecil juga.
Pintu kamar mandi terbuka, rasanya Felix ingin berkata kasar sekarang, Chaewon sudah di giring keluar dari kamar mandi. Wajahnya sudah merah, dipastikan ketakutan.
"Kamu teman Felix kan? Dimana dia?"
Chaewon menggeleng, "sa-- saya tidak tahu."
"Beritahu saja, dimana dia dan kamu saya lepaskan." Chaewon menangis saat ayah Felix mengarahkan pistol ke kepalanya, "saya harus melakukan ini kalau kamu tidak memberitahukannya."
Dor!
"Saya mohon berhenti cari ibu saya." Felix mengarahkan tangan ayahnya yang memegang pistol ke bawah, dan lantai rumah sakit sudah berlubang.
"Nah disini juga kamu, dimana ibumu, saya tahu kamu menyembunyikannya."
Kali ini pistol mengarah ke kepala Felix. "Tembak saja,"
Jari ayah Felix sudah mulai menekan kontrol senjata tersebut, "rumah sakit disamping SOPA."
Ayahnya Felix menurunkan senjatanya, menatap tajam ke arah Chaewon, "ck! Apa kamu bisa dipercaya?"
"Percayalah. Dia disana,"
"Jika saya tidak menemukan ibu Felix disana, Yeri akan saya bunuh hari ini juga."
Chaewon mengangguk yakin, "pergilah ke sana."
Felix menatap ke arah Chaewon, juga. "Siapa yang menyuruhmu memberi tahu dia?"
Chaewon gemetaran, lagi. Felix mengubah gaya bicaranya,-mu-. Entah, mungkin dia sedang emosi sekarang.
"Gak sengaja."
"Gak sengaja?" Felix membanting vas yang ada di atas nakas, "segitu ringannya bilang kalau itu gak sengaja?"
"Ibu udah di pindahkan ke rumah Tante Alice."
Felix diam sebentar, "Yeri nuna ..."
"Ayah lo gak mungkin bunuh darah dagingnya sendiri, Lee Felix."
"Kenapa gak ngilang aja sih tadi?" tanya Felix, setelah hening sejenak. Chaewon menunduk, dia sudah beberapa kali mencoba untuk membuat wujud tubuhnya tidak terlihat. Tapi tidak berhasil.
"Kayaknya, hilang waktu di Incheon. Gue salah apa ya emangnya?"
"Kok bisa? Samaan! Penglihatan gue juga hilang."
"Kita buat salah kali sama Tuhan."
"Fel--"
"Ayo cari Yeri nuna!"
Chaewon hanya bisa menurut, ia sudah banyak terlibat dalam masalah Felix, ayah Felix juga sekarang sudah tahu dirinya. Mau bagaimana lagi.
***
Felix melajukan mobilnya menuju Masan, sumber info dari Guanlin, hp Yeri terakhir bisa di akses berada di Masan. Tentang Guanlin, Felix meminta bantuannya, karena dia mengendarai mobil, terpaksa Chaewon yang harus menelponnya.
"Beneran ke Masan?"
"Gimana lagi? Yeri nuna, gue juga sayanglah sama dia."
"Lix, bukannya itu mobil ayah lo ya? Ko bisa disini?"
10 Januari 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
day and night | chaelix
Fanfiction✧lee felix from stray kids • kim chaewon from izone's✧ [revisi] ┏ ┓ completed └ ┘ ❝the day seems far away but i continue to like you i may be a bit clumsy but for you, i'll never step back.❞ 2018☽ ┊ ©aphrobelle