S

2.2K 117 4
                                    

21
—— ○ ——

"Yang Mulia Putra Mahkota, Jungjeon Mama memanggil anda" Daisuke tampak tidak niat untuk berjalan, rasanya kakinya sangat berat. Sampai akhirnya dia sampai di kediaman ratu dengan waktu tiga puluh menit.

"Putra Mahkota telah tiba!" Daisuke melangkah masuk ke kamar ibunya, menemukan ayah dan ibunya sedang menimang sang adik. Daisuke memberi hormat ke kedua orang tuanya.

"Duduklah putra mahkota, lihatlah adikmu" Sakura menyerahkan Sarada ke pangkuan Daisuke. Daisuke terpukau melihat kelucuan adiknya, "Bagaimana? Lucu kan? Panggil dia Sarada" Daisuke sedikit bermain dengan adiknya setelah itu mengundurkan diri untuk istirahat.

Desa Konoha

Para penduduk desa dari pangkat yang tinggi sampai rendah merayakan kelahiran Sang Putri. Kerajaan juga membagikan sumbangan bagi kaum yang kurang mampu.

"Jin mi!! Keluarlah dari rumah, lihatlah keramaian ini!" Jin mi yang sedang bermalas-malasan di kamarnya mendengus kesal.

"Aku lelah ayah!" Lie Ji, Ayah Jin mi tidak mengerti lagi dengan kelakuan sang anak, sifatnya berubah saat ia pulang dari pasar beberapa bulan yang lalu. Lie Ji masuk kerumahnya dan mengetuk pintu kamar Jin mi.

"Anakku buka pintunya, ini ayah" Jin mi membukakan pintu dan kembali duduk di kasurnya. Lie Ji duduk disamping Jin mi yang sedang sibuk dengan kalung phoenixnya.

"Ada apa denganmu? Kenapa kau muring sekali? Apa kau sudah bosan membantu ayahmu membuat obat? Atau kau kesal karena harus mengurus toko mengantikan ibumu?"  Jin mi memperhatikan ekspresi ayahnya saat mengatakan kata ibu. Wajahnya setenang air tetapi di dalam ekspresi itu terdapat kilatan kesedihan.

"Aku tidak bosan menjaga toko atau membantu ayah, tapi aku sedang memikirkan perdana menteri istana" Lie Ji kaget dengan pengakuan Jin mi.

"Kau menyukai perdana menteri istana? Kau tidak mabuk anakku? Umur mereka sangat jauh berbeda denganmu, mereka tidak pantas untukmu!" Jin mi mendelik ke ayahnya, "Ayah bicara apa? Walaupun aku mabuk aku tidak akan mau dengan perdana menteri senior. Aku sedang memikirkan perdana menteri muda yang kutemui di kediaman putra mahkota. Aku ingin menyampaikan sesuatu kepadanya." Lie Ji kebingungan, dia sudah menjadi tabib istana selama 10 tahun tapi belum pernah melihat perdana menteri muda di istana, "tidak ada perdana menteri muda disana, bahkan menteri junior rata-rata memiliki umur 30 tahun.

" Jin mi jelas-jelas tahu kalau pria itu mengaku sebagai perdana menteri istana.

"Ayah bolehkah aku ikut denganmu besok ke istana? Aku dengar ayah akan memeriksa Yang Mulia Ratu?" Lie Ji mengangguk, "bagus, kau akan membantu ayah meracik obat."

Malamnya Jin mi melihat pelepasan lampion di desanya, Jin mi dan Rou Rou (sahabat Jin mi) juga mempunyai lampion yang mempunyai permintaan di dalamnya.

" Jin mi apa permintaanmu?"

"Kau tidak perlu tahu Rou Rou, ini sangat rahasia." Rou Rou mengerti. Tetua desa Konoha, Jiraiya memimpin pelepasan lampion. Sebelum itu semua orang harus mengecek permintaan mereka agar tidak ada kesalahan. Jin mi membuka kertas permintaannya dan membaca dalam hati, 'Aku harap ibu baik-baik saja di sisi Tuhan. Jin mi hidup dengan baik bersama ayah. Jadi Jin mi berharap ibu tenang disana' Jin mi mengikat kertas itu di lampionnya dan menerbangkannya. Air mata Jin mi sudah tidak bisa ia tahan dia menangis menatap lampion itu semakin tinggi dan mengecil. Jin mi masuk kerumahnya, dan memilih untuk naik ke atap melihat bintang.

Siapa sangka angin di atas sana sangat kencang dan membawa lampion Jin mi ke kediaman Putra Mahkota? Daisuke melihat ada lampion yang jatuh di belakang kediamannya.

"Apa itu lampion?" Daisuke mengambil lampion itu dan menemukan secarik kertas yang di ikat disana. Dia membaca surat itu dan seperti mengenal nama penulisnya, "Jin mi?"

Kenangan bersama Jin mi terlintas di otak Daisuke. " Oh, namaku Jin mi, Choi Jin mi!" Dia teringat gadis penyusup itu, dia tidak tahu kalau ada cerita yang menyedihkan di balik pribadi yang ceria itu. Dia memanggil burung elangnya dan menulis pesan untuk menghibur Jin mi. Dia mengikatnya ke elang itu dan memintanya untuk mengantar pesan itu ke Jin mi.

Jin mi yang sedang memperhatikan bintang melihat burung elang menghampiri dirinya, "Elang? Apa yang membuatmu kemari?" Jin mi melihat secarik kertas di kaki burung itu. "Apa ini? Untukku?" Jin mi membaca tulisan di kertas itu. Matanya memanas, hatinya sesak saat membacanya.

Pesan yang di tulis Daisuke :
Ibu baik-baik saja Jin mi, hiduplah dengan baik bersama ayahmu.

Jin mi tidak percaya kalau ibunya yang menulis surat ini. Tapi dia sangat berterimakasih dengan orang yang menulis tulisan ini. Dia merasa kalau ibunya sudah bahagia di alam sana. Jin mi hanya merasakan kasih sayang ibunya saat dia berumur 5 tahun, setelah itu ibunya jatuh sakit dan meninggal dunia. Ayahnya juga tidak mampu menyembuhkan penyakit sang ibu walaupun ayahnya adalah tabib yang hebat di mata masyarakat. Sejak saat itu ayahnya sangat bersemangat untuk mempelajari berbagai obat obatan sampai ayahnya memilih menjadi tabib istana.

 Sejak saat itu ayahnya sangat bersemangat untuk mempelajari berbagai obat obatan sampai ayahnya memilih menjadi tabib istana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Daisuke & Jin mi

Daisuke & Jin mi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jin mi

Beautiful Blue Moon [美しい青い月] 🌑 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang