A

1.9K 116 11
                                    

Thanks for your support 🙏 I love you guys ❤️

22
—— ○ ——

Keesokan harinya Jin mi ikut ayahnya ke istana. Ayahnya yang merupakan tabib yang cukup terkenal di Konoha itu akan dinobatkan sebagai tabib pribadi ratu. Sesampainya di istana Jin mi mencari-cari keberadaan perdana menteri yang memberinya kalung Phoenix.

Jin mi menanyakan pada dayang yang ia temui saat dijalan. Tetapi tidak ada yang tahu kalau ada perdana menteri muda. ' Aneh, kenapa mereka tidak ada yang mengetahui tentang dia? Apa dia berbohong?' batin Jin mi campur aduk antara marah dan penasaran, sampai akhirnya ia dan ayahnya sampai di kediaman ratu. Dayang ratu memberi hormat ke ayahnya dan mempersilahkan mereka masuk. Sakura menyambut Jin mi dan ayahnya.

"Lama tidak bertemu tabib Lie Ji? Aku senang kau datang!" Sakura duduk di dihadapan Jin mi dan ayahnya. Didepan meja Jin mi dan ayahnya terdapat beberapa cemilan dan teh hijau.

"Apakah dia anakmu Tabib? Dia sudah besar, kurasa dia seumuran dengan Putra Mahkota!" Jin mi mengucapkan salam untuk yang pertama kalinya untuk Sakura. Sakura sepertinya menyukai Jin mi dengan sifatnya yang masih polos ini.

"Benar Yang Mulia. Jin mi memang seumuran dengan Putra Mahkota" Sakura tersenyum.

"Lie Ji ada yang ingin ku bicarakan kepadamu" Lie Ji memberi kode untuk Jin mi keluar terlebih dahulu.

"Yang Mulia Ratu saya pamit untuk berjalan-jalan di istana terlebih dahulu, sebaiknya saya tidak mengetahui percakapan anda" Sakura mengangguk, "Kau sangat pengertian Jin mi, pergilah."

Jin mi keluar dari kediaman ratu dan melanjutkan pencariannya. "Dimana orang itu! Kenapa selalu tiba-tiba muncul dan menghilang seenaknya!" Daisuke yang ingin menemui ayahnya melihat Jin mi yang sedang kebingungan entah seperti mencari sesuatu. Kebetulan dia membawa baju pejabat biasa dan tidak membawa baju kebesarannya. Dia mendekati Jin mi dan meminta Kakashi menemui ayahnya.

"Jin mi! Apa yang kau lakukan disini?" Jin mi tersentak dan dengan reflek memberi hormat kepada perdana menteri yang sedang ia cari-cari.

"Perdana menteri! Saya mencari anda. Ada sesuatu yang ingin saya ceritakan kepada anda." Daisuke mengajak Jin mi ke kolam istana yang baru saja dibangun.

"Perdana menteri, kemarin saya benar-benar bertemu dengan burung Phoenix, bulunya sangat indah, dan begitu pula pesan yang ia bawa." Jin mi tersenyum miris. Daisuke merasa bersalah karena telah membohongi Jin mi dan membuatnya bersedih.

"Tapi saya bahagia, dan berterima kasih kepada orang yang mengirimkan surat itu! Rinduku kepada ibu sedikit berkurang, dan merasa ia sudah tenang disana"

Semakin lama Daisuke bersama Jin mi dia semakin merasa ada cinta yang tumbuh di dalam hati kecilnya, Daisuke jatuh hati kepada Jin mi. Begitu pula Jin mi, seumur hidupnya dia tidak pernah merasakan perasaan seperti ini saat bersama lelaki. Tetapi saat bersama perdana menteri dia merasa nyaman dan hatinya berdegup kencang secara bersamaan. Banyak hal yang mereka bicarakan di pinggir kolam istana, sampai pelayan pribadinya menyuruhnya untuk pulang karena ayahnya sudah selesai. Jin mi pamit ke Daisuke, ia memberikan senyum termanisnya dan pergi.

Daisuke menuju ke kediaman ratu karena ibunya ingin menemuinya. Daisuke masuk dan memberi hormat ke sakura, "Ada apa ibunda? Apa ada masalah?" Sakura menggeleng dan mengengam tangan Daisuke.

"Umurmu sudah menginjak usia untuk menikah, ibu akan memikirkan tentang pernikahanmu mulai sekarang dan akan memilih calon istri untukmu!"

Daisuke tidak terima, "tapi aku belum ingin menikah, aku masih muda!" Sakura marah, "Kau! Kau ini putra mahkota! Calon pewaris tahta satu-satunya! Sudah sepantasnya mendapatkan seorang istri yang membantumu di masa depan! Ibu tidak mau tau kau akan segera menikah Daisuke!" Daisuke diam dan memilih untuk pulang beristirahat di kediamannya. Dia marah dan khawatir tidak bisa bertemu dengan Jin mi lagi. Dia takut Jin mi meninggalkannya.

Sakura menemui Sasuke yang sibuk dengan urusan negaranya.

"Yang mulia!"

"Sasuke-kun!"

"Yang mulia?" Sasuke menatap Sakura tajam.

"Sasuke-kun! Panggil aku Sasuke-kun disaat berdua!" Sakura ketakutan, "S-Sasuke-kun?" Sasuke merasa ia terlalu keras kepada sakura. Dia menarik tangan sakura dan mengajaknya untuk duduk.

"Apa yang mengundangmu kesini hime?" Sakura tersipu malu dengan panggilan Sasuke.

"Aku kesini untuk membicarakan pernikahan Daisuke." Raut muka sakura berubah sedih, "aku ingin dia menikah dengan anak kenalanku, apa anda setuju?" Sasuke memikirkan sejenak tentang masalah ini. Dia tidak bisa langsung memutuskan karena ini menyangkut masa depan. Sakura langsung menceritakan semuanya yang membuat Sasuke setuju.

Setelah membahas anak pertama Sasuke dan sakura bermain bersama Sarada di taman. Sakura merajut sebuah baju untuk anaknya. Sarada yang masih kecil bermain ayunan di gendongan sakura. Sasuke yang mendorong dari belakang. Orang tua akan tersenyum hanya dengan melihat tertawanya sang anak, mereka tidak menuntut balasan uang untuk mempertahankan nyawa kalian dan menjamin kehidupan kalian.

Deonwa mendengar kalau Daisuke akan segera menikah, ia tidak sadar kalau anak itu sudah besar. Deonwa menuju ke paviliun Phoenix untuk bertemu dengan Daisuke. Ia melihat Daisuke sedang melamun di paviliunnya. "Putra Mahkota!" Daisuke melihat Deonwa yang menyapanya, "Suk Yeong Mama? Apa yang membuatmu kemari?" Deonwa duduk di sebelah Daisuke sambil tersenyum bahagia, "Bagaimana aku tidak akan mengunjungimu? Aku mendengar kabar kau akan segera menikah! Dan menuju kemari untuk melihatmu sebelum mempunyai istri" Daisuke kembali bersedih, "Kenapa kau bersedih putra mahkota!" Sikap manja Daisuke keluar, "Bibi!!! Aku tidak mau menikah, bujuklah Ibunda agar membatalkannya saja." Deonwa tidak habis pikir dengan sifat Daisuke yang masih kekanakan.

"Daisuke kau ini mempunyai kewajiban yang besar dimasa depan. Ada seribu nyawa yang akan kau tanggung besok. Cobalah untuk mengerti untuk kali ini saja." Deonwa pamit untuk pulang, ia mengelus kepala Daisuke dan menasehatinya untuk mengingat kata-katanya.

Yume dan Hikaru sedang bermain bersama Sarada yang digendong Sakura, sementara Sasuke sudah kembali ke kantornya. "Yume, Hikaru, Bibi sedang bingung dengan kakak kalian, dia akan segera menikah tetapi aku masih belum bisa melepaskannya" Yume dan Hikaru merasakan hal yang sama seperti Sakura, tetapi memang sudah menjadi kewajiban Daisuke untuk memiliki seorang istri sekarang.

Daisuke menulis surat untuk Jin mi. Ia merasa sangat sedih harus melepaskan bunga itu. Ia terlalu menarik perhatian Daisuke, bunga itu memiliki daya tarik tersendiri bagi Daisuke, dia indah tanpa celah.

TBC

Beautiful Blue Moon [美しい青い月] 🌑 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang