26 満月

1.6K 105 6
                                    

Sebelum itu saya mau minta maaf kepada pembaca cerita ini. Saya sadar jarang update cerita, kesannya tidak menghargai cerita ini. Saya minta maaf karena banyak sekali hal yang saya kerjakan belakangan ini. Saya akan berusaha lebih baik lagi. 🙏❤️

Sarada tertidur dipangkuan sakura dengan nyenyak. Sasuke menemani sakura yang sedang memangku Sarada.

"Ratuku dia gadis yang berbakat, apa kita naikkan pangkatnya menjadi kepala tabib istana mengantikan Roushin?" Sakura setuju dengan Sasuke.

"Baiklah yang mulia, sepertinya dia pantas mendapat jabatan itu." Daisuke menyeret Jin mi ke tempat yang jauh dari keramaian.

"Putra mahkota lepaskan saya!" Daisuke mendelik saat Jin mi memintanya melepaskan cengkraman tangannya.

"Apa kau sudah benar-benar melupakanku? Sebahagia itukah kau tanpa diriku Jin mi?" Jin mi melepaskan genggaman tangan Daisuke.

"Putra mahkota, di kehidupan ini kita bagaikan langit dan bumi. Tidak bisa bersatu namun hanya bisa berdampingan saja. Tidak baik untuk saya berada di samping anda. Anda adalah calon raja dan suami orang!"

Daisuke hanya bisa diam, Jin mi meninggalkan Daisuke sendirian disana dan memilih untuk pulang kediamannya.

"Apapun yang terjadi kau hanya boleh menjadi milikku Jin mi" mata Daisuke berubah menjadi Semerah darah. Jin mi masuk kamarnya dan menutup pintunya.

"Hiks aku ini kenapa? Aku tidak mencintainya, lagipula aku sudah gila bisa berbicara seperti itu kepadanya!" Hati Jin mi merasa sesak, seperti saat mengetahui ibunya sudah meninggalkannya di dunia ini. Jin mi melihat pisau di laci kamarnya dia mengambilnya dan menyembunyikannya di lengan bajunya dengan mengikatnya.

Jin mi memilih untuk beristirahat saat ini. Lie Ji yang pulang membuka kamar anaknya dan menemukannya sedang tidur dengan nyenyak di futonnya. Lie Ji masuk dan mengelus-elus kepala anaknya seraya berkata, "Terimakasih" Lie Ji mencium kening anaknya dan keluar untuk meracik obat Sarada.

Keesokan harinya Jin mi bangun dengan wajah yang pucat. Matanya bengkak, saat pelayannya mengetuk pintu untuk membantu Jin mi membersihkan badan, Jin mi menolak dengan alasan mengantuk. Jin mi memegang pergelangan tangannya terdapat pisau tajam. Jin mi mengingat masa lalunya saat bersama ibunya. "Ibu" air matanya mengalir di pipi putihnya.

Flashback mode : On

"Jin mi kemari !!!" Jin mi berlari menuju ke ibunya. "Ada apa Bu?" Ibu Jin mi mengengam tangan mungilnya. "Anakku lihat itu di langit!!" Jin mi mengikuti arah tangan ibunya, di atas sana terlihat burung seperti elang yang sedang berputar di langit. Sayapnya emas, ekornya panjang dan indah. "Itu burung apa?" Ibunya tersenyum, "ibu pikir itu burung Phoenix kerajaan!" Jin mi mengamati setiap gerak gerik burung itu. "Burung itu adalah burung yang sangat langka, jarang sekali orang bisa melihatnya. Ibu harap kau bisa menemukan orang seperti burung Phoenix, dia yang berbeda dari yang lain. Indah tapi kuat." Kata kata itu adalah yang terakhir kalinya ia dengar. Sebelum keesokan harinya ibunya jatuh sakit.

Flashback mode : off

Jin mi menatap pisau itu dengan sendu. Perlahan ia arah kan ke pergelangan tangannya yang halus itu. Pikirannya kosong, semakin mendekat ke kulit putihnya, crash. Darah segar mengalir dari pergelangan tangannya. Daisuke melihat itu membeku, dia tidak percaya Jin mi melakukan hal bodoh ini. Sadar kalau darahnya semakin deras Daisuke berlari dan mengendong Jin mi ke arah ruangan kerja para tabib di kediaman Lie Ji. "Cepat ambil obat! Tangan Jin mi terluka!!" Sontak semua tabib disana mengambil obat. Karena yang terluka adalah anak utusan mereka, dan yang menyuruh seorang putra mahkota.

Jin mi tak sadarkan diri karena kehilangan banyak darah. Daisuke yang cemas dari tadi hanya bisa meremas remas tangannya. Lie Ji pulang dari kediaman ratu karena mendengar anaknya terluka. "Jin mi!!!!!" Lie Ji menghormat ke Daisuke dan masuk ke kamar Jin mi, "anakku! Bangun! Bagiamana bisa? Apa ada penyusup?" Daisuke menggeleng. "Dia melukai tangannya sendiri paman." Lie Ji lemas, bertahun-tahun mengenal anaknya baru kali ini dia mendengar anaknya melakukan hal ini.

"Aku adalah orangtuanya , tapi bukan ibunya... Aku tidak tahu kasih sayang yang kuberikan sudah cukup atau belum, setiap bermain dengan sahabatnya dia terlihat murung saat pulang. Karena sahabatnya yang selalu di jemput ibunya agar pulang ke rumah. Sementara aku, aku bukanlah ayah yang becus mengurus anak. Aku yakin dia sangat membenciku karena aku ini ayah yang banyak berbicara, dan tidak mengerti apa-apa! Maafkan ayah Jin mi!" Daisuke ikut menyesal atas kejadian ini, ia yakin Jin mi melakukan ini juga karenanya. "Paman semua ini salahku, tidak bisa melindunginya." Lie Ji langsung menggeleng dan langsung memegang bahu Daisuke, "putra mahkota anda sudah melakukan yang terbaik. Tolong jangan salahkan diri anda"

Jin mi tersadar dengan wajah pucat pasi. "Ayah?" Kata kata pertama itu membuat Lie Ji senang. "Jin mi! Anakku kau sudah bangun?" Lie Ji memeluk Jin mi dengan erat. "Dasar anak bodoh! Kenapa kau lakukan hah?" Jin mi langsung menangis mempererat pelukannya. "Maaf ayah, maafkan Jin mi" Lie Ji langsung menggeleng dan menenangkan Jin mi yang semakin menangis keras. Sudah menjadi kebiasaannya kalau merasa bersalah akan menangis dengan keras.

Beautiful Blue Moon [美しい青い月] 🌑 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang