gak nyangka udah 1K yang baca cerita ini :')
Thanks semua💜💜💜Hoseok terkejut bukan main saat Jimin masuk kedalam ruang meeting tidak menggunakan kursi rodanya lagi. Bahkan namja bermarga Park itulah yang menggantikan posisi Taehyung untuk memimpin meeting tersebut.
"Selamat pagi semuanya." sapa hangat Jimin pada beberapa orang yang duduk diruangan itu.
"Pagi." semua menjawab kecuali Namja yang kini duduk berhadapan dengannya melemparkan tatapan tajam pada Jimin.
Kalau saja tidak menyangkut perusahaannya, Hoseok tidak akan mau berkerja sama dengan perusahaan Jimin.
"Hari ini, saya akan menggantikan posisi Taehyung untuk memimpin rapat ini. Pertama-tama saya mengucapkan terimakasih kepada perusahaan Jung atas kerja samanya. Semoga kedepannya Project yang kita jalani akan berjalan dengan lancar." Jimin memberikan senyum remeh kepada Hoseok. Lihat Jimin yang sekarang sudah bisa berjalan dan nampak sombong dihadapannya, bukan Jimin yanh dulu duduk dikursi roda dengan wajah sendunya.
Setelah tiga puluh menit berlalu, rapat yang dipimpin oleh Jimin berakhir menyisahkan dua orang yang saling melempar tatapan tajam didalam ruangan itu.
"Kenapa Hoseok-ssi, kau kaget melihatku tanpa kursi roda lagi?" tanyanya dengan nada suara yang meremehkan.
Hoseok berjalan mendekati Namja bermarga Park itu, "akhirnya kau bisa jalan juga, aku fikir kau akan lumpuh permanen." lalu melipat kedua tangannya didada.
"Dalam mimpimu saja." jimin terkekeh remeh. "aku harap kau tidak lama menaruh dendam padaku. Lagi juga, mantan kekasihmu sudah tenang dialam sana dia juga ingin melihatmu bahagia bersama yang lain."
"Kaulah penyebabnya sialan! Kau yang membuatnya depresi lalu bunuh diri."
"Seharusnya kau berterimakasih padaku, aku menggagalkan pernikahan itu. Kau bisa saja merebut taeri kembali pada saat itu."
"Tapi Taeri mencintaimu, sialan!"
"Itu salahmu, mengapa kau tidak bisa membuat hatinya jatuh cinta lagi padamu." Jimin melirik alrojinya yang melingar indah di lengannya. "Sudahlah, waktuku sudah habis untuk membahas masalalu. Aku permisi."
Hoseok mengepalkan tangannya. Ia sangat Geram dengan tingkah Jimin barusan. Lihat saja apa yang akan ia lakukan untuk menghancurkan seorang Park Jimin.
Permainan kita dimulai dari sini Park Jimin. Batin Hoseok.
---
"Kemarin saat Junghyung tidak masuk, Uncle Chim datang menjemput, dia tidak tau kalau Junghyung tidak masuk dan Uncle mengajakku pergi ke kedai es cream."
Junghyung yang mendengarnya hanya tersenyum saja mendengar celotehan dari Jiyoon. Ia senang jika Jiyoon bisa dekat dengan Unclenya.
"Aku menyukai es cream berkatnya, dan malam itu aku bertemu dengan Uncle dimini market dekat flatku."
"Hari ini aku ingin main ke Flatmu. Boleh?" tanya Junghyung berharap Jiyoon menyetujuinya.
Bocah itu pun berfikir sejenak, flatnya kecil beda sekali dengan rumah milik Junghyung. "Flatku kecil, memangnya tidak apa-apa?"
"JANGAN MAU BERMAIN DI FLATNYA, KECIL, KUMUH PASTI TIDAK PUNYA BANYAK MAINAN."
"DIAM KAU SETAN KECIL!" bentak balik Junghyung membuat bocah kecil tadi yang mengatai mereka langsung terdiam dan tak berani mentapnya.
Bocah cantik itu sudah jengah dengan sikap teman-temannya yang terus mengejek Jiyoon yang jelas-jelas bocah itu hanya diam saja.
"Sudah-sudah, Junghyung tidak apa-apa. Memang yang dikatakan oleh mereka benar kok, kalau flatku kecil."
"Seharusnya kau melawan mereka Jiyoon, jangan terus terdiam. Mommyku bilang, lawan saja jika mereka sudah menyakiti hati."
"Yasudah, ayo kita kekelas." Jiyoon berdiri dari kursi taman itu, begitupun dengan Junghyung. Tangan mungil itu pun bertautan hingga menuju kelas. Bagi Jiyoon, memiliki satu sahabat seperti Junghyung sudah cukup untuknya.
"Jadi bolehkan?" tanya Junghyung lagi.
"Iya boleh, tapi kau harus bilang dulu pada Mommy atau Daddymu."
"Hari ini Daddyku yang akan menjemput, jadi kita bisa diantar deh kerumahmu."
---
Jimin duduk dikursi kebangsaannya, sudah lama sekali ia tidak menduduki bangku itu. Sekilas ia merindukan momen bersama Min Yoongi yang sampai sekarang tidak hilang dari ingatannya.
Tangannya membuka salah satu laci dimejanya. Mengambil sebuah bingkai yang sudah lama disentuh olehnya. Dimana didalam foto itu ada dirinya bersama dengan Yoongi.
Jimin merindukan sangat merindukan. Mendapatkan informasi tentang mantan kekasihnya yang kini sudah diketahui keberadaannya membuat dirinya menjadi sedikit lega, walaupun hatinya mengatakan mantan kekasihnya dalam keadaan tidak aman karena berdekatan dengan hoseok.
"Jimin." Taehyung masuk dengan terburu-buru kedalam ruangannya. Membuat Namja yang tengah memegang benda itu langaung memasukkan kembali kedalam lacinya.
"Kau membuatku kaget, bisa tidak menggetuk pintu dulu."
Namja bermarga Kim itu duduk berhadapan dengannya dengan mimik wajah yang susah diartikan oleh Jimin.
"Ada apa? Ada kantor cabang yang memiliki kendala?"
Taehyung menggelengkan kepalanya, "bukan itu, kemarin Yoongi menemui Jungkook dirumahku."
"Yoongi kerumahmu. Jangan mengada-ada Tae."
"Aku serius, bahkan ia menyampaikan sesuatu." ucap Taehyung dengan serius.
Jimin menyeritkan dahinya. Apa yang dikatakan oleh Yoongi dan membuat sahabat yang ada dihadapannya seperti sangat khawatir.
"Yoongi bilang, Hoseok akan mencelakaimu dan orang yang kau sayang. Sekarang kau lebih harus berhati-hati, seperti Hoseok sudah mulai menjatuhkanmu."
"Aku tidak takut dengannya walaupun dia melukaiku nanti, tapi yang aku takuti, Yoongi ada disekitarnya." begitulah kekhawatiran Park Jimin. Ia rela tersakiti, namun jika melibatkan orang yang ia sayang Jimin tidak akan pernah rela.
"Aku akan menyuruh anak buahku untuk menjagamu."
"Tidak usah bodoh, Hoseok makin curiga." Jimin mengedarkan pandangannya kealroji yang melingkar dipergelangan tangannya, pukul setengah duabelas artinya sudah waktunya Junghyung pulang sekolah. "Kau tidak menjemput Junghyung?" tanyanya.
"Ini aku ingin menjemputnya." balas Taehyung.
"Tidak usah menjemputnya, biar aku saja." Jimin bangkit dari tempat duduknya dan menyambar kunci mobil yang berada diatas mejanya.
"Mengapa kau sangat semangat menjemput anakku. Ah, atau ada seorang guru yang menarik perhatianmu?" tanya balik Namja bermarga Kim itu.
"Tidak, hanya saja ada satu bocah yang menarik perhatianku."
"Siapa Jiyoon?"
"Kau sudah tau jawabannya mengapa bertanya lagi." Jimin sudah berjalan mendekati pintu ingin keluar dari ruangannya namun suara Taehyung membuatnya menghentikan langkahnya.
"Jangan bilang kau jadi pedofil Park Jimin!"
Jimin berbalik badan menghadap padanya dan tertawa. "Aku tidak segila itu Kim Taehyung. Hanya saja aku merasa Jiyoon seperti diriku dimasa kecil."
---
Sorry bgt baru bisa dilanjut :")
Thanks sekali lagi buat 1K ya walaupun tidak sebanding dengan votenya.Yang punya twitter yuk mutualan
@sugaDst_
Ditunggu💜💜💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny • MinYoon
Fanfictionseberapa pun Yoongi menghindar tetap saja kalau Jimin adalah Takdirnyanya. MinYoon Line. BxB BL Jimin ! Seme. Yoongi ! uke. Rank 🔥 #2 Yoongiuke (170619) #35 jiminseme (220719) #38 bxb (280719) #18 jiminseme (241019) #1 yoonmin (081119) #14 jimin...