10 Menit 18 Detik

186 3 0
                                    


Setelah beberapa hari gambaran akan mimpi tersebut perlahan - lahan terhapus dari pikiranku , tapi aku merasa masih ada sesuatu yang janggal , seperti ada sesuatu yang harus kuingat kembali tapi aku tak tahu apa itu . Angka 1.21 juga bukan seperti angka yang familiar untukku , tapi sudahlah toh selama beberapa hari ini aku juga tidak bermimpi hal yang aneh - aneh lagi dan jam dindingku juga sudah berjalan normal seperti biasa , ini hanyalah mimpi buruk biasa yang terasa cukup nyata saja .

Aku menggeser bangku dari meja belajarku ke dekat jendela dan membuka jendelaku lebih lebar dari biasanya tapi ranting - ranting pohon menghalangi jendelaku agar tak terbuka lebih lebar lagi , aku membakar sebatang rokok sambil sedikit melihat ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 2 lewat , tak heran kalau aku sering menguap dari tadi tapi aku tak merasa ingin tidur sekarang belum lagi angin berhembus perlahan menggoyangkan pohon membuat pikiranku sedikit tenang , ditemani suara jangkrik dan sunyinya tengah malam ini tapi lama kelamaan gerakan pohon yang tertiup angin ini membuatku sedikit ngeri apalagi saat teringat cerita - cerita horror soal mahkluk halus yang suka bertengger di pohon yang suka muncul tiba - tiba . Sial , semenjak aku masuk kostan ini aku tak pernah ingat kalau dahan - dahan pohon yang menjulur ke arah jendelaku ini pernah dipotong atau tebang sekalian karena menghalangi pandanganku ke lapangan bola yang ada tepat di depan kostanku .

Ini sudah memasuki tahun keempat aku menghuni kostan ini dan dalam 4 tahun kostan ini sudah 3 kali berganti pemilik , awalnya ini adalah kostan milik seorang dokter yang sudah menduda entah sejak kapan dan dia memiliki sebuah kamar khusus jika dia membawa seorang wanita kemari . Kostan ini memiliki 3 lantai tapi lebih menyerupai sebuah rumah bertingkat daripada bangunan kost-kostan pada umumnya dan di lantai 1 ada sebuah kamar dengan garasi yang hanya bisa memuat satu mobil , tentunya parkiran penghuni kost dengan pemilik kost berbeda dan penghuni kost saat itu hanya ada 5 orang dari total 19 kamar termasuk aku . Awalnya aku tak mengetahui kalau wanita yang sedang bersama pemilik kost saat itu bukan istrinya , karena kebiasaan sang dokter yang hanya ada dikostan saat akhir minggu saja dan wanita tersebut selalu berada di kostan tentu saja wajar kalau aku berasumsi wanita tersebut adalah istrinya yang ditinggal kerja , belum lagi ia selalu memasak makanan yang cukup enak untuk para penghuni kostan seperti sedang mengurusi kami . Tapi semua berubah saat wanita tersebut tak lagi di kostan selama beberapa minggu dan berganti dengan wanita baru yang kini tinggal dikostan juga , tapi hubungan sang dokter dengan wanita selalu tak lama karena dalam 1 tahun ia sudah berganti - ganti wanita sekitar 7 kali hingga akhirnya kostan itu dijual kepada seorang pengacara .

Pengacara tersebut sama sekali tak pernah memperkenalkan diri sebagai pemilik kost , ia hanya selalu memberikan perintah kepada penjaga kost lewat telpon , entah itu untuk bayar listrik , tagihan uang sewa kost , perbaikan dan lain lain , tapi sang pengacara tersebut juga hanya 1 tahun memiliki kostan ini hingga akhirnya dijual . Aku tak tahu pasti alasannya tapi tepat sebelum dijual terdapat sebuah kejadian menghebohkan yang terjadi dikostan ini tapi aku benci jika harus mengingat - ingat kejadian 2 tahun lalu itu , akhirnya kostan ini dibeli oleh seorang berpangkat militer yang biasa kupanggil dengan Pak Bowo , perilakunya tidak jauh dari sang pengacara karena ia jarang muncul dikostan tapi jika sudah urusan uang kost dan kebersihan maka Pak Bowo bisa tiba - tiba datang memanggil penghuni kost yang tidak taat aturan tersebut lalu berbicara empat mata selama 30 menit sehingga para penghuni kost akan merasa terintimidasi jika ia sudah muncul dikostan secara tiba - tiba .

Walaupun telah 3 kali berganti pemilik baru tahun ini saja kostan ini benar - benar terisi penuh , aku bahkan pernah merasakan tinggal sendiri di kostan ini saat para penghuni sebelumnya pindah satu persatu dari kostan ini , mungkin sama dengan apa yang dirasakan pohon ini saat melewati masa - masa tidak ada tawa terdengar di bangunan ini , tidak ada orang yang berlalu lalang disekitar dan yang terasa hanya suasana gelap dan sunyi menemani malam yang dingin , persis dengan malam ini karena semua penghuni sudah mematikan lampu kamar mereka dan terlelap . Aku juga akan memejamkan mataku yang sudah terasa berat ini , mungkin aku akan tetap membuka jendela dan membiarkan ranting - ranting pohon tersebut tetap bergoyang ditiup angin malam sehingga aku merasa tidak sendirian saat terlelap dalam tidurku yang tenang . Tapi semakin aku terlelap aku merasa suara pohon ini lebih berisik dari sebelumnya , seperti ia bergoyang lebih kencang dari sebelumnya , percuma aku sudah semakin terlelap tak ada gunanya membangunkanku untuk menemanimu yang sudah berdiri di depan bangunan ini jauh sebelum aku datang .

11 MenitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang