169 Menit 13 Detik

49 3 0
                                    


B*ngsat ! Dia mau main - main ?!! , pikirku kesal saat dalam perjalanan ke kampus , aku bukanlah orang yang mudah diintimidasi begitu saja mungkin dengan cara seperti itu dia pikir dia bisa menakut - nakutiku , aku juga bukan orang yang bodoh karena jika intimidasi ini tak berakhir aku tau apa yang akan dia rencanakan selanjutnya . Percuma saja jika aku pindah ke kamar lain , karena dia pasti akan ikut pindah ke kamar yang terdekat juga , semuanya terlihat lebih jelas mulai dari ia memilih kostan yang tidak terlalu ramai dan kebetulan pemilik kostan sama sekali tidak pernah mampir sekalipun ke kostan ini , ia bahkan lebih dekat dengan penjaga kostan daripada aku itu juga mungkin karena ia selalu memberi uang atau apapun itu agar penjaga kostan lebih mudah ia atur . Hal terakhir yang perlu ia khawatirkan hanya diriku atau penghuni wanita dilantai 2 , bodohnya , aku tidak menyadari ini semua lebih awal .

Aku sama sekali tidak suka dipermainkan oleh orang rendahan seperti itu , hingga aku putuskan untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama lagi . Aku pikirkan semua hal yang berhubungan dengan apa yang ingin ia lakukan , mulai dari pria berpakaian serba hitam tersebut dan senjata untuk membela diriku jika ia memutuskan untuk menghabisiku . 1 orang diluar dan 1 orang didalam , aku masih bisa membela diri jika ia hanya salah satu dari mereka yang masuk tapi jika keduanya itu masalah nanti , lalu selotip yang cukup tebal dan beberapa pajangan yang gunanya menghalangi celah - celah di sekitar pintu dan jendela kecil diatas pintu , karena aku tau cerita soal teman - temannya di kepolisian ternyata bukan sebuah bualan tapi ancaman yang ditanamnya sejak awal bagi kami yang tinggal disana . Aku tidak ingin ia melempar atau menyelipkan sesuatu secara diam - diam ke dalam kamarku lalu menjebakku dengan memanggil teman - temannya di kepolisian lalu aku dengan konyolnya tertangkap dengan barang bukti yang ada di kamarku , sekali lagi aku tidak sebodoh itu ! .

Setelah selesai dengan perkuliahan aku langsung membeli semua persiapan yang sudah kupikirkan matang - matang sejak tadi , lalu pulang ke kostanku dan sesampainya di lantai 3 sudah terdengar suara musik yang cukup kencang dan beberapa sepatu sudah berjejer seperti kemarin , pintu kamar Arga kini terbuka lebar seperti tidak perduli jika aku melihat ini sekali lagi seolah - olah hal ini akan membuatku semakin tertekan . Aku masuk kekamarku dan dengan cepat kubongkar seluruh isi kamarku , jangan ada celah pikirku saat itu , aku tak mau mengambil resiko ia mengambil langkah lebih dulu dengan menyembunyikan barang haram itu saat aku masih di kampus tadi . Setelah cukup pasti , aku mulai menutupi semua celah di kamarku dengan sangat rapat ! , memasang engsel kunci pada bagian luar kamar agar saat aku bepergian ia tidak bisa macam - macam walaupun memiliki kunci dari penjaga kost atau siapapun .

Arga menyadari apa yang kulakukan saat memasang hal - hal tersebut , aku dapat melihat senyum yang selalu ia perlihatkan padaku tiba - tiba menghilang begitu saja berubah menjadi kesal , dan setelah semuanya selesai aku menutup pintuku dengan perlahan sambil menunjukkan senyum puasku dan dari celah yang perlahan - lahan tertutup aku masih dapat melihat wajahnya yang kesal itu seperti ingin memangsaku . Aku tidak akan lari , seluruh darahku rasanya mendidih dan entah perasaan senang apa ini , perasaan senang karena berhasil membuatnya kesal ? tidak , bukan , ini berbeda pikirku sambil mengeluarkan sebuah pisau yang cukup besar sebagai pertahanan terakhirku .

" Ayo kita main ! "

11 MenitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang