Part #14 kebenaran

7.5K 501 13
                                    

Semua berjalan semakin baik. Setelah kejadian di Sekolah Sarada waktu itu, mereka makin sering bersama. Naruto'pun pernah menginap beberapa kali di mansion Uchiha.

Seperti sekarang, mereka tengah makan malam besama. Tidak ada kecanggungan lagi di antara Mikoto dan Naruto.

Sekarang sikap Mikoto berbanding terbalik dengan yang dulu. Naruto merasa begitu di sayangi oleh Mikoto, entahlah, itu karena tulus atau karena rasa bersalah Mikoto padanya.

Selesai makan malam, semua bersantai diruang tengah. Tapi tidak dengan Naruto, dia saat ini tengah membantu sang Nyonya Uchiha membereskan meja makan.

" Emmm naru, bisa kita bicara sebentar?? Bibi mohonn.."

" Anda tidak perlu memohon seperti itu, baiklah mari.."

Mereka kini duduk di taman belakang, mereka sengaja mengambil tempat yang sedikit jauh, suapaya tidak ada yang mendengarnya..

" Anda ingin berbicara apa Bibi.."

" Emmm naru, apakah kamu masih mencintai Sasuke?? Bibi berharap masih. Aku ingin kau menjadi istri Sasuke, menantu Uchiha.
Kau pantas naru, bahkan tidak ada yang lebih pantas. Kamu pasti bertanya kenapa baru sekarang aku mengatakan ini. Aku memang bodoh"

" Emm bibi anda-"

" Syutt dengarkan dulu naru. Harusnya sejak dulu aku menerima mu. Maafkan aku. Aku hanya takut Sasuke akan mengalami hal yang sama dengan keponakan ku dulu. Namanya Uchiha Shisui.
Dia adalah anak dari adik Fugaku. Dan dia seumuran dengan Itachi.
Kau tau, dulu Uchiha itu sangat terbuka, kami tidak memandang siapapun berbeda.
Tapi semuanya berubah sejak meninggalnya Shisui.

Dulu saat masih menginjak bangku SMA, sui-kun mempunya kekasih yang begitu cantik. Tapi berasal dari keluarga yang tidak mampu.
Namun kami tetap menerimanya dengan tangan terbuka. Kami mengira dia gadis yang baik.
Shisui begitu mencintainya, tapi semuanya palsu. Gadis itu hanya memanfaatkan harta dan kepopuleran Shisui sebagai Uchiha.
Saat semua tabungan nya habis, gadis itupun pergi meninggalkannya. Dia mencapakan Shisui seperti sebuah sampah yang sudah tak berguna.

Gadis itu pergi dengan orang yang lebih tua bahkan sudah memiliki istri.
Shisui yang begitu sangat mencintai gadis itupun menjadi tertekan dan akhirnya memutuskan untuk bunuh diri.

Kami semua syok dan sedih dengan tindakan yang dilakukan Shisui. Sampai-sampai membuat kedua orang tuanya sakit dan meninggal hanya dengan berbeda dua hari saja.
Dari kejadian itu kami sudah tidak percaya dan tidak akan menerima lagi jika Uchiha berhubungan dengan gadis tak sederajat. Itu alasanku menolakmu dulu.
Aku takut kalau Sasuke akan benasib sama seperti sepupunya. Aku berpikir kalau gadis yang berasal dari kalangan bawah itu memanglah tidak pantas dan tidak baik untuk orang yang tinggi derajatnya.

Maafkan aku naru, karena aku tidak percaya padamu. Maafkan aku karena aku tidak bisa menerima keyakinan dan cintamu untuk Sasuke. Maafkan aku juga karena memaksamu pergi dari Sasuke. Bahkan dengan tega aku menghinamu. Maafkan aku...hikss sungguh maafkan aku. hikss.  Hikss.."

Naruto akhrinya tau alasan kenapa dia tidak di terima oleh keluarga Uchiha dulu. Terdengar berlebihan memang, namun dia tak bisa menyalahkan siapapun atas ketakutan Mikoto itu.

Melihat Mikoto menangis Narutopun tanpa terasa ingut menitikan air matanya. Di rengkuhnya tubuh yang sudah paruh baya itu. Yang kini tengah menagis menyesalai perbuatannya terhadap Naruto..

" Syuttt... Bibi tenanglah, aku sudah memaafkan semuanya dari dulu. Aku tidak pernah marah apalagi membenci Bibi. Justru aku berterima kasih sama bibi, karena berkat bibi Sasuke bisa sedewasa sekarang. Dan aku juga berterimakasih karena bibi dengan tidak sengaja sudah memotifasiku sampai aku seperti sekarang. Dan tentunya karena bibi aku bisa menjadi seorang ibu."

Tanpa mereka ketahui, dari tadi ada seseorang yang mendengarkan pembicaraan mereka.
Tangannya terkepal kuat, sampai kuku-kukunya menjadi putih.
Dia tidak menyangka, bahwa ibunya sendiri yang sudah menyebabkan orang yang di cintainya pergi.

" Terimakasih naru, kamu-"

Belum sempat Mikoto menyelesaikan perkataannya, tiba-tiba datang Sasuke dengan mimik wajah menahan amarah..

" Jadi Kaa-san yang sudah membuat Naruto pergi!!"

" Sasuke/Suke"

" Aku mendengar semuanya Kaa-san!!! Kenapa kaa-san melakukan itu?? Kenapa kaa-san menyuruh Naruto pergi?? Kaa-san tau aku hampir gila di buatnya. Aku kehilangan cintaku karena Kaa-san!!!
Karena kaa-san aku harus terjebak dengan orang yang penyakitan sepeti Naruko!! Karena kaa-san aku kehilangan gairah hidupku. Kaa-san tau aku begitu mencintai Naruto. Hanya karena kematian Shisui kaa-san mengorbankan cintaku.
Kalau tidak ada sahabat-sahabatku aku juga sudah mati kaa-san tau itu!!!
Hatiku sangat sakit saat Naruto tiba-tiba mengakhiri hubungan kami. Aku hampir gila saat aku tidak bisa menemukannya. Kenapa kaa-san melakukan itu... KENAPA!!!." bentak sasuke penuh amarah, dia sudah tidak lagi bisa menahannya..

Plakk...

Sebuah tamparan mendarat indah di pipi tegasnya. Bukan sang Ibu pelakunya, tapi gadis yang menjadi sebab kemarahannya.

" Apa kau sudah tenang suke?? Lihat aku!!! Aku tau kau marah, tapi kau membentak Ibumu sendiri suke. Aku tidak suka dengan sikapmu ini.."

Sasukepun mereda, saat menatap mata Naruto.
Ada raut kesedihan disana..

" Maafkan aku, aku terbawa emosi. Aku marah saat mengetahui kebenarannya bahwa orang yang begitu aku hormati itu adalah penyebab mu pergi naru.."

" Maafkan kaa-san suke.."

" Aku tau, tapi kau tidak perlu sampai membentak kaa-san mu sendiri. Itu hanya masalalu suke, jangan kau salahkan Bibi. Tapi ambilah hikmahnya suke.
Bibi melakukan semua ini karena terlalu sayang pada mu. Dia hanya takut kehilanganmu suke.
Kalau saja semua ini tidak terjadi maka bukan gadis yang lucu dan manis seperti Sarada yang berada di tengah-tengah kita. Lagi pula aku disini sekarang. Dan aku janji tidak akan meninggalkanmu lagi, aku sudah memaafkan Bibi suke. Aku sudah melupakan semuanya. Mari kita membangun masa depan sekarang, kalian menerimaku, Bibi sudah menerimaku sekarang suke..."

" Maafkan aku naru. A..aku."

" Syuutt... jangan minta maaf padaku, minta maaflah pada Bibi Mikoto."

" Ka...kaa-san maafkan aku sudah membentakmu. Aku menyesal.."

" Tidak apa suke, Kaa-san pantas menerimanya. Harusnya kaa-san yang meminta maaf karena sudah memisahkan kalian.
Maafkan kaa-san, karena kaa-san kalian jadi tersiksa. Maafkan kaa-san..  hikss..."

" Sudahlah kaa-san, semuanya akan baik-baik saja mulai sekarang. Lagipula Naruto tadi sudah berkjanji tidak akan pergi lagi dariku."

" Iyaa Sayang.. Kalau naru-chan pergi lagi, maka kaa-san akan membantumu mencarinya. Ahhh.   atau ikat dia dengan pernikahan secepatnya agar naru-chan tidak pergi lagi.."

" Bibi "

" Kaa-san benar, kita akan segera menikah naru. Dan kau tidak boleh menolaknya.."

" Nanti aku pikirkan.."

" Kau sudah janji sayang.."

" Aku lupa.."

" Hihihi.  kau lucu sekali sayang kalau sedang malu begitu... cup...(mencium pipi naruto). Lihatlah pipimu merah seperti tomat kesukaan Sasuke.."

Naruto hanya bisa menunduk malu, dia bahagia dengan perlakuan Mikoto sekarang.
Dia seakan mempunyai keluarga yang lengkap, bahkan Fugaku juga memperlakukannya dengan baik. Begitupun Itachi, hanya Kyubi yang masih canggung saat bertemu dengan Naruto.



Kebahagiaan tidak akan pernah mendatangi orang yang salah...
Sampai jumpa di chap berikutnya...😍😍😘😘😘

KALAU JODOH TAK KEMANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang