Lee Seokmin
Mungkin masih terlalu pagi untuk saya datang ke rumah sakit di jam ini. Matahari baru saja muncul sehingga hanya sebagian dari sinarnya yang menerangi bumi. Barisan pedagang kaki lima belum terlihat memadati area depan rumah sakit kecuali dua gerobak bubur dan satu gerobak kupat tahu. Gedung klinik forensik masih dikunci, memaksa saya untuk masuk ke pelataran rumah sakit dan duduk di ruang tunggu farmasi yang berhadapan langsung dengan Unit Gawat Darurat.
Udaranya benar-benar masih sangat sejuk. Bau antiseptik cair yang terdapat hampir di tiap lorong untuk mencuci tangan itu bisa tercium dengan jelas. Di jam sepagi ini, UGD dan farmasi sudah sangat ramai dikunjungi oleh orang-orang. Saya baru tahu kalau rumah sakit selalu sesibuk ini. Maklum, hampir enam tahun lamanya saya tidak bekerja di rumah sakit umum untuk melayani pasien biasa. Saya hampir melupakan kebiasaan-kebiasaan yang selalu terjadi di rumah sakit karena selalu terkurung dalam ruangan yang terkadang bau steril atau justru bau busuk.
Keberadaan saya disini hanya memadati kursi dan membuat orang-orang yang berkepentingan harus berdiri atau bersandar pada tembok. Saya memutuskan untuk pergi saja dari sana setelah mempersilahkan seorang perempuan tua untuk menempati tempat yang sebelumnya saya duduki. Sekarang sudah jam tujuh, mungkin klinik forensik sudah dibuka melihat beberapa orang anggota kepolisian sudah berlalu-lalang didepan rumah sakit dengan kaos abu-abu tua mereka.
"Dokter Lee."
Saya berhenti berjalan, tepatnya ketika Gio menyapa saya setelah memarkirkan motor besarnya didepan klinik. Bersamaan dengan itu, sosok Wira tampak mendekat setelah membayar sebuah ojek online dengan nominal sepuluh ribuan. Biasanya dia datang dengan motor dinas yang diberikan oleh kepolisian, sejenis KLX ber-pelat kepolisian yang menunjukkan seberapa tinggi jabatan yang dia punya.
"Baru datang?" Tanya saya.
"Iya, kalah deh gue sama dokter tamu, jadi malu." Katanya. Memang sebuah kewajiban bagi dokter magang untuk datang lebih dulu dari dokter seniornya.
"Gila lo, Yo. Baru balik nugas langsung kemari sepagi ini? Gak tidur lo?" Tanya Wira penasaran. Memang kemarin Gio bilang kalau dia memiliki tugas jaga di tempat dinasnya. Dan itu artinya, kedatangan laki-laki itu sekarang pasti langsung dari tempat dia bertugas setelah jaga malam.
"Kan kalo senggang gue bisa tidur." Jawabnya sambil menyimpan helm yang dia pakai diatas tangki motor. Kadang saya heran, dua laki-laki yang menjabat sebagai petugas polisi ini tidak mirip dengan polisi sama sekali. Wira jarang memakai seragam, dia lebih senang memakai kaos santai karena katanya nanti juga tertutup oleh jas lab. Sedangkan Gio, petugas polisi apa yang memiliki potongan rambut seperti idol Korea itu?
"Dua bidadari mana nih? Kok gak keliatan?" Wira celingukan, mencari sosok Akasha dan Netta yang dia panggil bidadari itu.
"Bentar gue chat." Kata Gio seraya mengeluarkan ponselnya, "Ini kita masuk jam 8 kan? Udah pada sarapan? Orang ganteng lapar nih."
KAMU SEDANG MEMBACA
LAKSADEKA
Fanfiction[ T E L A H T E R B I T ] Jika bukan karena hubungan Diplomatik antara dua negara, Laksadeka tidak akan pernah mau menginjakkan kakinya di kota yang dulu pernah menjadi gudang luka dalam sejarah kehidupannya. Terlepas dari kenangan buruknya soal...