Akasha
Setelah Olah TKP di Lembang tempo hari, Klinik Forensik di RS. Bhayangkara benar-benar sepi tanpa satu pun kasus. Gue dan yang lainnya bisa pulang cepat sebelum jam kerja berakhir. Meskipun begitu, Deka dan Wira tetap profesional dan mengajarkan kami bertiga banyak sekali hal. Kadang kalau pagi, Deka sering memutar rekaman proses autopsi yang dia lakukan di NFS untuk kita tonton dan telaah bersama-sama.
Gue sedikit sedih dengan 'kosongnya' klinik forensik. Pasalnya, gue gak bisa melihat laki-laki yang tiga hari lalu menghilang begitu saja di Orchid Forest dengan meninggalkan sebotol kayu putih kecil yang entah didapatnya dari mana. Mas Gata nggak pernah kelihatan di Rumah Sakit. Dari kabar yang gue dengar, dia benar-benar sibuk karena diberi tugas untuk menemukan pelaku dalam waktu 48 jam setelah autopsi lanjutan dilakukan di RSHS.
"Ngelamun mulu."
Gue merasa tersadarkan saat sosok Gio duduk disebelah gue. Dia benar-benar berantakan hari ini, mukanya berminyak kayak gorengan yang udah seharian dianggurin, bajunya juga masih baju yang kemarin dia pakai buat dateng ke rumah sakit.
"Kagak." Jawab gue, "Lo mau ke kampus gak sore ini? Gue mau daftar pengambilan sumpah nih."
"Mau sih, tapi besok ah mau bobo dulu nih mata gue udah melar." Katanya, kemudian dia berekting seolah-olah ngantuk parah sampai kepalanya kejedot pilar penyangga. "Buru-buru amat, kan masih banyak waktu sampai tiga bulan kedepan. Ini aja kita nyari nilai buat daftar sumpahnya belum beres." Katanya.
Memang benar sih, adanya kita di rumah sakit ini bukan untuk menjalani program internship melainkan untuk menambah nilai yang akan diakumulasikan dengan IPK kita di semester terakhir ini. Makanya gue harus baik-baik sama Wira dan juga Deka, masalahnya nasib kita bertiga benar-benar bergantung pada dua orang yang sekarang lagi haha-hihi nostalgia jaman kuliahnya dulu.
"Kan lebih cepat lebih baik, enak kalau nama kita udah daftar. Nanti pas internship kira-kira kita ditempatin dimana ya?" Serius, gue selalu penasaran dengan hal ini.
"Lo pasti di rumah sakit ini lah, kan beasiswa lo dari sini. Justru gue yang harus khawatir, Sha. Nanti gue gak akan ambil tugas jaga atau patroli lagi, tapi kayaknya harus jadi dokter praktek juga di rumah sakit ini. Secara kan gue udah fix ditempatin disini."
"Lagian lo dokpol tapi sok sibuk jaga-jaga. Tapi semoga gue tetep di rumah sakit ini deh." Biar bisa ketemu Mas Gata terus. Sayangnya, kalimat sambungan itu gak keluar dari mulut gue.
"Gimanapun gue kan polisi. Wira juga, dia bahkan pernah nangkep copet di Pasar Baru. Soalnya meskipun basic kita pada awalnya dokter, kan tetep aja kita adalah abdi negara yang memiliki kewajiban dan kewenangan tertentu." Gue mengangguk paham. Iya juga, ya. Meskipun mereka dokter, tetep aja sekarang status mereka adalah seorang polisi yang harus menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai anggota kepolisian. Bego banget sih, Sha, gitu doang nggak ngerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAKSADEKA
Fanfiction[ T E L A H T E R B I T ] Jika bukan karena hubungan Diplomatik antara dua negara, Laksadeka tidak akan pernah mau menginjakkan kakinya di kota yang dulu pernah menjadi gudang luka dalam sejarah kehidupannya. Terlepas dari kenangan buruknya soal...