♪ Playlist today
Fiersa Besari ft. Tantri - Waktu Yang Salah
Tulus - Langit Abu-abu ♪
Lee Seokmin
Empat minggu.
Tinggal tersisa satu bulan lamanya sampai saia benar-benar pergi dari kota penuh kenangan ini.
Mengingat sisa waktu yang tinggal sebentar lagi, saya mendapatkan panggilan dari Biddokkes Polda Jabar untuk mengurus kepulangan dan lain-lain di kantor pusat Biddokkes yang terletak di jalan BKR Bandung. Saya ditemani Wira hari itu, masalahnya saya tidak terlalu mengerti tentang apa saja yang harus saya urus disana. Tadinya saya akan mengajak Akasha supaya sekalian jalan-jalan, tapi dia bilang dia memiliki urusan dengan Mas Gata sehingga memutuskan untuk bertemu di tempat yang telah didiskusikan sebelumnya.
Omong-omong soal Akasha ... entah kenapa saya khawatir dengan perempuan itu. Intensitas pergaulannya dengan orang-orang menjadi terbatas karena keinginan Mas Gata yang tidak mau dia dekat-dekat dengan lelaki lain di klinik forensik. Saya bisa memaklumi apabila Mas Gata melarang Akasha untuk bergaul dengan saya, tetapi kalau sangkut pautnya dengan Gio dan Wira yang notabene tidak tahu apa-apa, saya pikir ini terlalu berlebihan.
"Kasian sih gue lama-lama sama si Akasha." Ucap Wira ketika kita berdua sedang ada dalam perjalanan menuju kantor Biddokkes.
"Padahal gue udah peringatin dia dari jauh-jauh hari loh, Wir." Saya menjawab, kali ini mobil dikendarai oleh Wira. Moodnya sedang bagus, bahkan dia setuju-setuju saja saat saya bilang tidak bisa mengantarkannya kembali ke klinik karena harus pergi ke tempat lain.
"Gue gak nyangka juga Mas Gata punya sifat kayak gitu."
"Apalagi gue. Emang sebelumnya lo gak tau Mas Gata gimana?" Tanya saya, hitung-hitung mencari kesempatan untuk mengetahui laki-laki itu lebih jauh lagi.
"Sejak kenal dari tiga tahun lalu, Mas Gata gak pernah digosipin deket sama cewek sih. Makanya gue kaget kalau ternyata dia sangat posesif kalau udah menjalin hubungan sama cewek."
Ah, jadi begitu, ya.
"Wajar sih." Tambahnya, "Apa yang kurang dari Akasha? Mulutnya emang ceplas-ceplos, tapi dia cantik. Kalau gak inget dia ada dibawah bimbingan gue mah, udah gue sikat dah dari lama."
Sepertinya saya paham kenapa perempuan-perempuan di RS. Bhayangkara lebih suka manggilnya dengan sebutan dokter Wirabangsat.
"Yaudah lah, semoga yang terbaik aja buat dia." Ucap saya sok tegar, mencoba rela walaupun selama dua minggu ini perasaan saya semakin tidak masuk akal. Laksadeka yang biasanya tidak pernah online WhatsApp kecuali memang penting mendadak online terus mulai jam lima sore sampai sebelas malam hanya untuk chatting dengan Akasha. Memang hanya kadang-kadang, karena seringnya ponsel Akasha tidak aktif apalagi kalau dia sedang bersama dengan Mas Gata.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAKSADEKA
Fanfiction[ T E L A H T E R B I T ] Jika bukan karena hubungan Diplomatik antara dua negara, Laksadeka tidak akan pernah mau menginjakkan kakinya di kota yang dulu pernah menjadi gudang luka dalam sejarah kehidupannya. Terlepas dari kenangan buruknya soal...