Lee Seokmin
Menyebalkan memang, seharusnya saya lebih hati-hati lagi apabila tidak ingin hubungan saya dengan Ayu yang telah kandas itu diketahui oleh siapapun. Meskipun Akasha tampak bisa dipercaya, tetap saja saya merasa khawatir. Saya adalah orang yang peduli dengan perkataan orang lain, rasanya akan sangat canggung dan memalukan apabila orang-orang dalam dunia profesionalitas saya tahu soal relasi buruk yang pernah terjadi pada saya dan juga Ayu.
Setelah mencuci tangan dan memakai jubah khusus, saya masuk kedalam ruang autopsi yang ramai sekali hari ini. Dalam satu ruangan terdapat dua meja autopsi sekaligus. Dan kebetulan hari ini tim saya dan juga tim dokter Geni memiliki masing-masing satu mayat untuk kami autopsi.
Dari yang bisa saya lihat, mayat di meja operasi sebelah sudah membusuk. Baunya menyengat, membuat beberapa orang di tim saya merasa tidak nyaman-termasuk Netta yang seperti biasanya akan menghambur ke toilet untuk muntah. Demi kenyamanan bersama, mayat yang akan saya autopsi dipindahkan ke ruang autopsi Isolasi yang biasa digunakan untuk mengautopsi mayat dengan riwayat penyakit menular.
"Hasil CT Scan-nya?" Tanya saya pada siapa saja yang kiranya mau untuk menjawab.
"Tulang belakangnya hancur, dipastikan nona L terjatuh dalam posisi terlentang. Terdapat beberapa retakan di kaki, tangan, dada, dan juga kepala. Ketinggiannya tidak main-main, nyaris 20 meter tingginya dia jatuh menimpa tanah." Wira menjelaskan, sementara itu Gio mencatat beberapa hal penting diatas papan yang dia bawa. Saya menoleh kearah ruang monitor, disana ada Ayu, Atlas dan juga Mas Gata yang sedang menatap kami semua secara was-was.
Saya langsung menjalankan pemeriksaan. Netta yang sesekali mual itu berusaha keras mengikuti kemana tangan saya memeriksa dengan kamera yang dia bawa. Tak jarang Akasha yang berdiri di sisi kiri ranjang memberikan beberapa alat yang saya butuhkan. Luka-lukanya cukup serius, dan saya menemukan banyak sekali keganjilan dalam tubuh mayat ini.
"Kasusnya hampir mirip seperti kemarin, kita bahkan belum bisa menyimpulkan apakah dia bunuh diri atau justru dibunuh." Saya menghela napas, "Ada dua hal yang menjadi tantangan serius bagi ahli forensik. Pertama, pembunuhan yang disamarkan sebagai bunuh diri. Dan kedua, bunuh diri yang dibuat seolah-olah adalah pembunuhan untuk menjebak seseorang."
Tiga dokter yang sedang menempuh pendidikan itu mengangguk serius, sedikitnya mereka mengetahui seberapa sulitnya profesi yang akan mereka jalani ini. "Dengan melihatnya saja, saya sudah bisa menyimpulkan. Tapi saya ingin dengar pendapat kalian soal kasus ini."
"Bunuh diri." Jawab Gio dan juga Netta secara bersamaan.
"Kenapa?" Tanya saya.
"Jelas semua petunjuk mengarah pada bunuh diri. Saya dengar dari Mas Gata, ternyata belakangan dia tertekan karena IPK-nya menurun. Beasiswanya bisa dicabut, meski berasal dari keluarga berada dia adalah orang yang tidak ingin merepotkan siapapun." Jawab Netta dengan mantap. Tanpa dia sadari dua kawannya yang lain meringis karena mendengar jawaban tidak masuk akal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAKSADEKA
Fanfiction[ T E L A H T E R B I T ] Jika bukan karena hubungan Diplomatik antara dua negara, Laksadeka tidak akan pernah mau menginjakkan kakinya di kota yang dulu pernah menjadi gudang luka dalam sejarah kehidupannya. Terlepas dari kenangan buruknya soal...