Akasha
Nichol Gata Birendra
Duh, kenapa sih nama Mas Gata terus menerus muncul di kepala gue?
Kejadian di Chagiya Kafe tadi sore membuat gue gagal move on. Mas Gata benar-benar seru diajak ngobrol, pasti ada aja topik bahasan yang kita bicarakan. Mas Gata selalu menatap mata gue setiap kali gue berbicara. Dan gue selalu terjerumus kedalam mata hitamnya sehingga ketika dia menatap gue, secara otomatis segala hal yang ingin gue katakan berhenti begitu saja.
Dia selalu pelan saat berbicara, Mas Gata selalu memastikan kalau gue paham dengan apa yang dia obrolkan. Mas Gata juga sangat memperhatikan detail kecil yang ada pada diri gue. Mulai dari bekas kemerahan di leher gue akibat digigit nyamuk kemarin malam, luka gores di tangan gue karena ujung kemasan fruti saat di UNINUS, dan sejumlah hal lain yang membuat gue merasa kalau gue begitu diperhatikan.
"Kamu udah ada plan buat nikah?"
Pertanyaannya emang sederhana, namun berhasil membuat daging barbeque yang sedang gue kunyah tertelan masuk kedalam kerongkongan gue sebelum hancur sepenuhnya. Rasanya sakit, kayak ada yang ngeganjel di leher lo tapi gak tau apa.
"Nikah ya mas?" Gue malah balik bertanya. Mas Gata mengangguk, sekarang tatapannya penuh dengan tuntutan. "Nggak tau sih, Mas. Belum kayaknya, hehe."
"Kenapa?" Ternyata Mas Gata belum puas.
Gue menyimpan sumpit diatas piring dengan rapi, "Soalnya cita-cita saya masih banyak, Mas. Terus saya juga gak punya calonnya, yakali nikah sendirian. Emang Mas Gata mau?" Gue selalu mendadak bolot tiap deket sama Mas Gata. Bikin malu diri sendiri tau gak?
"Mau kalau memang kamunya siap, besok juga Mas nikahi."
Bentar ...
Gue mikir dulu, tiba-tiba gue lupa cara bernapas yang baik dan benar.
Sebenarnya maksud Mas Gata itu apa sih? Kenapa dia selalu mengatakan omong kosong yang bikin gue beranggapan kalau dia juga suka sama gue? Gue gak mau ya ada di posisi korban PHP-nya seorang Ken Giovanni. Denger cerita dia aja gue ngenes, masa iya sekarang harus ngerasainnya sendiri?
"Mas udah mau nikah?" Gue mencoba tenang, jangan keliatan berharap, Sha, jangan. Lo pura-pura bego aja dulu, kalau nggak gitu nanti lo jatoh, sakit.
"Maunya sih, saya udah capek urus apa-apa sendiri."
"Sewa pembantu aja mas, biar ada yang nyuci, masak, sama nyetrika di rumah."
Gimana? Gue udah keliatan polos belum?
"Maksud saya bukan gitu. Saya tuh ... ya kamu tau lah, saya udah nggak muda lagi."
"Terus kenapa ngajak saya? Emang Mas suka sama saya?"
Tanpa gue duga Mas Gata mengangguk, "Suka." Sial, kenapa wajah gue jadi panas gini sih? "Kalau nggak suka, ngapain saya ajak kamu nikah?"
Gue berdeham, kemudian gue menyentuh pipi gue sendiri. Gue nggak meneruskan percakapan dan memilih bungkam. Lagian Mas Gata nggak mengungkitnya lagi. Gue bingung, haruskah gue mempercayai ucapannya soal dia yang menyukai gue? Entah kenapa gue ragu, takut kalau Mas Gata cuma mempermainkan gue seperti yang selalu Wira dan Gio lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAKSADEKA
Fanfiction[ T E L A H T E R B I T ] Jika bukan karena hubungan Diplomatik antara dua negara, Laksadeka tidak akan pernah mau menginjakkan kakinya di kota yang dulu pernah menjadi gudang luka dalam sejarah kehidupannya. Terlepas dari kenangan buruknya soal...