Akasha
Iya, gue yang salah.
Gue yang salah karena telah menjadi setidak dewasa ini.
Pelukan Mas Gata sore itu menjadi bukti, kalau ternyata Nichol Gata Birendra tidak main-main dengan perasaannya kepada gue.
Seharusnya gue diam saat itu,
Seharusnya gue tetap ada disampingnya tanpa harus pergi mengejar Deka hanya untuk menjelaskan sesuatu yang tidak begitu penting untuk gue pikirkan.
Gue menyakiti Mas Gata, gue menyakiti laki-laki itu dengan cara paling hebat yang nyaris tidak gue sadari.
"Kalau kamu mulai bosan, bilang. Kalau kamu udah gak suka lagi sama Mas Gata, bilang. Mas Gata harus siap-siap kalau seandainya nanti kamu akan melepaskan Mas Gata pergi."
Rasanya sakit melihat Mas Gata memberikan tatapan sendunya, dia bagaikan seseorang yang sedang kehilangan separuh asanya. Gue membiarkan hari itu berakhir dengan perasaan yang masih mengganjal. Baik gue dan Mas Gata memerlukan waktu sendiri-sendiri untuk menenangkan hati. Hari ini terlalu berat bagi gue jalani, gue tidak terbiasa ada dalam situasi sulit yang membuat dada gue sesak bukan main seperti ini.
Malamnya gue banyak berpikir, gue berkaca pada perasaan gue sendiri. Gue memaksa hati gue untuk memberikan jawaban soal perasaan jenis apa yang gue punya untuk Mas Gata. Disebut cinta sepertinya terlalu awal. Gue nggak menampik kalau gue selalu senang ada didekat Mas Gata, gue merasa bahagia, merasa dicintai, tetapi gue masih bingung bagaimana caranya untuk membalas perasaan itu disaat hati gue sendiri masih bimbang dengan rasa itu sendiri.
Nggak, gue gak punya niat untuk berpaling dari Mas Gata.
Kalaupun iya perasaan ini masih tak bernama, setidaknya gue bisa menyimpulkan kalau gue juga takut kehilangan Mas Gata. Gue gak mau menyakiti dia, gue benar-benar ada dalam posisi yang membuat gue kelimpungan sendiri. Di satu sisi, gue gak bisa terikat dalam status yang lebih dari ini. Tapi di sisi lain, gue gak mau kalau keputusan gue sekarang justru malah menggoreskan luka pada hati yang terlalu putih untuk gue kotori.
Gue gak mengganggu Mas Gata malam itu. Gue membiarkan dia tenang tanpa sedikitpun gangguan dari gue. Gue perlu memberikan Mas Gata waktu. Rasanya gue sudah terlalu pasrah dengan keadaan yang terjadi. Gue sudah siap dengan segala konsekuensi yang akan gue terima nantinya. Ada harap yang perlahan tercipta didalam dada gue. Gue berharap Mas Gata tetap bertahan pada ucapannya yang bilang kalau dia akan tetap mempertahankan gue sampai kapanpun itu.
Karena gue juga akan berpegang pada ucapan gue, bagaimanapun akhirnya, gue akan tetap mencoba berusaha untuk menjadi satu-satunya orang yang ada dalam hidup Mas Gata.
Gue gak akan menjadikan dia sebagai poros dari dunia,
Gue gak akan menjadikan dia sebagai satu-satunya yang terlihat oleh mata,
KAMU SEDANG MEMBACA
LAKSADEKA
Fanfiction[ T E L A H T E R B I T ] Jika bukan karena hubungan Diplomatik antara dua negara, Laksadeka tidak akan pernah mau menginjakkan kakinya di kota yang dulu pernah menjadi gudang luka dalam sejarah kehidupannya. Terlepas dari kenangan buruknya soal...