13. Maju Selangkah

13.9K 1.8K 1K
                                    

Akasha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akasha

Kalau Deka nggak jadi dokter forensik, gue mau saranin dia buat jadi penyanyi di Indonesia yang semua lagu di albumnya beraliran Ballad. Berhubung event yang ada di Citywalk merupakan event K-Pop, itu artinya Deka harus nyanyi lagu-lagu K-Pop juga. Padahal dibanding menyarankan Deka nyanyiin lagu Yang Da Il yang She didn't love me, gue lebih suka kalau tadi dia nyanyi lagunya Evie Tamala yang judulnya Kandas supaya pesannya lebih tersampaikan.

Buat cowok seganteng Deka yang dari ujung kaki sampai ujung kepala udah mirip sama Idol Korea, dia mau nyanyi lagu apapun kayaknya dimaklumi. Meski Deka cuma nyanyi balonku, dia pasti akan tetap menang voucher satu juta mengingat para penonton yang datang hebohnya sampai ke ubun-ubun. Ketika Deka turun dari panggung, segerombol cewek langsung datengin dia dengan sejuta pujian yang dimaksudkan untuk menarik perhatiannya.

Emang dasar matanya Deka udah buta sama kegagalan move on-nya di masa lalu, dengan begonya dia malah nolak ngasihin nomernya ke mereka semua dan malah ngajak gue buat segera pergi. Kalau aja gue gak bergerak cepat menginjak kakinya sambil melototin dia hingga rasanya bola mata gue mau lepas dari tempatnya, mustahil Deka bakalan dapet beberapa nomor telepon cewek cantik yang udah kayak model catwalk semua itu.

Ada satu yang menarik perhatian gue. Dia jalan dari kejauhan aja diatasnya kayak ada spotlight gitu saking cantik dan bersinarnya itu cewek. Namanya Nitara, gue gak tau lengkapnya karena saat itu suasana berisik pake banget. Dia cuma memperkenalkan dirinya secara singkat. Ceweknya kalem, gak banyak tingkah, sukses di usia muda, dan tentunya menurut gue pribadi dia akan sangat cocok dengan Deka.

Gue sempat memberikan mereka berdua spasi buat ngobrol. Kebetulan saat itu gue mendapat sebuah panggilan suara masuk dari Mas Gata yang ... baru hubungin gue lagi setelah beberapa hari lalu telpon gue di rumah sakit. Cepat-cepat gue mencari tempat yang sedikit sepi, kemudian mengangkatnya sesegera mungkin dengan senyum yang gak bisa gue tahan.

"Kok rame banget, Ca?" Suaranya kedengeran capek gitu, mungkin agak sedikit serak.

"Aku lagi diluar sama Deka, mas. Tuh dia lagi godain cewek, tuh." Ucap gue sambil melirik Deka meski gue tau kalau Mas Gata gak akan melihatnya.

"Oh."

Oh doang?

"Mas marah sama aku?"

"Nggak."

Nggak doang?

"Mas."

"Hm."

"Cepet pulang, aku kangen."

"Hah? Apa? Gak kedengeran. Apa apa? Coba lima kali lagi."

Yeu, si Bambang. Ini sih bukan budeg, tapi modus pengen gue gombalin.

"Aku kangen." Kemudian terdengar suara tawa diseberang sana, "Mas sakit ya? Kok suaranya bindeng gitu sih?" Tanya gue, agak sedikit khawatir.

"Iya, kecapean kali, Ca." Pantesan suaranya makin seksi, geli gue dengernya. "Mas cuma mau bilang kalau Mas Gata juga kangen sama kamu. Jangan lama-lama maen sama Deka-nya, besok malem Mas Gata pulang. Mas tutup teleponnya ya, soalnya Mas Gata gak bisa lama-lama pegang hape. Dah, Akasha Birendra."

LAKSADEKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang