18. Tentang Luka

10.4K 1.6K 1K
                                    

Playlist today

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Playlist today

♪ Seventeen - Hug

The Overtunes - Sayap Pelindungmu ♪

***

Saat kau takut
Dan tersesat
Di manapun itu ...
I'll find you

Saat duniamu mulai pudar
Dan kau merasa hilang
Ku akan selalu ...
Jadi sayap pelindungmu

***

Lee Seokmin

"Lo dimana?"

"Sha."

"Bilang lo sekarang dimana."

Tangan saya terkepal hingga terasa sedikit sakit. Suara perempuan yang nyaris satu minggu menutup dirinya di klinik itu membuat saya khawatir bukan main. Akasha terisak, dia bahkan hanya sanggup menyebut nama saya satu kali kemudian bungkam, menyisakan suara tangis yang terdengar sangat memilukan.

"Rumah sakit ... gue ... "

"Gue kesana."

Secepat mungkin saya menutup panggilan Akasha. Satu jam lalu saya baru saja pulang dari klinik dan sekarang sedang berada di rusun untuk bermain game bersama Wira dan juga Gio. Tanpa memperdulikan mereka berdua yang tengah sibuk memaki satu sama lain didepan laptop, saya pergi tanpa pamit setelah mengambil kunci motor Wira yang tadi dia sembunyikan dibawah kursi. Laki-laki itu paling tidak suka kalau ada orang yang meminjam motornya, tapi maaf Wir, saya harus meminjam motor kamu supaya bisa cepat-cepat sampai ke Rumah Sakit.

Saya sudah menduga sebelumnya, ada yang tidak beres dalam hubungan Mas Gata dan juga Akasha. Selama satu minggu terakhir, saya tidak menemui Mas Gata dimanapun. Dari kabar yang saya dengar dari Wira, Mas Gata memang sedang sibuk mengurus kepindahannya ke Karanganyar. Akasha juga berubah, dia sangat pendiam dan sering mengasingkan diri dengan bermain ponsel di ruang dokter apabila tidak ada kasus. Akasha menjaga jarak dari semua orang, dan entah kenapa saya tidak suka dengan keputusannya yang terlalu menuruti semua kemauan 'teman spesialnya' itu.

Saya memacu kendaraan beroda dua itu bagai orang kesetanan. Suara tangisan Akasha masih terngiang di telinga saya sehingga membuat saya tidak sabar untuk menanyakan ada apa. Hanya dalam lima belas menit, saya berhasil tiba didepan gedung rumah sakit yang terasa sedikit ramai sore itu. Setelah memarkirkan motor Wira didepan ATM center, saya menelusuri bagian depan rumah sakit hanya untuk mencari sosok perempuan yang beberapa menit lalu menangis di telepon.

Sambil terus menghubungi Akasha, saya menajamkan pandangan untuk melihat satu demi satu orang yang ada didepan sini. Namun nihil, tak ada sosok perempuan itu di bagian depan gedung. Saya berjalan memasuki area dalam rumah sakit, napas saya berhembus lega ketika perempuan yang membuat saya khawatir setengah mati itu ada disana, diatas kursi tunggu Depo Farmasi yang berhadapan langsung dengan lobi gedung UGD.

LAKSADEKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang