Akasha
'Kalau udah sampai tidur ya, Ca.'
Semalaman gue guling-guling diatas kasur sampai ditimpuk bantal dari ranjang atas oleh Netta. Masalahnya, ranjang kita goyang-goyang dan menimbulkan suara berderit yang bikin tetangga di kasur sebelah ikutan bangun karena gue. Salahin Mas Gata, gue mendadak menjelma menjadi cacing yang disiram air sabun setelah mendapat sebuah pesan darinya di parkiran tadi.
Deka cuma bisa geleng-geleng kepala, selama di perjalanan gue gak berhenti menyanyikan lagu yang dibawakan Mas Gata sampai Deka harus nekan klakson beberapa kali cuma buat ngasih gue peringatan. Masalahnya suara gue kayak anak kambing, udah cempreng, lempeng lagi. Mana liriknya gue ganti jadi 'Sepanjang hidupku hanya inginkan Mas Gata' yang mana kata Deka merupakan sebuah pelanggaran hak cipta. Masih untung gue gak diturunin, kebayang gak kalau misal gue dibuang di Tegallega dan disewa abang-abang kesepian?
Mending kalo dikasih 80 juta, kalau dikasihnya duit lecek gocengan hasil ngamen bagaimana?
Gue gak membalas pesan Mas Gata malam itu, gue terlalu gugup dan bingung untuk sekedar mengetik beberapa kata di kolom pesan. Biarkan gue jual mahal sedikit, nanti kalau ketemu gue bisa bilang kalau gue lupa cek ponsel dan sebagainya. Gue nggak mau baper sendirian, kalau iya Mas Gata memberi gue lampu hijau, besok atau lusa pasti Mas Gata akan mengirimi gue pesan lagi.
Biasanya di minggu pagi, gue akan jaga seharian di klinik umum tempat gue kerja selama dua belas jam. Namun berhubung sekarang gue sedang sibuk mencari nilai untuk bekal wisuda, gue tertahan di Mess RS. Bhayangkara dan berakhir ngebangke diatas kasur sendirian. Netta pulang ke Sukajadi, Ayahnya yang kepala Biddokkes itu sakit dan ngotot mau ketemu anak keduanya. Sialnya, Mas Gata juga gak ada ngechat gue. Jadi nyesel, kenapa kemarin nggak gue balas aja sih supaya bisa terus lanjut chatting sampe sekarang?
Gue terperanjat ketika pintu kamar diketuk kencang dari luar. Dengan segera gue bangun, sempat kejedot ranjang Netta sampai mata gue berkunang-kunang. Sebelum membuka pintu, gue mengintip siapa yang ada didepan sana lewat jendela. Dan guess who? Laki-laki yang adeknya digendong Deka di Cikapundung kemarin malem ada didepan pintu.
"SHAAAA!"
Gue membuka pintu lebar-lebar, "Aduh berisik! Ngapain sih lo kesini?!"
"Ikut gue yuk."
"Ogah, lu siapa?" Bahu gue bersandar pada pilar pintu, dan kedua tangan gue sengaja disilangkan depan dada.
"Yailah, mending ikut atau gue gebet? Oh, oh, atau nilai lo gue kasih D gimana?"
Gue mendengus, kenapa sih gak ada satu orang pun di dunia ini yang membiarkan gue hidup dengan tenang? Dandanan Wira benar-benar rapi, dia pakai kaos yang ditambah kemeja sebagai outer. Celananya panjang, bahan chino's berwarna abu yang ... ya, harus gue akui hari ini dia boyfriend able banget.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAKSADEKA
Fanfiction[ T E L A H T E R B I T ] Jika bukan karena hubungan Diplomatik antara dua negara, Laksadeka tidak akan pernah mau menginjakkan kakinya di kota yang dulu pernah menjadi gudang luka dalam sejarah kehidupannya. Terlepas dari kenangan buruknya soal...