Bagian 17 : Rasa yang Terungkap

513 24 4
                                    

Kebahagiaan yang tak dapat terungkapkan dan tak dapat tertuangkan dengan berbagai tulisan, kebahagiaan dimana sebuah pengharapan kini terwujud, sebuah penantian kini berakhir, air mata kesedihan berganti dengan sebuah senyuman yang indah, kini masa itu tlah datang dimana hanya ada kau dan aku. Waktunya telah tiba, waktu dimana sikap dingin dan keangkuhanmu berhasil kau taklukan

Waktu terus bergulir tak terasa kini jam menunjukkan pukul 5 sore, namun ahmad dan fikri masih sangat sibuk dengan semua file-file tersebut, berbeda dengan ahmad dan fikri Tania sedang termenung memandangi hamparan taman indah, ingatannya terhenti saat ia mengingat indahnya hamparan taman yang membelah asrama putra dan putri dipesantrennya dulu, betapa bahagianya Tania saat bermain di hamparan taman tersebut, saat aisyah, dan fitri masih bersama Tania, mereka berlari tertawa, bercanda bersama-sama. Di sisi lain Ahmad dan fikri masih begelut di ruangan kerjanya.

"mad, kapan kamu mau ketemu ortu Tania?" Tanya fikri yang sedang menyusun rak terakhir dari lemari tersebut

"setelah ini" jelas ahmad yang masih terlihat sibuk membereskan meja kerjanya

"jangan jangung mad, semangat dan ungkapin aaja semua rasa yang kamu punya sama Tania" jelas fikri yang menghampiri ahmad

"iya fik, makasih" ucap ahmad lalu tersenyum manis

"oh ya, file di lemari-lemari udah selesai tuh, ayuk sekarang kita kesana" bujuk fikri

"ko jadi kamu yang ngebet sih fik" ledek ahmad yang tertawa melihat tingkah sahabatnya itu

Setelah selesai membereskan semuanya ahmad dan fikri segera berjalan menuju tempat umi Tania di rawat, jantung ahmad seketika berdegup kencang, otaknya terus berfikir dan terus menyusun kata untuk ia ungkapkan didepan umi dan abi Tania, setelah sampai tiba-tiba ahmad berhenti didepan pintu kamar nomor 21 tersebut

"mad, ayolah kau harus bisa" ucap fikri yang berusaha menyemangati ahmad

"jangan membuat aku semakin gerogi fik" kesal ahmad yang menatap tajam ke arah fikri berdiri di sampingnya

"maaf mad" ucap fikri yang tertawa melihat wajah ahmad

Ahmad segera masuk ke dalam kamar nomor 21 tersebut, yang diawali dengan ucapan salam ahmad kepada umi, abi dan yusuf yang ada di ruangan tersebut lalu di sambut hangat dan ramahnya keluarga Tania, detak jantung ahmad semakin terpacu cepat kini bibirnya mulai membeku saat ingin membicarakan tentang ia dan Tania, sesekali ahmad menengok ke arah fikri yang berada di luar ruangan

"umi, abi ada yang ahmad ingin bicarakan" ucap ahmad yang semakin gerogi dan gugup

"apa itu nak?" Tanya umi Tania

"bicarakanlah mumpung lagi lengkap nih" ledek abi Tania

"abi, umi, yusuf, bolehkan saya mengkhitbah Tania" jelas ahmad yang menarik nafas panjang lalu menunduk dan terdiam dihadapan umi dan abi Tania

"ahmad apakah kamu yakin?" Tanya abi Tania yang merasa heran, bingung namun juga merasa bahagia

"iya abi, hmm apakah Tania sudah ada yang mengkhitbah ?" ucap ahmad dengan penuh keyakinan

"sudah banyak yang ingin mengkhitbah Tania, namun semuanya ditolak, coba kita bicarakan dengan Tania, karna putriku yang akan menjalani hubungan tersebut" jelas abi Tania

"yusuf tolong kamu panggil Tania" suruh umi Tania pada yusuf yang ikut mendengarkan pembicaraan mereka

"iya umi" ucap yusuf yang segera pergi

Yusuf menengok ke kanan dan kirinya namun ia tidak menemukan Tania hingga yusufpun berjalan ke arah hamparan taman yang indah di rumah sakit tersebut dengan cermat dan teliti yusuf memerhatikan sudut-sudut disana, pandangannya terhenti saat ia melihat seorang wanita yang duduk termenung, seorang wanita yang berpakaian rapih dan bersih, tanpa basa-basi yusufpun menghampiri wanita tersebut

Ku Sampaikan Cinta Ini Dalam Do'aTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang