SIXTEEN

1.3K 77 0
                                    

Kira kira apa yang terbayang jika kita membuka mata dan yang kita lihat hanyalah ruangan serba putih dengan bau obat – obatan. Pasti panic dan merasa takut, dalam hati akan bertanya 'gue dimana?'

Tapi nggak sama sekali dengan Kalita, ia tahu betul bahwa ia akan berakhir di ruangan yang bau obat obatan itu, ia tau betul untuk beberapa waktu dia harus tetap berada di sana untuk pengobatannya

Kalita menghela nafas pelan, berjalan ke arah jendela, matanya menatap langit biru yang nampak akan menghilang digantikan dengan langit gelap yang entah akan ada penerang sang bintang atau tidak

"Kalo pada akhirnya gue bakalan sakit lagi, kenapa gue disembuhin?" Tanyanya entah sama siapa

Tak berapa lama, pintu ruangan terbuka, Amara tersenyum melihat Kalita sudah sadar "Alhamdulillah Ta, kamu udah bangun" katanya berusaha tenang, menutupi rasa takut akan kehilangan anaknya

Kalita memandang Amara tanpa arti "Mi.."

"Ya?'

"Mami tau kan penyakit Lita balik lagi? Mami tau kan resikonya lebih besar? Dan mami tau kan kemungkinan hidup Lita Cuma sedikit? Mami tau kan mi?"

Amara berjalan kea rah Kalita, ia merengkuh anak semata wayangnya tersebut "Mami tau, tapi mami yakin kamu bakalan sembuh Ta, mami yakin"

"Kenapa?"

Pertanyaan yang membuat Amara mengerutkan dahinya, ia memegang pundak Kalita, memperjelas apa arti dari pertanyaan mengapa tersebut

"Kenapa saat Kalita mulai bahagia penyakit ini datang lagi, kenapa Kalita sembuh kalo akhirnya bakalan sakit lagi, kenapa mi?" buliran bening mulai mengalir membasahi pipi kalita

Amara menggeleng "Bukan gitu Ta, bukan-"

"Mi.. Kalita mulai ngerasain jatuh cinta, Kalita mulai ngerasain punya temen yang care sama Kalita, Kalita... Kalita baru banget ngerasain ada orang yang sayang sama Kalita, tapi kenapa mi? kenapa disaat Kalita mulai menikmati semuanya, penyakit ini datang dan mengancam nyawa Kalita?" buliran bening yang hanya setetes dua tetes sekarang mengalir lebih deras

Amara tidak dapat berkata apa apa, ia hanya bisa merengkuh anak kesayanagnnya, berharap pelukannya dapat menenangkan serta menguatkan Kalita yang mulai rapuh

"Gaboleh ya Kalita bahagia? Gaboleh ya Kalita jatuh cinta?"

"Boleh ta, boleh, kamu akan bahagia setelah kamu sembuh sayang, mama percaya kamu kuat dan bisa melawan penyakit ini" ucap Amara menguatkan Kalita

Kalita menangis sejadi jadinya, ini memang bukan yang pertama kalinya, tapi rasanya sakit kali ini akan membuatnya kehilangan banyak orang yang ia sayangi, seperti dulu

Dulu, saat Kalita divonis kanker, taman temannya langsung menjauh, tak ada satupun yang perduli dengan Kalita, entah rumor apa yang beredar sampai sampai Kalita sama sekali tidak mempunyai teman

Sampai sampai disaat ia mengundang teman temannya untuk menghadiri ulang tahunnya, teman temannya sama sekali tidak ada yang datang, dan itu membuat kondisi Kalita melemah dan dibawa kerumah sakit

Disaat itulah ia bertemu dengan Denata kecil yang kala itu sangat perhatian dengannya, Denata yang memeluknya sebagai tanda pertemanan, Denata yang meyakinkan Kalita bahwa dia bisa sembuh total, dan suatu saat akan bertemu dengannya saat besar

Dan sekarang mereka bertemu, tetapi... Denata tidak akan suka jika ia tau kalau Kalita adalah gadis kecil yang pernah menangis di bahunya itu, lalu haruskah ia terus diam menutupinya?

"Lita takut mi" tatapan mata Kalita menunjukan semua ketakutannya akan segala hal yang ia cemaskan "Lita takut mereka jauhin Lita, Lita takut Denata bakal ninggalin Lita, Lita.. Lita takuut" isaknya

Amara memeluk Kalita, menenangkan anak gadis kesayangannya, karna hanya itu yang bisa ia lakukan, ia tidak bisa berkata apa apa, karna dia pun tidak bisa menjamin teman teman Kalita sekarang akan tetap mendukung Kalita atau malah meninggalkannya

***
Thanks for reading

Update setiap hari minggu

Ps : Please let me know if there is any mistake in this story

DenataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang