SEVENTEEN

1.6K 80 18
                                    

Hari ini dokter membolehkan Kalita pulang ke rumah, tapi tentu saja ada syaratnya, Kalita harus bersedia menjalani pengobatan dan harus jaga kesehatan jangan sampai kecapean

Kalita menyutujuinya dengan terpaksa, dia sudah sangat bosan dengan keadaan rumah sakit, dia ingin kembali bersekolah, bertemu dengan teman temannya, Niko, Irene dan tentu saja Denata

"Ta.. kamu kenapa" Amara menegur Kalita yang sedang termenung

Kalita mendongak, ia tersenyum sembari menggeleng "Enggak papa kok Mi" sahutnya

Amara mengusap kepala Kalita lembut "Maafin mami ya sayang" ucapnya parau

"Mami kenapa minta maaf?" Tanya Kalita mengerutkan dahi

Sembari menghapus setetes air mata di pipinya, Amara menggeleng "Nggak papa kok, mami mau minta maaf aja" sahutnya tersenyum "Yuk ke bawah, papa udah nungguin di bawah"

Kalita mengangguk, ia mengikuti Amara dari belakang, ia tahu apa yang sedang dirasakan mami-nya saat ini, sedih pasti saja, orang tua mana yang tidak sedih jika anaknya mengalami penyakit mematikan

Kalita tersenyum membalas senyuman dari sang papa, ia duduk di sebelah John seperti biasanya "Pah mah, Lita mau masuk sekolah, boleh ya" katanya sembari membalikan piring yang terbalik

John menatap Amara, seolah bertanya haruskah ia katakana sekarang, dan Amara mengangguk "Kamu home schooling aja ya Ta, papa takut kamu kecapean" katanya sembari mengusap kepala Kalita lembut

Kalita menggeleng "Nggak mau, Kalita mau sekolah kayak biasa"

"Tapi sayang-"

"Mah pah, Kalita bukan anak kecil lagi yang nggak bisa ngebedain hal yang bikin Kalita cape" katanya "Lagi pula tante Diana kan bilang selain gaboleh capek Kalita nggak boleh murung, kalo Kalita home schooling yang ada Kalita murung terus, kalo di sekolah Kalita bisa ketemu temen temen yang sayang sama Kalita, yang bisa bikin kalita bahagia" lanjutnya menjelaskan "Mah pah.. boleh yaaa.." bujuk Kalita menatap dengan isyarat 'please'

"Tapi ta-" Amara memegang tangan John yang ingin menentang, ia menggeleng sembari tersenyum, John menghela nafas pasrah "Oke papa ijinin" katanya memutuskan dengan terpaksa

Kalita tersenyum sumringan "Makasih papah..." ia memeluk John erat dengan senang

"Tapi janji ya kamu nggak akan bahayain diri kamu sendiri" ujar Amara meminta perjanjian Kalita

Kalita mengangguk "Janji!"

😊😊😊

Akhirnya setelah satu minggu beristirahat di rumah, Kalita kembali bersekolah. Alasan yang ia buat selama di rumah adalah keluar kota bertemu neneknya yang kebetulan kala itu memang sedang sakit

Kalita rindu dengan teman teman sekelasnya, Nico, Irene dan tentu saja dengan Denata. Sebenarnya setiap hari Kalita melihat Denata, ia sering melihat cowok itu memperhatikan kamarnya, dia rasa Denata juga merasakan rindu yang sama, semoga saja

"KALITA!" teriakan Irene memenuhi koridor sekolah, ia berlari lalu memeluk Kalita dengan erat "Ta lo kemana aja sih? Hampir dua minggu lo nggak sekolah, nggak ada kabar juga, ngilang gitu aja"

Kalita terkekeh "Sorry sorry" sahutnya

"Ta, Nata tuh kangen banget sama lo" ucap Nico berjalan kea rah Kalita bersama Denata

Denata memanglingkan pandangannya, membuat wajah datar yang membuat Kalita semakin gemas "Kamu kemana aja?" katanya

Bibir Kalita tersenyum "Kangen ya.." ledeknya, Denata mengangguk dan spontan membuat wajah Kalita merona "Nat.. jangan terlalu jujur gitu dong, kan jadi blushing gini" kata Kalita menutupi pipinya yang sudah semerah tomat busuk

Denata menatap Kalita, benar saja, wajahnya memerah, ia tersungging, sunggingan kecil di wajah Denata membuat ketampanannya bertambah berkali kali lipat "Ta.."

"Ya?"

Cup

"Saya kangen" katanya setelah berhasil membuat Kalita tercengang, bukan cuma Kalita, Nico dan Irene pun sama tercengangnya dengan Kalita

Siapa yang sangka Denata yang terkenal badboy dengan wajah datar yang seramnya itu tiba tiba mencium pipi seorang gadis di depan umum seperti itu

"Nata.." rengek Kalita sembari memegang pipinya yang merah merona

Denata terkekeh pelan, dan itu sangat manis sekali membuat Kalita asik dengan dunianya

Tangan Denata melambai lambai melihat Kalita yang masih tidak sadarkan diri dari lamunannya "Ta.. Kalita" panggilnya

"Ya?"

"Yuk ke kelas, udah bell masuk" ajaknya

Kalita mengerutkan dahi masih setengah sadar, ia menggelengkan kepalanya menyadarkan diri "Irene? Nico?"

"Udah duluan, kamu kebanyakan melamun sih" sahutnya "Yuk ke kelas" katanya lagi, Denata menggenggam tangan Kalita dan menariknya pelan

Kalita menatap tangannya yang digenggam erat oleh Denata "Kalo gue jujur apa lo masih mau genggam tangan gue kaya gini Nat? gue mau jujur, tapi gue takut"

***
Makin nggak jelas ya ceritanya?
Maaf....

Thanks for reading

Update setiap hari minggu

Ps : Please let me know if there is any mistake in this story

DenataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang