TWENTY NINE

309 39 13
                                    

"Ta, udah seminggu loh kamu tidur, kamu nggak bosen?" Denata mengelus lembut tangan Kalita

Ya, sudah seminggu semenjak operasi dilaksanakan, tapi Kalita belum juga tersadar, kata dokter Kalita mengalami syok dan butuh waktu untuk bangun, tapi ini udah seminggu, berapa lama lagi waktu yang dibutuhkan Kalita

Mata Denata menatap lekat wajah Kalita yang nampaknya nyaman tertidur "Ta, saya takut" katanya dengan mata sendu yang terus menatap Kalita "Alasan saya bersikap dingin ke kamu karna saya takut. Kamu pernah menghilang dari kehidupan saya secara tiba tiba dan itu sangat menyakitkan bagi saya" Denata menempelkan tangan Kalita ke pipinya "Ada kemungkinan kamu akan pergi lagi, dan saya nggak siap kehilangan buat yang ke dua kali, terasa kejam buat saya kalo sampe kamu harus pergi lagi"

Setetes buliran bening mengalir dan membasahi pipi Denata, hatinya terluka saat Kalita pergi menghilang, apalagi saat itu bertepatan Denata yang sedang rapuh dan membutuhkan sosok Kalita di sisinya

Ketakutan itu membuat Denata akhirnya menutup diri dan mencoba untuk tidak bergantung pada Kalita, walaupun terkadang ia sangat ingin memeluk gadis itu tapi egonya seolah memberi tau bahwa ada kemungkinan Kalita pergi dan membuatnya terluka kembali

😊😊😊

Sudah sepuluh hari, dan Kalita belum juga membuka matanya, apakah Kalita merasakan mimpi yang membahagiakan sehingga ia tak kunjung membuka mata

Denata setiap hari datang, tak bosan ia bercerita, walau ia tau Kalita belum tentu mendengar ceritanya, tapi Denata tak pernah sekalipun berniat untuk berhenti

Tangan Denata mengelus dahi Kalita dengan perhatian, sampai tiba tiba seseorang membuatnya beralih menatap pintu ruangan yang terbuka

"Irene?"

Gadis dengan kecamata yang tengah berdiri di depan pintu itu terseyum, dia Irene, penampilannya masih sama, tidak ada yang berubah

"Kalita masih belum sadar?" tanyanya sembari mendekat

Denata menggeleng pelan, matanya menatap Kalita yang masih pulas dengan alam bawah sadarnya "Lo tau dari mana? Bukannya kalian udah lost contac?"

Irene menggaruk tengkuknya "Sebenernya Nat gue tau selama ini keberadaan Kalita"

"Maksdunya?"

"Selama ini Kalita nggak bener bener ninggalin lo Nat, dia selalu ada didekat lo, tapi lo nggak pernah tau itu, Kalita selalu merhatiin lo dari jauh, dan dia selalu ngawasin lo"

"Gue masih nggak ngerti, maksudnya apa? Ngawasin gue dari jauh? Kenapa? Kalo dia ada didekat gue kenapa dia nggak dateng pas pemakaman?"

Irene menghela nafasnya "Mungkin udah saatnya lo tau apa yang terjadi sebenarnya, tentang Kalita dan penyakitnya" ucap Irene akhirnya berbicara tentang kebenaran yang selama ini ia tutupi

Denata mengerutkan dahi, masih tidak mengerti, benar benar tidak tau apa yang dimaksud oleh Irene

"Sorry ya Ta, tapi gue rasa Nata udah harus tau tentang lo" ucap Irene sembari mengelus tangan Kalita lembut. Irene mengehala nafasnya panjang sembelum akhirnya ia berbicara "Nat, lo tau kan penyakit leukemia itu mematikan?"

Denata mengangguk "Terus kenapa? Apa hubungannya sama Kal-" Denata tidak meneruskan perkataannya ketika tau apa yang dimaksud oleh Irene "Maksud lo?" Denata menatap Irene menyelidik, meminta penjelasan bahwa apa yang dipikirkannya itu nggak benar

Irene menatap sendu ke arah Kalita, lalu beralih menatap Denata sembari mengangguk "Kalita leukemia Nat, dugaan lo benar, dan yang Kalita derita udah berada di staium akhir"

***

Haloo gaiissssss, maaf banget baru update, ya ampun udah sebulan lebih gasih ga update update, maaf banget

Yutha beneran lagi nggak bisa bagi waktu, maaf 🙏

Tapi janji, kedepannya update bakal rutin 3 hari sekali

Btw, ini udah mau tamat loh, hehe.. siapa yang penasaran sama endingnya, kayanya gada ya :(
yasudahlah...

See you next time gaiss
Thank's for reading

DenataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang