"Nggak! Jangan! Jangan pergi! KALITA!" Denata terbangun dengan nafas terengah-engah, ia mengacak rambutnya frustasi, lagi lagi ia bermimpi tentang kepergian Kalita. Ini sudah yang ketiga kalinya, dan mimpi itu hadir selama tiga hari secara berturut-turut
Denata tidak mengerti kenapa ia memimpikan hal itu, apakah semua ini firasat bahwa Kalita akan pergi? Tapi bukankah saat ini pun Kalita belum sepenuhnya kembali? Bagaimana ia bisa pergi jika dia saja tidak pernah kembali?
Mata Denata bergerak mencari sesuatu yang dapat menunjukan waktu saat ini, ia bangkit dari tidurnya kemudian masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya dan bergegas ke kampus
😊😊😊
"Woy Nat!" suara seseorang mengintrupsi Denata, cowok yang merasa terpanggil itu menoleh dan mendapati Candy yang berlari kecil ke arahnya "Susah banget deh nemuin lo akhir akhir ini" ucapnya setelah ia menyetarai posisi Denata
Denata hanya diam, tidak memberikan respon lebih seperti biasanya. Candy bercerita bagaimana kehidupannya di kampus selama beberapa minggu itu, ia bilang susah banget nemuin cowok kayak Denata, yang ngerti dia
Mereka berdua asik bercerita ria, eh, maksudnya Candy asik bercerita ria sedangkan Denata fokus mendengarkan celotehan Candy, sampai mereka melihat ada kerumunan di depan kampus mereka, nggak tau itu apa, tapi banyak banget orang yang lari buat ngeliat kerumunan tersebut
Candy yang penasaran menjegat orang yang tengah berlari kearah kerumunan itu "Eh ada apaan sih?" tanyanya
"Itu, katanya ada korban tabrak lari" kata orang yang ditanyai Candy
"Siapa?" Nggak tau kenapa Denata kayak ngerasain sesuatu aneh yang bikin dia penasaran sama orang yang katanya korban tabrak lari tersebut, jadi dia nyoba buat nanya
Mahasiswa itu sedikit mengingat "Emm, katanya cewe psikologi, rambut pendek"
Deg
"Rambut pendek?" Denata menelan salivanya, nggak mungkin Kalita kan, lagi pula bukan Kalita doang anak psikologi yang punya rambut sebahu "Ciri – cirinya?" Denata makin penasaran
"Nggak tau, kan gue belum liat"
Candy melihat ada hal yang aneh pada diri Denata, cowok itu terlihat sangat gusar, nggak biasanya Denata perduli sekitar kayak gitu "Oke makasih ya" katanya pada mahasiswa yang ditanyainya "Nat, lo mau li- eh Nata!"
Sebelum Candy ngajak Denata, ternyata cowok itu udah lari duluan, cepet banget, kayak ada yang ia khawatirkan, Candy menyusul dan melihat Denata menyelip di sela sela kerumunan tersebut
"Nat kena-" kalimat Candy tidak terselesaikan ketika melihat Denata yang langsung berlari ke arah korban tabrak lari tersebut, Candy dapat mehat bahwa banyak darah di jalanan, tapi fokusnya bukan ke darah itu, fokusnya tertuju pada Denata yang teriak teriak minta seseorang buat manggil ambulan
"Panggil ambulan cepet!" teriaknya, mata Denata memerah, entah karna dia marah atau karna dia khawatir pada gadis yang tengah tergeletak di jalanan dengan bersimpuh darah
Candy mencoba melihat wajah gadis yang tengah berada di pelukan Denata, ya Denata memeluknya erat, Candy nggak tau apa yang ngebuat Denata meluk gadis itu sambil bilang maaf
Sampai akhirnya Candy sadar, dia Kalita, gadis itu Kalita Anggrain, gadis yang sangat dicintai Denata, dan sekarang gadis itu tengah berada di anatara hidup dan mati karna darah yang berceceran di mana mana
Nggak lama kemudian ambulan dateng dan masukin Kalita ke dalamnya dengan Denata yang mendampinginya, di dalam ambulan tersebut Denata terus saja menggenggam tangan Kalita, dia bener bener takut kalo gadisnya bakal pergi ninggalin dia
"Ta.. jangan pergi, maafin saya Ta" katanya, matanya berkaca kaca, ia benar benar takut Kalita tidak bisa diselamatkan "Saya sayang kamu Ta, kamu harus kuat" katanya dengan suara yang serak "Kalita jangan nyerah, kamu kuat" katanya lagi sembari menggenggam tangan Kalita erat
😊😊😊
Denata nggak bisa diam begitu saja, dia mondar mandir di depan ruang UGD, perasaannya campur aduk, dia takut, sedih, dan merasa bersalah
Walaupun saat itu Denata meminta agar Kalita pergi dan tidak muncul lagi di hadapannya, tapi bukan ini yang ia maksud, ia tidak mengharapkan ini semua terjadi
Cowok itu benar benar cemas, takut bahwa mimpinya tadi pagi menjadi kenyataan, dia nggak sanggup kalo harus kehilangan Kalita lagi, apalagi tanpa perpisahan seperti ini
"Denata, gimana keadaan Kalita" mami dan papa Kalita datang dengan wajah yang sangat cemas, ya tentu saja orang tua pasti akan cemas saat anaknya mengalami kecelakaan bukan
Denata menunduk, "Dokter belum juga keluar buat mastiin keadaan Kalita tante" katanya pelan
john -papi Kalita merangkul Amara, menenangkan sang istri yang tengah menangis mendengar kabar dari Denata bahwa dokter belum juga keluar
Mereka masih menunggu, hingga akhirnya dokter keluar dari ruangan, Amara langsung menyerang dokter dengan pertanyaan seputar keadaan Kalita
"Kalita mengalami pendarahan yang cukup parah, dan dia membutuhkan banyak darah, tapi sayangnya untuk saat ini stok di rumah sakit sedang kosong, apakah ada yang mempunyai golongan darah yang sama seperti pasien di dalam?"
Amara melirik John, mereka menunduk sedih, pasalnya diantara mereka berdua, tidak ada yang memiliki darah yang sama seperti Kalita
"Apa golongan darahnya dok?" Tiba tiba Denata bersuara, membuat secercah harapan muncul dan membuat Amara sedikit tenang
"A"
"Saya A, ambil darah saya buat Kalita, kalo perlu sebanyak banyaknya, tapi saya mohon, tolong selametin Kalita dok" katanya lirih
Dokter mengangguk mengiyakan permintaan Denata "Silahkan ikuti suster untuk pengecekan dan pengambilan darahnya"
Denata mengangguk lalu mengikuti suster yang ditunjuk oleh dokter
"Denata" panggilan mami Kalita mengintrupsi Denata untuk berhenti sejenak, wanita paruh baya itu tersenyum "Terimakasih banyak" katanya
"Sama sama tante" sahutnya mengangguk
***
Hellooo gaiiss, akhirnya muncul setelah dua minggu menghilang, maaf baru bisa update
Makasih yang masih mau nunggu
Jangan lupa vote+comment gais
KAMU SEDANG MEMBACA
Denata
Teen Fiction#1 ceritasekolah (26 september 2018) #20 cintaremaja (12 juli 2018) ALBYAN DENATA, cowok urakan yang membuat KALITA ANGGRAIN jadi penasaran Bagi orang orang di sekolah baru Kalita, Denata bukan cowok baik, sejenis badboy lah, tapi bukan badboy yang...