(6) Rahasia Arga

100 8 0
                                    

"Sikap, berdo'a dalam hati, mulai!" seru ketua murid kelas IX - 9. Itu menandakan, waktunya untuk segera pulang. Calisya dan yang lainnya segera menundukkan kepala mereka, dan segera berdo'a, mereka berdo'a sesuai keyakinan mereka masing-masing.

"Berdo'a, selesai! sikap beri salam!" seru ketua murid kelas IX - 9 kembali.

Kelas IX - 9 pun memberikan salam perpisahan kepada gurunya yang berada di depan kelas mereka. "Assalamu'alaikum. Warrohmatullohi. Wabbarokatuh."

"Wa'allaikumsallam. Silahkan anak-anak, kalian pulang, tapi ingat, jangan lupa bangku kalian di ke atas mejakan ya! Supaya, yang jadwal piket di hari esok mudah untuk membersihkan kelas." Kata guru PKN, Bu Eti.

"Baik Bu." Jawab mereka serentak.

Setelah menaikan bangku ke atas meja, Lisya pun langsung terburu-buru melangkahkan kakinya keluar kelas. Nanda melihat hal itu langsung mengekor kepada Lisya, "Sya, lo kok buru-buru?" tanya Nanda.

"Iya, gue gak bawa payung nih, mana mendung, ogebnya gue cuman ada jas hujan buat tas lagi." Jawab Calisya sembari cemberut.

"Ya- ud- , bentar Sya." Nanda belum menyelesaikan kata-katanya, karena ia mendengar dering dari handphonenya. Ia pun mengangkatnya dengan sedikit menjauhi tempat Lisya berdiri. "Hal-o? Pah, ada apa? Nanda baru keluar kelas nih."

"Oh, oh, ok! Iya! Ok! Siaap My Super Hero! Ok! Daah! Yu, wa'allaikumsallam." Teriakan Nanda pun terdengar oleh Lisya.

"Bokap? Atau nyokap lo?" tanya Lisya kepada Nanda.

"Bokap gue, dia bilang hari ini gue harus cepet balik ke rumah. Soalnya bakal ada sodara gua dari Kalimantan dateng nanti." Jawab Nanda.

"Yaudah, gera balik gih! Nanti lo dicariin bokap lo lagi." Kata Lisya.

"Lo mau bareng ga? Nanti biar gue anter ke rumah lo, tapi biasa, pake motor scoopy gue. Ya berarti, lo bakal megangin payung gue, karena gue lupa gak bawa jas hujan besar." Kata Nanda.

"Nggak usah Nan, ngerepotin lo. Gue balik sendiri aja." Jawab Lisya.

"Aslinya Sya? Ini mendung loh!" tanya Nanda kembali.

"Iya, gpp, gue balik aja sendiri, lagian kan gue juga toh di jemput sama Pak Dahlan, lo gak usah khawatir." Kata Lisya meyakinkan.

"Yaa terserah lo aja deh, gue mah iya iya aja." Jawab Nanda pasrah.

"Yaudah gih, sana! Kasian, bokap lo nunggu tuh di rumah!" seru Lisya.

"Jadi, ngusir nih?" tanya Nanda sembari terkekeh.

"Ih, lu mah, cepet! Gera balik gih!" jawab Lisya kesal.

"Ok! Ok! Gua balik duluan ya, daaah!!" kata Nanda sembari mengangkat tangan kanannya lalu melambaikan tangannya, dan meninggalkan Lisya secara perlahan.

"Yaa!" Lisya pun menjawab Nanda sembari melambaikan tangannya juga, tanda perpisahan hari ini.

Lisya pun berjalan perlahan.

Ia pun menyusuri koridor, dan memperhatikan keadaan sekitar lapang sekolah. Ia pun melihat ada anak basket sedang berlatih untuk turnament.

"Gak cape apa ya?" kata Lisya dalam hati.

Kornea mata Lisya akhirnya terfokus pada anak laki-laki yang sedang berlatih basket di lapang, ia melihat kaki panjang yang kokoh milik anak laki-laki tersebut.

Calisya memperhatikan penampilan anak laki-laki tersebut, "keren." Satu kata yang berhasil keluar dari mulut kecil Lisya.

Ia pun tiba-tiba mengkerutkan dahinya, dan berkata "dia! Anak basket?"

Salahkah? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang