(30) Penasaran

13 5 0
                                    

"Nan." Seru Lisya, kepada Nanda yang sedang berlari kecil di sampingnya.

Nanda yang mendengar panggilan Lisya pun langsung saja menjawabnya, "hm. Apa?"

"Lo ngerasa aneh gak sih sama lukisan yang tempo hari kita lihat itu?" Tanya Lisya.

"Lukisan yang mana?"

Lisya yang mendengar jawaban dari teman dekatnya itu tiba-tiba merasa kesal. "Itu loh, yang kita lihat di ruang seni."

Ketika disadarkan oleh kata-kata Lisya kala mengingat tentang lukisan itu, sontak saja Nanda memiliki ide jahil dalam otaknya.

"Rumit banget sih jalan hidup lu itu Sya." Gumam Nanda.

Calisya yang berada di samping Nanda pun langsung mengarahkan kepalanya, menghadap Nanda. "Berhenti."

"Kenapa berhenti?"

"Berhenti dulu bisa gak sih?" Lisya pun mendengus dengan kasar.

"Ok. Gue udah berhenti." Kata Nanda, yang langsung saja menghentikan lari kecilnya.

Nanda yang menatap Lisya yang duduk di trotoar perumahan secara tiba-tiba pun, langsung berteriak. "Hei!"

"Ish, apa sih?"

"Ngapain lo duduk di jalanan kek gitu hah?"

"Masalah?" Jawab Lisya, dengan wajah datarnya.

"Lo malu-maluin tau gak!" Nanda pun kini menarik lengan kanan Lisya.

"Kenapa?"

Lagi-lagi pernyataan yang di lontarkan Lisya membuat seorang Nanda Nadia merasa kesal.

"Lo bikin gue malu tau gak Sya! Kalau misalnya orang-orang ngeliat lo duduk di trotoar kayak gitu, terus mereka ngomongin lo Gimana?"

"Terus kenapa kalau misalnya gue diliatin sama orang? Lagian, seharusnya yang malu itu gue, bukan lo." Kekeh Lisya. Ia pun mulai berdiri dari duduknya, lalu tanpa aba-aba langsung saja berdiri meninggalkan Nanda yang sedang diam di tempat.

"Kan. Emang rumit banget tuh anak." Kata Nanda dalam hati. Ia pun kembali melangkahkan kakinya, menghampiri Lisya yang sudah berjalan duluan.

"Sya, lo mau kemana sih?" Tanya Nanda yang sedikit kesal. Karena dari tadi, Lisya berjalan tanpa mengindahkan keberadaan dirinya.

"Mau balik." Jawab Lisya singkat.

"Loh, kok kenapa tiba-tiba lo mau balik?"

"Abis, gue ajak lo ngobrol tentang lukisan itu, lo malah ngejawab hal yang ngelantur." Jawab Lisya.

Nanda pun berkata dalam hati, "gua emang gak salah bilang ke lo Sya, kalau lo itu terlalu ngerumitin idup lo."

"Lagian, harusnya lo to the point Aja kali. Kalau mau ngebahas lukisan buatan si Arga." Kata Nanda.

Lagi-lagi, Lisya pun mendengus dengan kasar. "Kan, udah gue tebak. Sebenernya lo emang udah tau tentang topik yang emang pengen gue omongin sama lo."

"Heuh. Heuh. Udah langsung aja, lo mau ngomong apa tentang lukisan itu." Jawab Nanda yang memang sudah lelah dengan teman sebangku di kelasnya tersebut.

"Gue penasaran sama lukisan yang dibuat sama dia."

"Ck, elah. Pake namanya aja kali, gak ada orangnya ini." Gemas Nanda.

"Iya, iya.."

"Lanjutin."

"Yang di lukis sama Arga kan cewek tuh? Kira-kira, menurut lo siapa?"

Pertanyaan yang dibuat oleh Lisya pun membuat seorang Nanda menganga. "Ya Allah.. Setolol itu kah temen gue yang paling cantik ini."

"Ish, lo kok ngomongnya gitu."

"Please deh Sya, kek nya hari ini adalah hari sial gue. Soalnya, lo bikin gue kesel mulu."

"Katanya lo mau ngedengerin gue."

"Karena kirain gue, yang mau lo omongin itu hal penting ogeb." Celetuk Nanda.

Lisya tersenyum lirih, "bener juga, ini gak penting buat lo." Ia pun memelankan suaranya.

Sadar akan salah bicaranya, Nanda pun langsung merangkul pundak milik Lisya. Ia pun membawa si empunya untuk mengikutinya.

"Lo mau-"

"Sutt. Di sana ada tukang bubur tuh. lo akhir-akhir ini lagi suka sama bubur Ayam kan?" tukas Nanda.

Lisya pun tersenyum. Ia pun menganggukan kepalanya pelan.

"Yaudah, ayok." Ajak Nanda.

"Ok." Lisya pun mengikuti langkah temannya tersebut.

Nanda POV
Sebenernya, lo sama Arga itu saling suka Sya. Cuman gue aneh aja sama lo, kenapa lo nggak akuin itu di depan orangnya?

Kalau lo kayak gini terus, lo sama aja ngedzolimin diri lo sendiri Sya. Gue khawatir sama lo.

"Ekhm. Sya."

"Hm?" Lisya pun membalikan badannya sembari mengelap keringat di dahinya.

"Tentang lukisan itu.." Terlihat seorang Nanda sedang menimang perkataannya yang akan di lontarkan kepada Lisya.

Lisya pun mengerutkan dahinya.

".. Lo tanya aja langsung sama orang yang buat lukisan itu." Akhirnya Nanda pun melanjutkan kalimatnya.

Calisya yang mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Nanda pun terkekeh.

"Mana mungkin gue nanya ke Arga, Nan." Ia pun tersenyum miring. Lisya pun langsung menghampiri pedagang bubur Ayam. Bukan karena lapar, tetapi supaya dapat menghindari percakapan antara Nanda dan dirinya. Ia sudah malas untuk membahasnya.

"Ck. Gengsian lu Sya." Kata Nanda, dalam hati.

~ •×•×• ~

Yas! Lisya penasaran banget tuh. Cuman jaim doang :v

Kira-kira, kalian sama penasarannya gak sama chapter selanjutnya?

Aku harap sih, iya😆
Hehe.

Votting + commennya aku tunggu ya :)

Jangan lupa, follow Instagram aku di : @lanvntnf
dan, subscribe channel YouTube aku di : Lanvine Traizeta N F
Ok!

Thanks guys!

Salam💕

~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~

Bandung, 14 Juni 2019.

Salahkah? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang