(19) Hujan

21 8 0
                                    

"Gluduk! Gluduk!!" terdengar suara gemuruh sang petir.

Lisya pun duduk di sofa kamar yang dekat dengan kasurnya, ia pun menatap lurus ke depan. Ke arah jendela besar kamarnya.

"Seakan langit ngertiin gue. Gue marah. Gue kecewa." Lisya pun berbicara dalam hatinya.

"Lo perlu denger dan catet dengan baik. Gue gak akan pernah suka, sama cewek yang emang beda keyakinan sama gue." Kata-kata Arga pun terulang kembali di otaknya. Ia terus saja mengingatnya.

"Haha. Ternyata lo kayak gitu Ga." Lisya pun berdiri, ia pun melihat dirinya ke cermin besar di kamarnya.

"Gue harus sering-sering ngaca."

"Gue itu gak pantes buat lo."

"Bahkan kita bener-bener beda." Lisya pun tertawa kecil, namun ada arti tersendiri dalam tawa tersebut.

"Tik. Tik. Tik.. Tik.. Tik.. Tik... Tik..." Suara butiran air hujan pun kini telah terdengar, ketika sebelumnya sang langit mengeluarkan gemuruh.

"Hujan."

Lisya melepaskan seragam sekolahnya dengan kasar. Ia pun memasuki kamar mandi yang berada di dalam kamarnya.

"Srr.. Srr.."

"Gue kecewa Ga."

"Gu-gue.. Gue kecewa sama lo."

"Setelah beberapa minggu ini gue sadar, gue suka sama lo. Tapi kenapa?" Lisya pun menangis dalam bethup. Ia pun menyalakan shower di dekatnya, sehingga butiran air matanya tak terlihat.

"Gue bego! Kenapa gue suka sama lo?!!"

"Gue yang tolol, apa lo Ga!" Lisya pun terisak.

Lisya pun memenuhi air di bethupnya. Sehingga tubuh mulusnya hampir tertutup dengan air. Ia pun menidurkan dirinya.

Setelah 20 menit berlalu..

Ibunda Lisya menaiki tangga, beliau pun mengetuk kamar putrinya.

"Tok. Tok. Tok." Terdengar suara ketukkan pintu dari luar kamar.

"Sya.. Udah siap-siap belum? Malam ini, Bunda udah siapin kamu makan malam. Spesial buat kamu."

Namun, tak ada jawaban dari dalam kamar Lisya. Bunda pun khawatir.

"Sya.. Calisya!"

Akhirnya pun Bunda masuk ke dalam kamar Lisya. Dan beruntungnya, kamar Lisya tidak di kunci.

"Lisya?!" begitu kagetnya Bunda, ketika ia tidak menemukan putrinya di dalam kamar.

"Sya."

"Srr.. Srr.." Bunda pun mengarah ke arah utara, ketika ia mendengar suara air mengalir dari kamar mandi.

"Lisya mandi?" tanya Bunda dalam hati.

Bunda pun mengetuk pintu kamar mandi. "Tuk. Tuk. Sya.. Kamu lagi mandi?"

Namun, masih saja tak ada jawaban dari dalam kamar mandi. Hal ini membuat Bunda bertambah resah, ia pun langsung membuka kamar mandi.

Begitu kagetnya beliau, ketika melihat putrinya tenggelam dalam bethup yang di penuhi oleh air yang menutupi tubuh putrinya.

"Lisya!!"

Bunda pun langsung mematikan shower. Ia pun langsung saja meraih lututnya dengan memasukan tangannya ke dalam bethup. Hingga akhirnya, Lisya pun berada di dalam pelukan beliau.

"Lisya, nak. Bangun nak!" Bunda pun menepuk-nepuk pipi Lisya.

"Lisya!!"

"Pak, tolong ke atas, ke kamarnya Lisya ya! Cepetan!" Bunda menekan alat pemanggil.

Salahkah? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang