(11) Senyuman

33 9 2
                                    

Author : Cerita sebelumnya, baca di Part 9 dulu. Part 11/sekarang adalah kelanjutan dari cerita tersebut :)

---

Setelah selesai berganti pakaian, Lisya pun menuruni setiap anak tangga rumahnya. Ia melirik sedikit ke bawah, dan ternyata Arga masih berada di sofa ruang tamu.

Namun yang Lisya lihat kini adalah, Arga yang sedang duduk di sofa namun menutupi wajahnya dengan hoodie putih milik Arga. Lisya pun menghampiri Arga yang mungkin, kini sedang tidur.

"Emang, gue lama ya kalau ganti baju?" tanya Lisya dalam hati.

Lisya pun ingin menepuk bahu Arga, namun hal yang terjadi pun..

"Bwhaaa! Kena lo!" teriak Arga, ia mengagetkan seorang Lisya yang sedang berdiri di hadapannya.

Namun, ketika melihat Lisya yang menggunakan dress merah muda selutut, Arga pun langsung salting. Bukannya meminta maaf kepada Lisya.

Lisya yang sudah terbiasa dengan hal mengagetkan pun hanya diam. Ia tidak merasa kaget, bahkan yang ia rasakan kini adalah aneh.

"Ga, lo kenapa? Kok keringetan? perasaan rumah gue adem-adem aja deh." Tanya Lisya. Ia pun duduk di sebelah Arga.

Arga yang telah masuk ke proses pemompaan jantung 2× lebih cepat pun, hanya bisa mengelap keringat di dahinya. Hal ini di sebabkan karena, Arga tak sengaja melirik kaki mulus berwarna kuning langsat milik Lisya.

"Ga kenapa-kenapa kok." Jawab Arga.

"Gak kenapa-kenapa gimana coba? Sini lo." Seru Lisya.

"Mau apa? Gue kan udah deket sama lo, kenapa di suruh ngedeket lagi si?" tanya Arga.

"Ih lo banyak bacot deh." Langsung saja Lisya pun mengambil sapu tangan di tas kecil biru mudanya. Ia pun mengelap keringat di dahi Arga dengan secara perlahan.

Arga yang di perlakukan seperti itu oleh Lisya pun kini tubuhnya malah semakin menegang.

"Ko-kok, la.. Lama amat sih ngelapnya?" tanya Arga gagap.

Lisya yang mendengar kata-kata Arga pun sontak mengelap kasar dahi Arga. Ia merasa kesal kepada teman laki-laki sekelasnya ini.

"Yaudah, kalau ga mau, lo lap aja sendiri tuh dahi lo." Lisya pun berdiri, ia pun meninggalkan Arga di ruang tamu. Lisya pun keluar dari rumahnya.

Arga pun hanya bisa tersenyum. Ketika ia melihat langkah kecil Lisya yang cepat menuju keluar rumah. Yang ingin Arga katakan di dalam hatinya sekarang adalah, "cerewet. Tapi lucu. Lo masi sama kayak pertama kali gue kenal lo Sya." Arga pun berdiri, ia pun mengenakan hoodie putihnya, setelah itu, ia pun memakai tas hitam bergaris birunya di pundak bagian sebelah kanan. Arga pun menyusul Lisya yang sudah berada di luar.

"Lo lama amat sih-" kata-kata Lisya terhenti. Ketika ia melihat Arga yang menggunakan hoodie putih polos. Lisya pun langsung senyam-senyum sendiri.

Arga yang melihat perilaku aneh Lisya pun langsung saja memegangi pundak Lisya, "Sya, lo kenapa?"

"Lo sakit ya? Kok senyam-senyum sendiri?" Arga pun meletakkan punggung tangan kanannya ke kening milik Lisya.

Lisya yang tidak terima dengan sindiran halus Arga, langsung saja menepis lengan kanan Arga, "apaan si lo! Lo kira, gue gila gitu?!"

Lisya pun kembali meninggalkan Arga dengan cepat menuju gerbang rumahnya.

Namun, karena langkah kaki Arga yang lebar, akhirnya Lisya pun dapat terkejar.

"Ih, baru aja gue mau muji dia, dia malah udah ngajak gue ribut. Gembel emang!" celetuk Lisya, namun pelan.

Arga yang tepat berada di belakang Lisya, sempat mendengar umpatan Lisya dari bibir manisnya itu. Arga pun tersenyum. Ia pun langsung saja meraih lengan kiri Lisya, hingga Lisya pun membalikkan badannya menghadap Arga.

Salahkah? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang