(5) Takut

87 8 5
                                    

"Nan, tadi kan kata gue, gue mau ke perpus, lo mau ikut ga?" tanya Lisya kepada Nanda sembari membereskan buku-buku yang sudah di pelajari.

"Emang mau ngapain ke perpus? Tumben banget lu Sya?" tanya Nanda balik.

"Gue mau balikin novel yang pas kelas 8 gue pinjem, ampe sekarang ni novel ama gue belum di balikin." Jawab Lisya.

"Gilee lo Sya, kena denda banyak lu, mampus!" kekeh Nanda, sembari membetulkan tali sepatu.

"Nah itu, denda si gak masalah, yang gue takutin itu.. Ocehannya Bu Maung, gue suka deg-degan kalau tiap mau balikin buku ke dia." Jawab Lisya sembari memeluk novel di dadanya.

"Bu Maung?" tanya Nanda.

"Iya, Bu Maung!" jawab Lisya.

"Mh. Mhh.. Mbhwahaha.." Nanda pun tertawa sembari berjalan keluar kelas.

Lisya bingung dengan sikap Nanda, ia pun mengerutkan dahinya sembari melangkah mengejar Nanda keluar kelas, ia pun berkata, "lo apaan sih, kok ketawa pas gue bilang, gue takut sama Bu Maung?!" tanya Lisya sembari menyubit pelan lengan Nanda.

"Hah, lo mah Sya, lagian, hari gini, masi takut sama Bu Maung? Sumpeh lo? Gue juga takut, gak ah! Gak mau nemenin lo ke perpus, ntar yang ada gue diingetin sama asistennya Bu Maung buat bayar hutang karena gara-gara denda, gue minjem buku 4 bulan yang lalu Sya, ampe sekarang gue baru bayar dua rebu ke asistennya Bu Maung." Kata Nanda sembari berjalan di koridor sekolah.

Karena sudah jam istirahat, anak-anak pun banyak yang berlalu lalang, Lisya yang sempat tertinggal karena langkah kaki Nanda yang cepat itu akhirnya berlari kecil mengejar Nanda. Namun, hal yang tidak di inginkan pun terjadi, Lisya pun menabrak seorang Guru perempuan yang sedang berjalan lambat.

"BRUUK!!" suara jatuh pun terdengar. Guru perempuan itu terjatuh, beserta tas dan buku-buku yang ia pegang. Sedangkan Lisya, ia hanya bisa terdiam dan memandangi guru tersebut.

Guru itu pun meringis pelan, dan berdiri perlahan, "haduuh.. kalakuan saha ieu teh, GUSTI.. Budak teh nya!!" teriak guru perempuan tersebut.

Calisya yang mendengar hal itu pun langsung membantu guru tersebut, dengan mengambil tas dan buku-buku milik guru tersebut.

"I- i. Ini Bu, maaf, saya tidak sengaja menabrak Ibu. Saya tadi mau mengejar teman saya yang ada di depan, dan ternyata say-" kata-kata Lisya terhenti, ketika ada suara yang memotongnya.

"Ehh, Lisyaa! Maneh teh kumaha nya, hati-hati jadi budak teh, kudu ningali situasi, mun di hareupeun kamu teh aya Ibu!" suara menggelegar menghiasi koridor sekolah dekat lapang.

"I- i. Sumuhun Ibu." Jawab Calisya dengan spontan mengganti logat Bahasa Indonesia menjadi logat Bahasa Sunda. Ia pun menunduk dan memegangi rok panjang miliknya.

"Tos, tos, engke mah mun ntong sok kitu deui nya! Atos, ayeuna kalakuan anjeun ku Ibu di hampurakeun, ayeuna, bantu Ibu bawa buku-buku ka ruang guru nya, Ibu nyeuri cangkeng gara-gara kamu." Jawab guru tersebut.

"E- enya, Bu." Calisya pun mengangguk dan berjalan duluan meninggalkan guru tersebut sembari membawa buku-buku yang berat milik guru itu.

"Ih! Sebel banget gue sama lo Nan! Liat aja nanti, gue masukin kecoa ke tasnya, tau rasa lo!!" kata Lisya dalam hati.

"Mampus banget gue hari ini, tadinya gak mau ketemu sama Bu Maung, biar nanti aja balikin tuh novel pas jadwalnya Bu Popon, eh.. Malah ketemu tuh guru galak di koridor. Belum bagiannya tadi, malu-maluin gue di depan adkel lagi ih, mampus deh!" kata Lisya sembari memasuki ruang guru.

Salahkah? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang