(7) Teka - Teki

64 9 0
                                    

"Lo, ikut gue." Kata Arga, sembari menggandeng tangan kecil milik Lisya secara perlahan, ia membawa pergi Lisya dari ruang UKS.

---
Arga dan Lisya kini telah sampai di taman belakang sekolah.

"Ngapain lo narik tangan gue?!" kata Lisya tak terima karena, Arga secara tiba-tiba menarik lengannya.

Arga hanya bisa terdiam, ia pun duduk di kursi taman belakang sekolah.

Lisya yang melihat akan hal itu, merasa sebal, karena kata-katanya tak di gubris oleh Arga.

"Apaan si lo, bawa gue ke tempat sepi kayak gini, cuman berdua lagi, inget! Cuman berdua!" teriak Lisya sembari melangkahkan kaki meninggalkan Arga.

Mendengar hal itu, Arga pun langsung berdiri dan mengejar langkah kecil Lisya, ia pun akhirnya berhasil menggapai lengan kecil milik Lisya.

"Tunggu, lo gak boleh pergi."

Lisya pun berhenti, dan membalikkan tubuhnya menghadap Arga.

"Terus, mau lo apa? Gue di sini malah kayak di permainkan sama lo tau ga! Mau lo ap-" kata-kata Lisya pun terhenti ketika ia melihat seorang Arga menangis sambil menundukkan kepala di hadapannya.

"Lo, lo nangis Ga?" tanya Lisya hati-hati.

"Maafin gue Sya, gue salah." Jawab Arga pelan.

Mendengar hal itu, Lisya pun merasa aneh, ia pun mengerutkan keningnya.

"Lo masih mikirin yang tadi? Duuuh, ngga usah masukin hati lo Ga, gue ga papa, liat kan? Gue masih idup, masih sehat wal afiat." Kata Lisya menenangkan.

"Ngga, gue salah."

"Duh Ga,"

"Gue salah Sya, gue salah." Sesal Arga.

Lisya pun tiba-tiba merasa bersalah, karena ia terus saja bertanya kepada Arga tadi.

"Gue salah Sya, gue-" Arga pun menggantungkan kalimatnya, rasanya ia ingin sekali memeluk Lisya, namun sayangnya tidak bisa.

Dan akhirnya, pikiran Arga tak fokus, tubuhnya melemah, hingga akhirnya ia kehilangan keseimbangan.

Rasanya, Arga ingin sekali jatuh, namun ia paksa untuk tetap berdiri.

"Sya, gue,"

Tiba-tiba, naluri Lisya membawanya untuk segera memeluk tubuh tinggi Arga. Lisya mengeratkan pelukannya, ia pun mengelus pelan pundak milik Arga, walau pun ia harus berjinjit.

Arga pun kaget, karena tiba-tiba saja Lisya memeluknya dari arah depan.

"Kamu lagi ada masalah ya?" tanya Lisya yang masih memeluk tubuh tinggi Arga.

Jantung Arga berdebar, seketika tubuhnya merasa panas, ia berkeringat.

"Nggak."

"Terus kamu kenapa? kok malah jadi aneh? kan aku udah bilang, santai aja, orang aku sekarang udah ngga papa." Tanya Lisya kembali.

Arga yang mendengar kata, "aku"-"kamu" dari mulut Lisya, tiba-tiba tersenyum. Ia merasa senang karena, ada seseorang yang peduli dan memperhatikannya.

Akhirnya, Arga pun membalas pelukan dari Lisya dengan lembut. Ia merasakan kenyaman, saat mendekap Lisya.

Disisi lain, Lisya pun agak kaget, namun karena balasan pelukan Arga terasa hangat, ia pun tak ingin melepaskan pelukannya.

"Thanks Lan." Kata Arga, sembari menutup matanya perlahan.

Lisya yang merasa aneh karena tadi Arga baru saja memanggilnya Lan, akhirnya bertanya, "Lan? Siapa Lan?"

Arga yang tadinya menutup mata, kini telah terbuka, dan melepaskan pelukannya dari Lisya.

"Sorry."

"Gak pa pa kok, tapi gue aneh, lo tadi manggil gue Lan, siapa Lan?" tanya Lisya.

Setelah berpikir agak lama, akhirnya Arga pun membuka mulutnya, dan berkata, "itu nama panggilan buat temen gue, namanya Wulan, Wulandari Arellia." Jawab Arga.

"Dia itu gadis pertama yang ngebuat gue jatuh cinta Sya."

"Dan dia, gadis yang pertama kali masuk ke hati gue."

"Ha haa haa.." Tawa Lisya pecah, karena mendengar kata-kata bucin dari seorang Arga.

"Kok, lo ketawa?"

"Huh huh, duuh.. Gimana gue gak ketawa coba, baru tau gue, lo itu bucin ternyata." Kata Lisya sambil memegang perutnya.

"Gue serius Sya."

"Gue serius sama kata-kata gue,"

"Bahkan jiwa Wulan gue rasain di diri lo, semuanya. Ampe gue tadi ngerasa nyaman, habis dipeluk sama lo."

Mendengar akan hal itu, seketika rona merah muda di wajah Lisya muncul. Ia paham betul maksud Arga, namun Lisya berpura-pura tak mengerti.

"Maksud lo apaan Ga?" tanya Lisya.

"Gue tau lo paham sama apa yang gue maksud Sya."

"Gue percaya itu."

"Dan gue harap, suatu saat nanti lo bakal ngerti. Karena lo satu-satunya cewek yang mirip sama Wulan. Bukan karena wajah lo, tapi karena sikap lo. Lo mirip banget sama Wulannya gue."

Dan detik itu juga, turunlah butiran air hujan dari langit. Kini, dua insan sedang bertatapan di bawah langit yang sedang membasahi tubuh mereka.

Ya, hujan di hari itu pun menjadi sebuah bukti. Bahwa seorang Arga, memberikan sebuah teka-teki kepada Lisya.

~ •×•×• ~

Assalamu'allaikum guys :)

Chapter 7 pun akhirnya berhasil aku publish :3

Gimana nih? isi chapternya dikit amat ya? publishnya juga malam amat ya? sengaja. Hhehe😆
Intinya, jangan lupa baca chapter selanjutnya yaa ;)

Jangan lupa, follow Instagram aku di : @lanvntnf
dan, subscribe channel YouTube aku di : Lanvine Traizeta N F

Thanks guys!

Salam💕

~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~

Bandung, 31 Januari 2019.

Salahkah? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang