(10) Tantangan

47 10 1
                                    

Beberapa hari yang lalu..

---

"Dit, ini pulpen gue ya?" kata Dian. Ia pun menatap mata Aditya dengan penuh selidik.

"Naonnya maneh. Sok mahiwal, ieu mah pulpen urang, lain pulpen maneh." Aditya mengelak, ia mengambil pulpen yang sedang berada di tangan Dian sekarang.

"Lo jangan bohong! Jelas-jelas ini tuh pulpen gue! Lo liat nih, di pulpen gue ada tanda tip-x putihnya di bagian dalemnya!" kini, Nanda yang merebut pulpen di tangan Aditya. Karena menurutnya, pulpen itu adalah miliknya.

"Pede amat sia." Kata Aditya datar. Ia pun akhirnya mengalah, dan meninggalkan Dian yang sedang bersandar di dinding belakang kelas.

Namun..

Aditya pun membalikkan tubuhnya, dan ia pun menghadap Dian dan meliriknya dengan sinis, "pek cokot. Urang mah bisa meuli pulpen nu siga kitu leuwih loba, leuwih alus. Ngan, mun kabukti eta nu urang, tingalikeun weh."

Mendengar akan hal itu, Dian pun langsung memajukan wajahnya, dan ia pun menepuk-nepuk wajah tersebut dengan pelan menggunakan tangan kiri, "sok tah, teu sieun urang mah."

Merasa di rendahkan, Aditya pun langsung melayangkan tangannya ke dinding yang berada di belakang Dian. Ia meninju dinding dengan keras.

Dian yang merasakan akan hembusan angin dari pergerakan tinjuan tangan Aditya ke dinding di belakangnya, langsung terdiam. Seketika.

Aditya pun menyunggingkan sebelah bibirnya ke atas, ia tersenyum sinis. "Untung lo cewek." Kata Aditya, ia membisikkan kata-katanya ke bagian telinga Dian.

Dian merasa merinding. Ia pun langsung saja mencubit kecil pinggang milik Aditya, dan ia pun pergi meninggalkan Aditya.

Aditya sempat mengeluh nyeri, namun ia pun langsung tersenyum sinis.

"Kenapa lo?" tanya Riska ketika melihat Dian yang datang ke bangkunya.

"Tau ah!"

Riska yang mendengar sentakan dari Dian pun langsung menjawab, "sans dong Sis, kan gue biasa nanyanya."

Dian pun hanya bisa cemberut.

Namun tak lama kemudian, datanglah Lisya dan Nanda ke kelas. Mereka baru saja selesai istirahat, mereka habis dari kantin sekolah.

"Hahahh! Biasa tuh, si Dian cemberut ya, pastinya gara-gara si Ditdot." Celetuk Nanda.

Lisya dan Riska yang mendengar akan hal itu, sontak langsung tertawa kecil.

"Kenapa si!! Lo bener aja Nan.." kata Dian. Ia membalas celetukan dari Nanda.

"Ehh, tumben lo. Biasanya gak akan ngejawab," goda Nanda.

"Gue sekarang serius."

"Sejak kapan lo serius?" tanya Riska.

"Sejak hari ini. Jam ini, menit ini, dan detik ini juga. Gue bener-bener serius kali ini." Jawab Dian.

Lisya, Nanda, maupun Riska, kini hanya saling memandang diri mereka satu sama lain. Hening.

"Cerita. Ada masalah apa?" tanya Monica yang memecah keheningan diantara teman-temannya yang terbiasa rimbil itu.

"Gue, bakal balas dendam. Liatin aja." Kata-kata itu pun langsung keluar dari mulut Dian.

"Eh"

"Lo napa?"

"Waait?!"

Kata Lisya, Nanda, dan Riska serentak.

Salahkah? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang