(12) Datang Bulan

35 9 0
                                    

Lisya sedang berjalan menyusuri daerah taman depan sekolahnya. Beberapa kali, ia mendapatkan sapaan dari kelas lain, bahkan, adik-adik kelas pun menyapanya dengan menambahkan senyuman kepada Lisya.

Tidak ada senior yang menyapanya. Karena, Lisya adalah tokoh senior di kisah ini.

Lisya yang mendapatkan sapaan dari beberapa orang pun, hanya bisa tersenyum. Karena, yang menyapanya itu kebanyakkan orang yang tidak di kenal oleh Lisya. Ada beberapa orang yang Lisya ketahui namun, Lisya pun lupa dengan nama mereka.

Tak ada pilihan lain selain, tersenyum dan menjawab sapaan-sapaan tersebut dengan kata hai!

Tiba-tiba dari arah belakang, ada seorang laki-laki yang sedang berlari. Namun nasib baik tidak berada di tangan Lisya, karena bisa di tebak, bahwa anak laki-laki tersebut menabrak Lisya. Dan alhasil, Lisya pun terjatuh di lantai koridor sekolah.

"Gedebruuk!" terdengar suara jatuh Lisya. Dengan di mulai badan bagian depannya yang mendarat, dan barulah bagian kepalanya yang menyusul. Hingga seluruh tubuhnya terjatuh. Kini, posisi Lisya pun seperti seorang wanita yang sedang berada di tempat spa.

Anak laki-laki tersebut pun spontan menghentikan larinya. Ia pun merasa bersalah.

"Sorry. Gue ngga sengaja." Terdengar kata-kata halus namun berat yang keluar dari mulut anak laki-laki tersebut.

Lisya yang mendengar akan hal itu pun, langsung saja memperbaiki posisi tubuhnya yang tak lazim. Ia pun berdiri, dan langsung saja mengeluarkan cermin kecil yang berbentuk persegi panjang di saku seragamnya.

Anak laki-laki tersebut pun, masih berada di posisinya. Yaitu, sedang memperhatikan Lisya.

Berharap mendapatkan penerimaan maaf dari Lisya, namun Lisya tetap tidak menggubris anak laki-laki tersebut.

"Maaf. Gue ngga sengaja. Lo gapapa kan?" akhirnya, anak laki-laki tersebut pun kembali mengulangi kata maaf kepada Lisya.

Lisya melihat wajahnya di cermin. Ia memperhatikan setiap sisi wajahnya. Awalnya ia tidak marah, namun ketika melihat bagian hidungnya menghitam karena debu, dan yang paling parah adalah, tatanan rambut kepang satunya yang agak berantakan. Langsung saja, Lisya membalikkan tubuhnya untuk menghadap ke anak laki-laki tersebut.

Lisya sangat marah. Ia pun sudah menyiapkan kata-kata pedas untuk anak laki-laki tersebut.

"Lo!!" teriak Lisya sembari memberikan tangan telunjuk kepada anak laki-laki tersebut.

"Lo!"

"Lo gembel banget sih!! Lo tau kan, kalau anak cewe itu suka dandan? Anak cewe itu lamaa.. Kalau nata diri supaya kelihatan rapih!"

Anak laki-laki tersebut pun hanya bisa menelan ludahnya.

"Apaan si lo! Banci amat sih jadi cowok!! Ngomong kek dari tadi kalau gue nanya! Gak punya sopan santun dasar! Kalau lo mau ngelakuin apa-apa tuh harusnya lo mikir dulu! jangan lari-lari kek, orang masih pagi juga, lo ngga kesiangan juga! Dasar, cowok gak tau maluu!" kata Lisya geram. Ia pun segera meninggalkan anak laki-laki tersebut.

Namun ketika ingin melangkahkan kakinya, Lisya pun langsung mendekatkan dirinya kepada anak laki-laki tersebut. Dan langsung saja, Lisya memberikan jari tengahnya ke anak laki-laki tersebut.

Karena jaraknya sangat dekat, anak laki-laki itu pun sangat jelas melihat jari tengah yang diberikan Lisya untuknya.

Dan setelah puas menatap dan memberikan jari tengahnya kepada anak laki-laki tersebut. Lisya pun langsung melangkahkan kakinya secara cepat.

Salahkah? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang