(25) Dendam

20 7 0
                                    

"Permisi."

"Tuk. Tuk. Permisi.."

"Per-"

"Karina-"

"Bebeep! Akhirnya, aku tau rumah kakak dimana." Karina pun memberikan senyuman kepada Arga.

Arga yang kaget akan kedatangan Karina pun, hanya bisa memandang adik kelasnya yang sedang berdiri di depan pintu  rumah. Ia sedang berpikir dalam otaknya, bagaimana bisa Karina datang ke rumahnya? dan bagaimana ia tahu alamat rumahnya?

"Cewe gila." Kata Arga dalam hati.

Karina yang melihat Arga yang sedang melamun pun, akhirnya melambaikan tangan ke muka Arga. "Kak, kenapa?"

"Haloo!"

"Kak,"

"Kakak?!"

"Bep-"

"Sutt!" Arga pun menutup mulut Karina dengan lengan kanannya.

"Kakm ko mutp muolt ak-"

"Sutt! Jangan teriak-teriak." Arga pun melepaskan tangannya dari mulut Karina.

"Hehe, maaf-maaf." Karina pun tertawa kecil.

"Lo mau ngapain ke sini?" kata Arga pelan.

"Mau ngajak jalan kakak."

"Hah?!"

"Ih, kok kakak ngebentak sih.." Kata Karina, dengan nada yang di buat-buat.

"Lo tau alamat rumah gue dari siapa?" tanya Arga kembali.

"Jawab dulu, kenapa kakak ngebentak aku?!"

"Rese amat sih." Arga pun menutup pintu rumahnya.

Tak lama setelah Arga menutup pintu rumahnya, Karina pun menggedor pintu rumah dengan sangat keras.

"Tok! Tok! Tok!"

"Tok! Tok! ka-"

"Apaan sih lo!" Arga pun akhirnya membuka kembali pintu rumah. Karena yang ia takutkan, Ibunya dapat mendengar ketukan pintu rumah, dan paling sulit, ketika Arga harus mengenalkan Karina kepada Ibunya.

"Kakak.."

"Apa." Kata Arga datar.

"Ayo.. Kita jalan yuk.."

"Ngga."

"Kakaak.." Karina pun memainkan lengan milik Arga. Ia pun menarik-narik lengan tersebut.

"Udah malem Rin."

"Masih jam setengah tujuh kok."

"Emang lo ngga di cariin sama orang tua lo?"

"Ngga lahh! Aku kan cewek mandiri." Kata Karina, bangga.

"Itu bukan mandiri namanya."

"Terus apa?"

"Kegatelan."

"Apaa!"

"Iyalah, lo bukannya pergi ngaji, malah malem-malem dateng ke rumah cowok buat ngajak jalan. Gatau malu dasar." Arga pun melepaskan genggaman manja Karina.

"Kakak jahat banget sih!"

"Lo mau ngasih tau, lo dapet alamat rumah gue dari mana, atau gue usir lo?"

"Ih! Mening aku balik!!"

"Yaudah, sana."

"Ish!" Karina pun menghentakkan kakinya ke lantai sebelum pergi meninggalkan Arga.

"Cewek gila." Kini Arga mengatakan hal itu dengan mulutnya. Ia pun masuk ke dalam rumah, dan menutup pintunya dengan rapat.

Sedangkan di sisi lain, ada seorang anak laki-laki yang sedari tadi memperhatikan kejadian tersebut. Di balik pohon jalanan dekat rumah Arga.

"Gagal."

Karina pun berjalan menghampiri anak laki-laki tersebut yang sedang berdiri di balik pohon tersebut.

"Gue gagal. Lain kali aja ngajak kak Arga jalan."

"Lo harus nepatin janji lo."

"Iyalah, tapi nanti. Orang dia nya aja gitu amat ke gue, lagian nih ya, lo rencanain ini malem-malem. Liat! Gue dikiranya cewek nakal tau gak sama kak Arga!"

"Kenapa juga, lo setuju sama rencana gue?" tanya anak laki-laki tersebut.

"Gue kan pengen tau alamat rumahnya kak Arga, jadi terpaksa gue ikutin rencana lo itu!"

"Dan sekarang, lo udah tau alamatnya, dan juga udah tau rumahnya. Kenapa gak bilang makasi?"

"Buat apa?"

"Ck. Emang ga tau malu." Anak laki-laki tersebut pun perlahan berjalan meninggalkan Karina di pohon tersebut.

"Ishh!"

"Iya! Iyaa! Makasi."

Anak laki-laki tersebut pun membalikkan badannya, ia pun menghampiri Karina. "Apa? Gue gak denger."

"Budeg dasar."

"Apa?"

"Iya-iya! Makasih!"

"Gue denger, tapi kayaknya gak ikhlas."

"Oke! Makasi, Reza Ardery.."

"Nah."

"Nah, neh, nah, noh!"

"Gitu dong. Ngucapinnya ikhlas." Kata Reza.

"Masia!"

"Jadi cewek jangan kasar dong. Malu." Kata Reza datar.

"Ishh, lo!" Karina pun memberikan jari tengah kepada Reza, ketika Reza mengalihkan pandangannya ke arah rumah Arga.

"Lo mau ngapain?" Tanya Reza.

"Mau bunuh lo, gembel!!"

"Kasar lagi kan."

"Dasaar! Saudara sinting!!!"

"Balik sana. Gue gak mau di salahin nyokap lo nanti." Reza pun berjalan meninggalkan Karina. Kali ini, benar-benar meninggalkan Karina.

"Sintiiiiing!" Karina pun melangkahkan kakinya yang berlawanan arah dengan langkah kaki Reza.

"Halo, Pah. Jempul Karina di tempat biasa ya." Setelah meminta jemput kepada ayahnya, Karina pun melanjutkan langkahnya ke tempat yang Ia maksud.

Di rumah Reza..

"Gue masih dendam sama lo. Arga Assegaf." Reza pun mencoret foto Arga yang berada di meja belajarnya.

"Gue gak tau kenapa lo waktu itu masih bisa senyum."

"Ck. Padahal jabatan lo waktu itu udah gue ambil." Reza pun menyeringai.

Ia pun kembali melihat foto Arga. "Gue sebenernya gak mau ada foto lo di meja gue."

"Najis."

Lagi-lagi, Reza pun menyeringai. "Tapi gue seneng ngeliat wajah lo, kalau gue rusak lewat foto."

"Siapa tau, nanti bakal gue rusak beneran di dunia nyata." Reza pun tertawa. Padahal, tidak ada yang lucu dalam hal ini.

"Gue bakal ngambil apa pun yang ngebuat lo bahagia."

~ •×•×• ~

Assalamu'alaikum guys!

Aduduc, jangan pendendam kayak si Reza ya :v gak baik!

Guys, follow Instagram aku di :
@lanvntnf
dan, subscribe channel YouTube aku di : Lanvine Traizeta N F
Ok!

Thanks guys!

Salam💕

~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~

Bandung, 29 Maret 2019.

Salahkah? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang