Nafas Brielle tertahan kali ini, karena bibirnya begitu menggigil. Matanya sedikit buram untuk melihat pandangan kearah depan. Dia menata kesadarannya setelah beberapa jam dia pingsan, dia cukup kaget melihat Zee tidur di sebelahnya tepat. Zee duduk sambil tertidur, dengan alas tangan menyentuh kepalanya.
Tampaknya Brielle menyadarinya, bahwa semalaman Zee tidur untuk menjaga dan merawat dirinya. Ditunjukkan oleh kompres yang ada diatas kepalanya yang masih setengah hangat.
Dia merasa begitu pusing semalam, hingga tanpa sadar dia jatuh pingsan.
"Erghhh.. "
Erangan itu membuat Zee terlonjak sedikit dari tidurnya. Brielle setengah bangun mencoba diri untuk duduk, tapi sayang kepalanya memang masih berat.
Brielle begitu kecewa dengan Zee. Saat ini benar benar dia tunjukkan dengan cara mencueki Zee.
Zee menguap meregangkan tubuhnya, karena posisi tidurnya memang tidak mengenakan semalam.
"Maaf aku ketiduran, kompresnya jadi lupa ku ganti.. " Ucap Zee sedikit merasa bersalah.
Brielle menarik selimut tebal yang sejak tadi ada menutupi tubuhnya. Dia tidak menjawab pernyataan Zee. Dia lalu membalikan badannya mengalihkan diri dari pandangan Zee.
"Kubuatkan kau sarapan.. "
"Gak butuh.. " Brielle menjawab cukup pelan.
Brielle tidak menghiraukan Zee lagi, yang ada dia mengambil phonselnya memainkannya. Sibuk menscroll meski kepalanya masih terasa berat.
"Brielle.. "
"Hmm" Jawab Brielle seadanya.
Zee tidak mendapatkan respon yang dia inginkan. Dia cukup sebal namun seketika dia menarik diri untuk menembus pertahanan Brielle. Dia begitu sakit di diamkan seperti pecundang saat ini.
"Brielle.. "
"Apasih Zee--mphhhhhh"
Satu
Dua
Tiga
...
..
.Hitungan detik seketika Zee membekap mulut Brielle, kini Zee ada menindih tubuh Brielle. Mata mereka saling bertemu, dekat begitu intens.
Brielle tidak dapat bergerak karena tubuhnya terkunci saat ini, Zee mengunci tepat seluruh tubuh Brielle.
Gadis tersebut hanya bisa mengedipkan matanya berulang kali. Brielle nafasnya seketika tertahan. Dia hanya dapat merasakan bibirnya mendadak dingin oleh bekapan tangan Zee.
Brielle bukan menginginkan rasa dan aroma telapak tangan Zee, Brielle ingin lebih daripada ini.
Dia ingin Zee memperlakukan dirinya, seperti Zee memperlakukan Lala pagi itu. Ketika Lala benar benar ada didekapan Zee dengan penuh gairah.
Tampaknya bayangan itu masih membekas dalam untuk Brielle, dia sekuat tenaga mendorong Zee. Namun sayang keadaan tubuhnya masih lemah. Dia kalah telak dengan perlakuan sepupu tirinya tersebut.
"Mphhhhh... zhhhiii. huhh"
Brielle meneriaki Zee cukup kencang. Matanya melebar menandakan dia begitu emosi saat ini.
"Kau kira aku tidak sakit kau perlakukan seperti semalam.. Kau tau aku tidak terlalu menyukai Chiko! "
Zee mulai membuka telapak tangannya, Brielle seketika menarik nafasnya cukup panjang.
"Kau pikir apa hak mu? "
Deg....
Pembelaan Brielle begitu membuat Zee terkejut sekaligus shock. Dia tidak dapat menjawab lagi. Matanya kosong, dia mengalah saat tubuh Brielle membalas perlakuannya.
Kini tubuh Zee yang ada dibawah dan Brielle tersenyum miring seakan mengejek puas.
"Jawab Zee? "
Zee hanya diam mendapatkan perlakuan tersebut. Dia lalu menolehkan pandangannya kearah lurus ke bibir Brielle.
Dia mencoba melawan rasa tersebut namun gagal. Dia tidak dapat menolak lagi pesona gadis yang ada dihadapannya. Dia menjemput dagu lancip milik gadis berambut panjang yang kini ada dihadapannya.
Brielle entah seperti merasakan sesuatu yang besar hadir dihatinya yang mendorong banyak sekali kupu kupu terbang dikepalanya. Dia mengepal kuat tangannya di sprei putih tempat tidur nya saat ini.
Dagunya tampak terdorong sedikit kebawah, lalu beberapa saat ada yang manis menjemput sesuatu yang manis untuk di kecapnya.
Dia sedikit kaget ketika bibir Zee dan dirinya terpaut saat ini. Nafasnya tidak teratur... Hanya saja matanya terpejam seketika saat wajah mereka begitu dekat.
Zee menarik dan mendorong kepalanya untuk membuat tarikan disela ciumannya. Brielle gila... Dia gagal menolak perasaannya untuk gadis kardus seperti Zee.
Brielle melepas kini, hingga posisinya telah dikendalikan oleh Zee si buas.
Dia meninggalkan banyak jejak dileher Brielle yang terasa hangat saat dijamah dengan kecupan mulus bibirnya.
Brielle sedikit mengangkat kepalanya, memberi celah agar Zee dapat terus mengekspos seluruh tubuhnya. Hingga
Satu...
Hingga Empat kancing kemeja yang dia kenakan telah tanggal dan terlepas bebas.Bra putih dengan renda bunga tampak jelas dipandangan Zee. Membuat dia semakin gila dan mengagumi pesona sepupunya sendiri.
"Apa hak ku? Coba kau tanya lagi.. " Kini Zee berbisik didekat telinga Brielle membuat Brielle merinding hebat.
Brielle mendesah ketika ujung indera penciuman Zee sampai menjemput sisi sensitifnya.
"Zeeehhh.. hggg"
Brielle menjambak pelan rambut panjang milik gadis yang kini berada mendidih tubuhnya.
"Jawab Brielle.. "
"Apa hak mu Azizi Shafa Asadel? "
Brielle tidak mendengar jawaban apapun dari Zee. Yang ada hanya Zee menarik kuat dagu miliknya, melumat kasar bibirnya membuat Brielle hilang kendali menata nafasnya hingga tersenggal.
"Zee Zee... " Ujung hidung mancung milik Zee begitu kasar meraub tubuh atas milik brielle.
Dia begitu liar saat ini.
Bersambung.....
KAMU SEDANG MEMBACA
The Roomatte [END]
FanfictionZeeBriel [Not Jibril] Gabriel Angelina biasa dipanggil Briel seorang penyendiri dan begitu membenci kerusuhan, keributan harus membuka takdir barunya. Yakni ketika Zee dengan nama lengkapnya Azizi Shafa Asadel datang sebagai teman satu Rumahnya. Ras...