Gadis kecil cantik tengah duduk manis melihat pemandangan kebun yang indah, pemandangan indah perkebunan pinus yang tampak dari ketinggian. Di sekitarnya anak-anak kecil berlari kesana kemari sedang asik bercanda satu sama lain, senyum manis mengembang di bibir indahnya.
Hingga ia melihat salah seorang anak tersebut jatuh saat sedang berlari mengejar temannya. Ia lalu berdiri menghampiri anak tersebut dengan setengah berlari.
"Gak kenapa-kenapa gimana 'ceu kok bisa sampai jatuh?" tanya gadis tersebut sambil menatap anak itu yang berusia sekitar 7 tahun.
"Tidak apa-apa, .. aku hanya tidak melihat ada batu di sana." Jawab gadis kecil itu sambil menunjuk batu yang telah membuatnya terjatuh. Ia kemudian meringis menahan perih karena luka gores di lututnya yang terlihat mengeluarkan sedikit darah.
"Kamu 'teh harusnya berhati-hati lain kali. Aku ada kotak p3k didalam mobil. Akan ku ambil untuk membersihkan lukamu, agar tak untuk membersihkan lukamu, agar tak infeksi nantinya." Sambil berdiri, gadis tersebut beranjak menuju mobilnya yang terparkir dibawah pohon yang rindang.
Ada sebuah kursi panjang disana, yang sedari tadi ia duduki untuk menikmati pemandangan ditaman tersebut. Sambil berjalan gadis itu kembali menoleh ke arah teman kecilnya yang masih terduduk memandangi luka di lututnya.
"Tunggu disitu, jangan kemana-mana, aku segera kembali." katanya setengah berteriak.
Gadis kecil tersenyum melihatnya "Andai aku punya kakak cantik seperti dia, aku akan sangat senang. " pikirnya.
Tidak berselang lama, seseorang menghampiri gadis kecil tersebut.
"Brielle, apa yang kau lakukan disitu?" seseorang tersebut menghampiri anak yang ternyata bernama Brielle. Raut kekhawatiran terlihat di wajahnya.
Tidak berselang lama.
"Hemm? ." ucapnya terkejut melihat ada luka yang menghiasi lutut adik kesayangannya. Ia pun panik.
"Lututmu terluka, kita harus segera kerumah sakit." ia bersiap membawa adiknya.
Belum sempat ia mengangkat sang adik untuk membawanya kedalam mobil, tiba-tiba ada seseorang yang memukulnya dengan sebuah kotak p3k.
"awwww. ." pekiknya.
"What the hell?." Teriaknya sambil berdiri dan menoleh kearah belakang. Dilihatnya seorang gadis cantik hampir seumuran dengannya, sedang menatap dengan death glare yang ia berikan.
"Tante 'teh saha? Orang eneng ini masih belum sembuh juga.." ucapnya sambil menatap orang yang sedang meringis kesakitan sambil memegangi pundaknya.
"Jangan-jangan Tante 'teh yang selama ini dalam pemberitaan di televisi karena suka menculik anak-anak kecil untuk dijual keluar negeri yha?!." katanya kali ini dengan nada berteriak mengundang sekitarnya untuk menyaksikan kejadian langka ini.
"Kau bocah sok tahu. bisa-bisanya kau menuduhku menculik adikku sendiri." Ucapnya dengan nada kesal.
"Dan apa kau bilang tadi . . Ia menggantungkan kalimatnya.
"Tante?." Tanyanya dengan nada ejek.
"Hahaha." kali ini dia tertawa tak mempedulikan gadis di depannya menatap penuh heran.
"Kau lucu sekali Bocah." sambil memegangi perutnya yang sakit karna terlalu banyak tertawa.
"Sudahlah Kak Amel, jangan terus menertawainya seperti itu." kali ini berdiri masih dengan memegang lututnya.
"Berhentilah tertawa kak, orang-orang disini sedang memperhatikan kita." Peringatan sang adik akhirnya membuat sang kakak segera menghentikan tawa, meski terlihat dia masih menahannya.
"Dia orang baik, dia yang membantuku saat aku terjatuh tadi, harusnya Kakak berterima kasih padanya." jelas Brielle.
Gadis lugu tersebut itu menaikkan sebelah alisnya dengan mendengar pernyataan gadis kecil didepannya yang memanggil Tante (menurutnya) dengan sebutan 'Kakak'.
"A. . apa aku tidak salah dengar. kau memanggil Tante ini dengan sebutan 'kakak', adik kecil?" ucapnya terbata masih tidak percaya.
"Aneh banget ceu, tante tante kaya dia mah--" potong gadis itu sedikit menurunkan nada bicaranya.
"Sebelum kita mengobrol lebih jauh, bisakah kalian membawaku pergi dari sini? Disini mulai terik. apa kalian tidak ingat ada gadis kecil yang terluka dan membutuhkan pertolongan." ucapnya sambil melirik kearah lutut.
Waktu menunjukan jam 12.05 pm, menandakan sang matahari tengah berada tepat di atas mereka. seolah terkena petir disiang hari, keduanya pun tersadar dari kesibukan mereka masing-masing.
Kemudian Amel si kakak penolong tersebut mengendong Brielle.
Dengan punggung nya, kearah kursi panjang dekat mobil terparkir milik gadis cantik tersebut. Eli, gadis itu mengikuti mereka dibelakangnya sambil memandangi kotak p3k yang dibawanya.
Setelah sampai di kursi panjang tersebut, mereka mengambil posisi duduk, Brielle berada di tengah.
"Hallo ceu, sampai kapan kau berdiam diri dan apa gunanya kotak p3k itu dengan hanya memeganginya seperti itu." ucap Amel memandangi wajah Eli tersebut kemudian melirik kotak p3k yang di pegangnya.
"eh. . uh. . emm." ucapnya terbata yang baru tersadar dari lamunannya sambil menggaruk kepala.
"Berikan padaku!" perintahnya, kemudian tanpa meminta izin sang pemilik, dia langsung mengambilnya.
"Ini akan lebih berguna jika berada ditangan yang tepat." Sambil membuka kotak p3k tersebut Amel mulai mengobati luka sang adik.
Setelah melihat Amel yang dikira Tante-tante itu, kata pertama yang keluar dari mulutnya adalah
"Kau, masih muda teh?" masih menatap dengan tatapan tak percaya.
"Oh ya, dia adalah kakakku satusatunya. namanya. . " Belum selesai dia mengucapkan kalimatnya, Amel memotong percakapan Brielle.
"Aku Amel.. ." sambil mengulurkan tangannya, tidak memperdulikan adik yang saat ini memasang wajah kesal.
Brielle melipat kedua tangannya di depan dada.
"Eh aku.. aku . . Eli." jelasnya sambil membalas uluran tangan
Amel, Eli tersenyum canggung.
"Ehem ehem. aku masih disini loohh." Brielle berdeham sambil melirik jabatan tangan keduanya.
Seketika suasana menjadi canggung.
Mereka tersadar dan langsung melepaskan tangan masing-masing.
"Lalu kamu teh saha, adik kecil?" tanya Eli memecah keheningan yang baru saja menghampiri mereka.
Dibelainya rambut Brielle dengan lembut, sambil menatap dengan tatapan hangat.
Mendengar suara Eli yang sangat lembut (menurutnya), Brielle pun menurunkan kedua tangannya yang semula bertengger didepan dada. Seolah luluh dengan suara Eli, Brielle pun lupa kalau ia sedang kesal dengan Amel.
"Namaku Brielle" jelasnya dengan nada bangga. Tak lupa senyum indah, ia tunjukkan pada Eli.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Roomatte [END]
FanficZeeBriel [Not Jibril] Gabriel Angelina biasa dipanggil Briel seorang penyendiri dan begitu membenci kerusuhan, keributan harus membuka takdir barunya. Yakni ketika Zee dengan nama lengkapnya Azizi Shafa Asadel datang sebagai teman satu Rumahnya. Ras...