Zee mengeratkan pelukannya kepada Brielle yang kini tidur di lengan kirinya. Sesekali dia melihat ujung kepala milik Brielle. Dan beberapa kali dia mengecupnya pelan, mencoba merasakan aroma tubuh gadis yang paling dia cintai untuk saat ini dan untuk selamanya.
Kini senyuman mulai merekah di bibir tipis itu, raut wajah datar Zee berubah cerah seketika.
"]adi kamu mau jadi milikku? Mau memberikan hati kamu buatku?" Tanya Zee mengebu-gebu.
Melihat reaksi Zee, wajah Brielle memanas, reflek ia menundukan kepalanya.
"Iya, ayo berusaha sama-sama." Jawab Brielle yakin.
"Thanks brielle, aku bahagia banget.." Detik berikutnya Brielle mengembuskan napas lega, merasa puas dengan keputusannya kali ini. Sementara Zee memeluknya erat, menyampaikan rasa syukurnya atas kesempatan yang Brielle berikan padanya.
Tidak ada kata-kata yang mampu mengungkapkan perasaan mereka saat ini, yang jelas suasana sedih semalam telah lenyap tergantikan oleh hangatnya pelukan mereka.
Setelah berpelukan cukup lama, Zee memberanikan diri mencium Brielle. Ciuman lembut nan hangat dengan segera menyapu permukaan bibir Brielle. Mulut Brielle bergerak pelan melumat dan mengigit bibirnya, meninggalkan sensasi lembab yang memabukkan.
Brielle mendesah, merasakan nikmatnya lumatan-lumatan kecil itu. Juga sensasi panas saat dadanya diremas oleh Zee.
"Eng. Zee.. Sejak kapan kamu jadi Menye" Lirih Brielle tidak fokus, matanya menatap berkabut pada Zee yang tidak kalah kehilangan akal juga.
Terlebih suara desahan pelan itu berhasil membuat Zee kalap mata. Setelah itu semuanya terjadi begitu saja, entah sejak kapan mereka telah saling meraba satu sama lain, bertukar saliva dengan liarnya.
Tahu-tahu waktu telah berlalu begitu saja, Brielle tersadar saat ini ia tengah berbaring di samping Zee. Wajahnya langsung memerah mengingat kembali apa yang telah mereka lakukan tadi. Diliriknya Zee yang masih tertidur pulas dibalut selimut, reflek Brielle tersenyum saat menemukan tangan Zee yang bergerak ke sana-sini mencari pinggangnya.
"Lah Ji, kamu beneran tidur gak sih .." Tawa Brielle seraya kembali berbaring di samping Zee.
"Hemm.. Brielle tidur lagi lah yuk.." Gumam Zee setengah sadar.
Terlihat amat mengemaskan di mata Brielle, pelahan Zee mengusap rambut Zee. Membenarkan posisinya, barulah ia mendekat. Membiarkan Zee memeluk pinggangnya erat.
Brielle pun kembali tidur bersama dengan Zee sambil berpelukan, menikmati rasa nyaman begitu dekat dengan wanita yang ia cintai.
Apakah baru saja Brielle mengakui perasaannya? Jika ya, berarti itu bukanlah suatu kesalahan.
.
.
.
..Hari berganti dengan cepat, tanpa mereka sadari dua bulan berlalu begitu saja, hubungan keduanya makin erat dan hangat.
Tak jarang Zee datang mengunjungi Brielle di camp latihannya, mereka pergi makan siang bersama seperti hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Roomatte [END]
FanfictionZeeBriel [Not Jibril] Gabriel Angelina biasa dipanggil Briel seorang penyendiri dan begitu membenci kerusuhan, keributan harus membuka takdir barunya. Yakni ketika Zee dengan nama lengkapnya Azizi Shafa Asadel datang sebagai teman satu Rumahnya. Ras...