38. Who

352 45 22
                                    

Suara monitor khas dari ruang ICU seolah olah terus mengiang diotak Brielle, seharian dia masih mencoba menenangkan diri didalam ruang latihan. Kalau dia melihat dirinya sendiri disana rasanya dia begitu sulit untuk bernafas karena memang kenyataanya dia masih belum bisa melupakan keadaan Zee kekasihnya. Kadang dia melamun kadang dia juga hanya diam disudut ruangan masih melihat beberapa kawannya menari.

Muthe sebagai teman yang lumayan paling dekat dengan dirinya kini menerobos dalam lamunan Brielle. Membuat gadis cantik tersebut menoleh kearahnya yang datang bersama Christy.

"Elah Brielle, kata papa aku sebentar lagi pasti pelakunya ketangkep"

Tak ayal perkataan Christy itu seakan disambut oleh Brielle yang kini mulai bangkit dari duduknya. Papa Christy adalah salah satu bagian dari unit keamanan kedutaan yang ada di Australia sehingga perkataannya sepenuhnya dapat dipercaya. Tidak ada yang menarik lagi menurut Brielle bahwa memang keadaan Zee lah yang paling mengkhawatirkan.

Ketiga memutuskan untuk kembali ke TKP distudio yang beberapa hari lalu dipakai Brielle untuk perform. Disana sudah banyak penyidik berkumpul, salah satunya adalah ayah brielle Tn. Laeman dan juga ayah dari Christy Tn. Alexander. Christy sengaja menemui ayahnya sedangkan brielle masih tampak hangat memeluk ayah yang dia sayangi.

"Ahh hai cantik, siapa namamu?" Sapa seorang teman dari Tn.Laeman membuat sedikit malu-malu.

Brielle tidak tahu pria itu siapa yang jelas pria itu menggunakan tuxedo navy bermerk victoria yang bandrol harganya bukan hanya satu dua juta. Tapi bisa sampai puluhan juta.

"Beri salam sayang, dia adalah sekjend kedutaan besar kita... "

"Bukankah anak anda cantik sekali pak, apa sudah punya pacar?" Tanya lancang pria paruh baya itu, membuat Brielle semakin risih dengan keadaan itu.

"Tidak pak--" Brielle mengucapkan sedikit canggung. Tidak mungkin dia akan mengatakan kalau punya pacar, dan ketika ayahnya menyuruh membawa pria itu kehadapannya pasti ayah dan begitupun keluarga besarnya pasti akan kena serangan jantung mendadak.

Zee pasti akan sedih jika mendengar pengakuan dari kekasihnya itu, tapi inilah saat ini yang terjadi. Sesuatu yang tidak akan diinginkan oleh dirinya dan juga Zee, ketika harus ditanya urusan apakah sudah memiliki pacar atau belum. Bukan main-main jika keluarga besarnya mendengar kalau ia sedang main hati dengan anak kandung adiknya sendiri.

"Kalau begitu kamu lain kali harus om ajak dinner bareng anak om, dia bandel sekali tidak kayak kamu..." Ucapan itu dibalas ramah dengan oleh ayah dan juga Brielle.

Dilain tempat Christy datang membawa sepucuk amplop lalu segera menuju kearah Brielle berdiri, dia dan Muthe tampak serius menceritakan kronologisnya. Seperti yang dia tau keduanya memang berbakat didalam ilmu detektif tidak sama dengan dirinya.

"Apa ini Kris?" Tanya Brielle melihat kearah keduanya.

"Hasil screenshoot, rekaman cctv kemarin"

Brielle tampak fokus melihat beberapa lembar foto yang tidak terlalu jelas menampakan wajah pelaku. Yang tampak jelas adalah seorang wanita dengan masker hitam dan juga topi hitam disana, brielle masih meneliti setiap inci dari gambat itu. Menerka siapa sebenarnya pelaku dan kenapa harus Zee yang dibuatnya menderita. Kenapa bukan dirinya saja, karena dia lah anak bungsu dari keluarga Laeman. Bukanlah Azizi...

"Yang pasti dia berambut panjang dan hitam, perempuan dengan tinggi kisaran 170 centi..." Kenapa Christy bisa tau karena memang sejak tadi dia menguping pembicaraan ayahnya dengan penyidik yang khas mengenakan setelan jas hitam.

Brielle semakin pusing dibuatnya, tidak berselang lama ada bunyi phonsel yang membuat ketiganya yang tengah konsentrasi itu kaget bukan main. Dilihatnya nama pemanggil itu, tapi nomer itu tampaknya sudah tersembunyi sehingga Brielle masih bertanya-tanya. Hingga dengan gesit dia meng angkat panggilan tersebut.

The Roomatte [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang