Zee memutuskan berjalan menuju kearah dimana para mahasiswa fokus dengan kegiatan ekstra jasmani, olahraga basket sebagai olahraga yang paling banyak digandrungi pun saat ini bisa sekali membuat Eli dan teman-temannya menjerit histeris memanggil nama Eli si gadis yang lumayan populer dikalangan mereka.
Zee memang sudah banyak mendengar bahwa gadis yang bernama lengkap Helisma Putri itu satu gedung dengannya, namun berbeda fakultas dengannya. Tidak heran kenapa Eli juga kuliah disana, siapa lagi kalau bukan karena bantuan dari keluarga Ayahnya. Karena memang sejak dulu ayah Eli adalah seorang kepercayaan keluarga besar kakeknya.
"Nona.." Ucap Eli saat sadar siapa yang ada didepan pintu gedung olahraga basket itu. Eli lekas meninggalkan kegiatan tarian khas chearleader tersebut, dan berlari kearah Zee yang tampaknya memang menginginkan berbicara kepada dirinya.
"Aku ingin bicara sebentar.." Kata Zee sambil pergi kearah basement tempat dimana mobilnya terparkir.
Mereka mengobrol banyak didalam mobil, sesekali Zee menitihkan air mata dan Eli menenangkan.
"Kau boleh saja terus membenciku tanpa alasan nona, karena memang saat itu akulah penyebabnya. Kalau saja keluarga anda tidak pernah memberikan hadiah liburan---"
Zee menggelengkan kepalanya tidak setuju.
"Maka tidak akan kejadian kecelakaan saat itu, andai saja aku tidak mendapatkan ranking satu dikelas..maka tidak akan nona Amel meninggalkan kita" Suara Eli kini yang berganti begitu keras menangis.
Kenangan mulai terbuka saat akhirnya liburan akhir semester tiba. Eli berhasil merebut juara satu dikelas, dan Zee hanya merebut juara dua lalu disusul dengan Brielle yang memang tidak terlalu suka dengan kegiatan akademi melainkan hanya fokus pada hobinya yakni menari.
"Bagaimana kau akan mendapatkan peringkat satu, seperti Eli Brielle kalau kamu hanya bermain main saja"
Suara itu berasal dari Amel yang sudah bersiap menata tas ranselnya karena memang mereka memutuskan untuk berlibur ke Lembang bersama-sama.
"Sudahlah Kak, Brielle tidak akan bisa mengalahkan aku dan Eli" Ucap sombong Zee yang baru datang dari arah pintu masuk.
"Astaufirllah Non, gak boleh ngomong kaya gitu ke non Brielle.. Dia mah calon penari sukses ceunah. Gak perlu belajar Matematika saja dia bisa dapat banyak uang karena menari" Balas Eli dengan nada khas sundanya.
Tidak berselang lama mobil mereka pun berjalan menuju kearah Lembang Vila milik Kakek mereka, perjalan mereka bisa ditempuh selama satu jam setengah tanpa macetnya ibu kota saat itu.
Jdarrrrrrrrrrrr.....
Malam malam begitu tampak mengerikan karena petir, dan juga sekaligus pandangan jalan yang tertutup akan derasnya hujan. Pandangan cukup gelap yang ada hanya beberapa cahaya dari dari lalu lalang kendaran yang mereka susul dengan kecepatan cukup stabil.
Brielle duduk dibelakang dengan Zee, Zee cukup risih ketika Brielle menggandeng erat bahunya.
"Brielle kamu menganggu aku lagi asik bermain game.." Keluh Zee kecil.
"Zee kamu gak takut gelap?" Tanya Brielle.
Zee hanya tidak setuju dengan kata itu, lalu dia hanya mendengus sebal.
"Tidak apa-apa selama kamu tersenyum, hantu pasti juga akan takut denganmu.."
"Zee jangan berkata seperti itu, aku takut" Ungkap Brielle lalu menarik kembali bahu Zee untuk ia jadikan tempat sembunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Roomatte [END]
FanfictionZeeBriel [Not Jibril] Gabriel Angelina biasa dipanggil Briel seorang penyendiri dan begitu membenci kerusuhan, keributan harus membuka takdir barunya. Yakni ketika Zee dengan nama lengkapnya Azizi Shafa Asadel datang sebagai teman satu Rumahnya. Ras...