33. Thailler

471 51 6
                                    

Ruang latihan sekilas tampak gelap ketika ternyata senja mulai datang, deras keringat yang ada pada area wajah Zee mendadak membuat dia tidak cukup jelas menerima. Ada suara langkah terdengar menuju dirinya, dia cukup lelah karena memang begitu cukup panjang latihan hari ini. Brielle tidak ada diruangan tersebut karena dia sengaja meninggalkan Zee untuk membeli air mineral.

Sudah sejak hampir 15 menit yang lalu Zee sendirian, hingga beberapa detik kemudian tubuhnya menerima pelukan hangat dari arah belakang.

(rilis wattpad thailler 'roomate' jangan lupa ditonton)


Zee membuat ekpresi seperti orang bahagia biasanya, Matanya tampak  lebih melebar. Bibirnya melengkung lebar seperti bulan sabit yang begitu indah. Dia berfikir pelukan ini berasal dari Brielle gadis yang beberapa bulan ini selalu menghiasi hari-harinya.

Pelukan itu membuatnya begitu kaget, sejak kapan gadis bodoh yang dia cintai itu mendadak bersikap manis kepadanya. Hingga beberapa menit kemudian dia mendapati wajah Brielle ada dibalik pintu area latihan itu sambil menunjukan kesebalan.

Kalau barusan itu Brielle jadi siapa gadis yang memeluknya ini, batin Zee lalu segera membalikkan pelukannya. Mata mereka bertemu. Garis mata yang indah dan juga rambut sebahu, poni khas model sisir. Membuat Zee membulatkan rahangnya membuat huruh O kecil.

Gadis itu adalah Lala, yang secara jujur Zee juga sedikit merindukannya. Dia tidak dapat berkata-kata, sampai ketika menyadari bahwa Brielle akan membunuhnya nanti setelah dia memasuki ruang kamarnya. Zee tidak tau mau Lala apa saat ini, sejak hampir dua tahun yang lalu dia justru meninggalkan dirinya hanya untuk mengejar cita-citanya.

"Kakak..bagaimana bisa?" Tanya Zee memang cukup terkejut.

Lala membenamkan mata ketika tertawa begitu manis Zee pandang, tidak salah dia sempat menjatuhkan hati kepada gadis cantik itu. Tapi sayang seribu sayang, kenyataan mereka memang seperti ini. Lala menyayanginya hanya sebatas seorang Kakak dan juga Lala yang menyukai Zee hanya sebatas seorang sahabat.

"Menurutmu bagaimana?"

Zee menggelengkan kepala sebagai tanda tidak tahu, ya meski kenyataanya memang Zee tahu sekali bahwa Lala satu kampus dengannya lagi-lagi di Kampus ini. Tapi sayang lala memilih jurusan Hukum Internasional sebagai tempatnya menimba ilmu.

"Aku ingin mengajakmu makan siang besok, jangan lupa ajak Brielle juga ya.."

"Yha ...?" Ucap Zee seraya menunduk tidak paham dengan gadis yang tiba-tiba saja mengagetkannya. Zee tidak bisa berfikir aneh aneh saat ini, yang ada dia hanya berfikir untuk bagaimana cara agar Brielle tidak marah dengannya. Atau bagaimana cara agar Brielle memaafkan kesalah pahaman tadi antara dia dan Lala.

"Kalau begitu sampai jumpa nanti ya Zee..."

Zee tidak menjawab hanya melihat punggung belakang gadis cantik tersebut. Dia hilang diantara kegelapan, membuatnya masih bingung menggaruk lehernya yang tidak gatal.
.
.

Zee cukup khawatir ketika Brielle tidak menjawab telefonnya, dia masih merutuki kesalahannya sendiri. Hingga dia berjam-jam mengelilingi koridor hanya untuk mencari keberadaan gadis yang amat dia sayangi.

"Dey, apa kau lihat Brielle?"

"Tidak..tapi terakhir kali sih dia bilang mau latihan bareng anak cherleader dilapangan basket"

The Roomatte [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang