Tiga tahun kemudian...
Keringat masih dengan cukup deras menetes membasahi dahi gadis berambut panjang, diruang yang gelap hanya sedikit cahaya membuat dia semakin tampak serius menggerakan seluruh badannya mengikuti tempo dari musik yang juga mengiang diantara sudut ruangan itu.
Nafasnya tertata rapi membuat gerakan sesuai dengan keindahan yang bernilai luar biasa. Menari membuat dirinya begitu bebas tanpa beban, membuatnya bahagia membayangkan dirinya masuk kedalam penghayatan lagu yang dia bawakan.
Pukul menunjukkan 23.44 malam, tapi gadis itu masih benar benar tanpa perasaan terbebani masih tetap menari benar benar menggunakan perasaan.
Seolah angin menjadi pertanda bahwa hari mulai malam, kulit lengan yang sejak tadi terbuka membuat dirinya harus menghentikan tarian indahnya tersebut lekas menarik nafasnya cukup panjang.
Dia puas sekali hari ini, tidak pernah dia rasa beberapa bulan terakhir semenjak dia bergabung kembali dengan grup dancenya.
"Woah sudah hampir tengah malam... " Dia lekas kaget melihat jam tangan yang dia taruh atas handuk nya.
"Kuharap aku tidak terkunci lagi dikampus malam ini..." Gerutunya kesal sambil menyiapkan perjalanan menuju kearah koridor gelap.
Dia menuju arah parkiran dimana mobilnya ada, dia tidak menghiraukan bagaimana sangat sepinya malam itu. Yang ada hanya dia yang sibuk mengelap keringat mengalir cukup deras diarea pipinya.
"Eh Brielle.. What--"
"Eh Hallo Jordan, i'm sorry but.. Can you open this gate? "
"Oh really... "
Wajah bapak tua itu tampak bersemangat kembali melihat seorang gadis mengendari mobil silver sedang merayu dirinya untuk membuka gerbang kampus.
Gadis itu terlambat pulang seperti biasa, hampir beberapa bulan ini dia begitu giat melatih diri untuk dapat lolos ke kampus favorit nya di Melbourne, Victoria Universitity. Dia memang sengaja mengikuti les private dance di kampus terkenal diwilayah itu, dengan semangat yang menggebu untuk dapat lolos dengan jalur prestasi disana.
..
..
"Aku pulang... "
Gadis cantik itupun langsung menuju kamarnya, tanpa adanya rasa canggung kepada ibunya yang masih tampak sibuk didepan komputer diruang keluarga.
"Brielle..."
"Ya Mom? "
Gadis itu segera kembali membuka pintu melihat kearah ibunya.
"Kenapa? "
Ibunya menggeleng lalu sedikit berfikir.
"Tumben Happy?"
"I dont know why, but i'm really happy Mom.. "
"Bagus kalau gitu, artinya kamu sudah bisa betah di Melbourne? "
Gadis cantik itu langsung tampak malu membuat mamanya juga ikut tersenyum.
"Finally, bisa hidup bareng kalian lagi"
"Hemm, oke lets sleep babe"
Keduanya tertawa terbahak-bahak.
"Oke Lets do this... "
KAMU SEDANG MEMBACA
The Roomatte [END]
FanfictionZeeBriel [Not Jibril] Gabriel Angelina biasa dipanggil Briel seorang penyendiri dan begitu membenci kerusuhan, keributan harus membuka takdir barunya. Yakni ketika Zee dengan nama lengkapnya Azizi Shafa Asadel datang sebagai teman satu Rumahnya. Ras...